"Dasar buaya aneh". Cibir Niza yang melihat Geral beranjak pergi dengan terburu-buru, sementara Geral yang di ikuti oleh Beni dan Rian sudah berada di luar ruang kelas Niza.
"Kalian cepat temukan rekaman suara itu sekarang, aku yakin itu jatuh di suatu tempat, kalau perlu kalian cari di tong sampah". Tegas Geral dengan ketus kepada Beni dan Rian.
"Di mana kami bisa menemukannya, sekolah ini sangat luas". Jawab Beni dengan sedikit gugup, Geral yang mendengar pertanyaan Beni langsung terdiam dan melotot ke arah Beni.
"Kalau aku tahu tempatnya aku tidak perlu menyuruhmu mencarinya" Ucapnya dengan dingin, "Baik kami akan mencarinya" Jawab Beni dengan spontan ketakutan dan langsung berlari bersama Rian, "Ah ... sial" Cibir Geral sambil mengepalkan tangannya.
Sementara Beni dan Rian yang sudah berada cukup jauh dari Geral mulai berjalan perlahan, "Yan bagaimana ini, bagaimana kita bisa menemukan barang sekecil itu di sekolah seluas ini?" Tanya Beni kepada Rian dengan sedikit kebingungan.
"Bagaimana aku bisa tahu, yang jelas kita harus menemukannya jika tidak kita akan tamat". Jawab Rian yang juga merasa khawatir, "Huh ... ini tidak akan mudah". Rian mengendus kewalahan menoleh ke semua arah.
"Ben sepertinya kita harus berpencar, jika seperti ini terus, kita hanya akan menghabiskan waktu yang lama". Pinta Rian kepada Beni dengan cepat, "Kamu benar Yan, kita sepertinya memang harus berpencar". Jawab Beni dengan lemas.
"Baiklah kamu ke arah sana dan aku sebaliknya, jika menemukannya kita harus mengirim pesan" Jelas Rian dengan cepat, mereka pun langsung berpencar untuk mencari rekaman suara yang hilang.
Di sisi lain, Leo sedang duduk santai dengan sandi sambil memainkan pulpen ditangannya, Sandi menatap Leo yang terlihat tidak khawatir sama sekali malah terlihat bersemangat sambil memainkan pulpen, "Tidak biasanya Leo terlihat seperti itu?" Ucap sandi dalam hati.
"Leo apa yang membuatmu terlihat begitu bersemangat?" Tanya Sandi penasaran, "Tidak ada yang spesial, aku hanya penasaran apa yang akan mereka lakukan sekarang?" Mendengar hal itu sandi menjadi semakin bingung, namun tidak bertanya lagi karena kadang-kadang ucapan Leo memang aneh.
Melihat ekspresi sandi yang terlihat menyerah, Leo mulai mendekatkan wajahnya ke arah sandi, "Apa kamu mau dengar sesuatu yang menarik?" Tanya Leo kepada sandi dengan ringan, "Apa yang begitu menarik untukmu?" Ucap sandi bertanya balik kepada Leo mulai penasaran.
Leo memang sudah sedikit terbuka kepada sandi karena dia tahu sandi orang yang bisa di percaya, dan itu adalah pengecualian untuk sandi hingga ia tidak lagi terlalu bersikap dingin terhadapnya.
"Apa kamu tahu ini apa?" Tanya Leo dengan ringan, sambil menunjukkan pulpen di tangannya, "Ya tentu saja aku tahu, semua orang juga tahu itu hanya sebuah pulpen". Jawab Sandi dengan sedikit tertawa karena beranggapan Leo membuat lelucon untuknya.
"Ya kamu setengah benar". Jawab Leo dengan singkat, Sandi mulai bingung lagi oleh jawaban Leo, "Apa maksudmu Leo?" Leo tersenyum tipis, "Ini adalah pulpen sekaligus rekaman suara dan yang paling penting ini bukalah milik ku". Jelas Leo yang terlihat mulai sedikit bersemangat.
"Lalu siapa pemiliknya? Apakah itu orang yang spesial?" Tanya Sandi mulai menggoda Leo beranggapan pulpen itu diberikan oleh seorang gadis sebagai hadiah untuk Leo.
"Tidak ini bukan dari seorang gadis tapi ini adalah milik Geral yang ia gunakan untuk menjebak ku saat berada di sini barusan". Ungkap Leo dengan santai, Sandi sangat terkejut dengan jawaban Leo, seketika itu juga sandi langsung terdiam dan terbengong dengan mata yang terbuka lebar dan mulut yang menganga ke arah Leo.
Sandi tidak hanya terkejut karena pemilik pulpen itu adalah Geral dan di gunakan untuk menjebak Leo, tapi dia lebih terkejut karena Leo mengetahui persis apa yang barusan saja sedang ia pikirkan tentangnya.
"Aku bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, bagaimana Leo bisa mengetahui apa yang aku pikirkan". Ucap Sandi dalam hati dengan rasa ingin tahu yang besar.
"Leo sebentar, Apa kamu bisa membaca pikiran orang?" Tanya sandi dengan gugup dan sangat penasaran, sebelum mendengar pertanyaan sandi Leo sudah tersadar kalau iya mengungkapkan sesuatu yang tidak perlu, jadi ia sudah menebak apa yang mulai dipikirkan sandi tentangnya.
"Apa yang kamu katakan, aku bisa membaca pikiran orang? Anak kecil juga akan sangat mudah mengetahui pikiranmu barusan, kamu jangan berlebihan?" Jawab Leo dengan santai kepada sandi, memberi alasan agar sandi tidak mengembangkan pemikiran tentang dirinya.
Mendengar jawaban Leo, Sandi merasa sedikit lega walaupun jauh di dalam pikirannya dia masih sedikit ragu, namun ia memilih untuk percaya kepada Leo, "Huh aku kira kamu benar-benar bisa membaca pikiran ku barusan" Sandi menghela napas dengan ekspresi lega.
Sedang Leo hanya tersenyum tipis dengan ekspresi tanpa dosa, "Oh ya, kamu barusan mengatakan pulpen itu milik Geral, bagaimana itu bisa ada pada mu?" Tanya Sandi yang masih sangat penasaran dengan penjelasan Leo tentang pulpen.
"Yah ... Aku hanya mengambil di saku bajunya". Jawab Leo dengan ringan dan singkat kemudian dia memainkan pulpen itu memutar dengan jarinya.
"Sebenarnya aku sudah tahu ia akan menjebak ku ketika aku melihat pulpen ini di sakunya, itulah kenapa aku membiarkannya menggonggong, tapi karena sudah terlalu berisik dan aku sudah muak melihat wajahnya, aku sengaja menuruti permainannya, namun ia tidak tahu kalau aku mengambil pulpennya saat ia terfokus ke mata ku". Sambung Leo menjelaskan kepada sandi dengan masuk akal.
"Wah kamu hebat Leo, bisa berpikir sampai kesana, aku kira semuanya akan berakhir, tapi ... Bagaimana jika ia tahu kamu yang mengambil rekamannya bukankah itu akan memperburuk keadaan?" Tanya Sandi yang coba membuat kemungkinan.
"Dia tidak cukup pintar untuk mengetahui aku mengambil miliknya". Jawab Leo dengan ringan tanpa khawatir sedikit pun, "Baiklah aku mengerti, aku tahu kamu jauh lebih baik dibandingkan Geral, Ungkap Sandi dengan santai tanpa khawatir lagi dan memberikan pujian penuh pada Leo.
Tiba-tiba guru pria paruh baya datang bersama seorang siswi cantik nan anggun, matanya yang bersih berbentuk setengah bulan dengan hidung mancung, bibir tipis dengan gigi gingsul yang menambahkan kecantikan alaminya serta kulit putih mulus dan terlihat jauh lebih muda beberapa tahun dari semua murid di kelas tersebut.
Leo yang berbalik menghadap depan setelah mengetahui guru datang, seketika langsung seperti tersambar petir melihat siswi yang bersama dengan guru tersebut.