Chereads / Benang Masa Lalu Tidak Pernah Terputus [BL - Omegaverse] / Chapter 5 - Tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri.

Chapter 5 - Tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri.

"Hana-chan?!" Yashuhiro menyebut nama perempuan di depannya dengan rasa bersalah. Dia tidak bermaksud mengatakan hal buruk tentang mengapa dia harus terdampar di tempat itu. Dia tidak menyalahkan Kyosuke karena telah membuatnya harus menghabiskan hari-harinya demi membayar hutang yang ditinggalkan pria itu. Bagiamana pun juga, seluruh uang yang telah dipinjam oleh Kyosuke dihabiskan untuk dirinya.

"Jika saja kami bisa memberikan kehidupan yang layak untukmu. Mungkin-" Hana tidak mampu menyelesaikan kalimatnya. Dalam hatinya dia merasa bersalah dengan apa yg bisa diberikan oleh ayahnya kepada Yashuhiro. Pada kenyataanya, sejak lahir Yashuhiro telah diberikan banyak kemewahan oleh kedua orang tuanya. Namun setelah dewasa, pria itu harus hidup dalam kekurangan. Jika saja hari itu Kyosuke tidak menyimpan Yashuhiro untuk dirinya sendiri, mungkin semua ini tidak akan terjadi dan Yashuhiro bisa hidup lebih baik. Pergi ke sekolah dan mendapatkan pendidikan yang pantas.

Yashuhiro segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan mendekati Hana. Dia berdiri tepat di depan perempuan itu. Ketika dia melihat tinggi Hana, dia seakan baru menyadari bahwa waktu telah begitu lama berjalan. Dia masih ingat bahwa dulu perempuan itu selalu lima centimeter lebih tinggi dari dirinya. Namun sekarang Hana hanya setinggi pundaknya. Dia bukan lagi bocah kecil yang manis, bukan? Dia telah tumbuh menjadi pria dewasa yang cukup tampan.

"Aku tidak pernah kekurangan apapun terhadap apa yang telah Kyosuke berikan padaku." Yashuhiro menatap Hana dengan pandangan penuh keyakinan. Seakan dia ingin Hana percaya akan ucapannya.

Dulu Kyosuke bukanlah kepala pelayan di rumah Aoki. Meski dia telah merawat Yashuhiro dari kecil, kenyataannya Kyosuke mempunyai pekerjaan yang lumayan bagus di kantor ibunya. Dia selalu membantu ibunya dalam segala urusan rumah sakit. Namun setelah ibunya meninggal, Kyosuke lebih memilih untuk pergi dari sana. Dia hidup bahagia dengan putrinya hingga suatu hari Yashuhiro datang dan menghancurkan semua itu. Dan setelahnya Kyosuke lebih memilih untuk bekerja sebagai pelayan di perusahaan besar.

Bukahkah sekarang Yashuhiro yang terlihat kejam? Seakan dialah yang menjadi penyebab segala penderitaan dalam hidup Kyosuke.

Seharusnya Kyosuke tidak perlu menjatuhkan dirinya hingga serendah itu, bukan? Kyosuke tidak seharusnya bersembunyi dari orang-orang yang mengenalnya hanya karena Yashuhiro. Lalu pria itu tetap bisa bekerja dengan baik di manapun pria itu berada. Bertemu dengan semua mantan rekan bisnisnya dan tidak perlu meminjam uang hanya untuk dirinya.

"Ketika kehidupan kita kembali seperti semula, kita bisa hidup dengan tenang lagi." Yashuhiro sekali lagi meyakinkan Hana, "jadi, kumohon jangan memikirkan apapun yang bisa membuatmu stress. Itu tidak akan menjadi baik-baik saja untuk calon keponakanku."

Yashuhiro tersenyum sekali lagi, "aku akan siap-siap untuk bekerja. Akan lebih baik aku datang lebih awal dan tidak perlu bertemu dengan orang itu," dia melanjutkan kalimatnya sebelum akhirnya meninggalkan Hana dan berjalan menuju kamar mandi.

.

.

.

Setiap hari semenjak Yashuhiro memutuskan untuk menggantikan Kyosuke, dia akan datang lebih awal. Membersihkan seluruh ruangan Masaki, merapikan beberapa barang yang agak berantakan dan menaruh segelas air di meja kerja pria itu. Hingga kemudian sebelum Masaki datang, Yashuhiro telah menyelesaikan pekerjaannya dan meninggalkan ruangan itu. Dia akan membantu para petugas kebersihan yang lain sehingga membuatnya tidak perlu bertatap muka dengan pria itu.

Namun, kali ini agaknya keberuntungan kurang menyentuhnya.

Yashuhiro lelah. Dia telah menghabiskan waktu istirahatnya untuk mencari Hikaru. Dia mengabaikan rasa letih di tubuhnya. Di tengah malam, di bawah guyuran hujan yang amat lebat, dia tidak berhenti mencari Hikaru. Meski kemana pun dia mencari, pemuda itu tidak terlihat.

Melihat jam di dinding, dia berpikir bahwa masih ada waktu sebelum Masaki datang ke ruangannya. Yashuhiro memutuskan untuk sejenak membiarkan tubuhnya beristirahat. Dia menyamankan tubuhnya di atas sofa, dimana biasanya tamu Masaki duduk. Dia menutup matanya.

Sudah begitu lama Yashuhiro tidak bisa tidur dengan baik. Ingatan-ingatan tentang hari itu terus saja mengusiknya dan melemparnya kembali ke dalam kenyataan. Sering kali dia menelan beberapa obat tidur, namun tetap saja sulit baginya untuk menutup mata. Hari itu, terkadang masih sering menghantui setiap mimpinya. Sentuhan-sentuhan yang membuatnya nyaman namun begitu menyiksa.

'Hiro ...'

Tanpa sadar air mata menetes di balik matanya yang tertutup. Rasa sakit kembali merayap di hatinya dan membuat pertahanan nya runtuh. Hari itu adalah mimpi terburuk dalam hidup Yashuhiro.

Ketika Yashuhiro membuka mata, pandangan tajam lah yang pertama kali dia lihat. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya dan tanpa sadar menepis sebuah tangan yang tengah menyentuh pipinya, seperti ingin menghapus pipinya yang basah. Nafasnya tersengal melihat wajah Masaki menatapnya dengan instens, seakan ada rasa rindu dan penyesalan yang berkumpul di sana.

"Apa yang Anda lakukan?" meskipun Yashuhiro mengucapkan kalimat itu dengan lancar, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dia tengah ketakutan.

"Kau menangis." alih-alih menjawab, Masaki hanya mengatakan apa yang dia lihat.

Yashuhiro mengusap wajahnya yang masih basah dan segera bangkit dari sofa. Tanpa peduli bahwa itu bukanlah tindakan sopan, dia meninggalkan Masaki di ruangannya. Nalurinya berkata bahwa tidak akan menjadi baik-baik saja jika dia berada dalam ruangan yang sama dengan atasannya ketika dia mencium aroma yang tidak seperti biasanya dari badan Masaki.

Masaki berjalan dengan tergesa mencari kamar mandi terdekat. Dia mulai merasakan perutnya kembali tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang mengaduk isi perutnya. Kepalanya kembali terasa pusing. Dia berlari ketika melihat tempat yang dicarinya semakin dekat. Dia memuntahkan semua isi perutnya ketika telah sampai di kamar mandi. Rasa tidak nyaman perlahan menghilang setiap kali apa yang ada di perutnya keluar.

Yashuhiro membasuh mukanya berkali-kali hanya untuk menghilangkan bekas tangan atasannya. Seharusnya dia tidak tinggal sendirian di ruangan Masaki.

.

.

.

"Hei, Pak Tua ..." mata itu menatap nama yang tertulis di batu nisan di depannya dengan tajam. Seakan dia ingin menerkam dan mencabik pemilik batu nisan itu.

Dia tidak menaruh dendam akan perbuatan pria itu. Takaki Seiya hanya sedikit tidak mampu menerima apa yang telah Kyosuke lakukan di masa lalu. Dari lubuk hati terdalam, Seiya menaruh hormat terhadap Kyosuke. Dia mengagumi Kyosuke lebih dari rasa kagum terhadap ayahnya. Namun apa yang telah Kyosuke lakukan terhadap dirinya, telah membuat luka yang cukup dalam. Hingga sampai saat ini, rasa kecewa itu masih sangat terasa setiap kali dia mengingat hari itu.

Jika saja Kyosuke menghubunginya dan mengatakan keberadaan adiknya, mungkin semua tidak akan seperti ini. Jika saja Kyosuke tidak menyembunyikan adiknya, dia tidak harus membenci bayi kecil dalam dekapan adiknya. Tapi dia bisa apa ketika waktu telah meninggalkan semua itu di masalalu? Bahkan kematian Kyosuke tidak mampu membawa kembali adiknya.

Takaki Yashuhiro telah tidur dengan tenang bagi semua orang.