Kenanga berdiri diantara dinding yang memisahkan dirinya dengan Arjoona Harristian dan Keith Barnett ketika mereka bicara. Ia mendengar semuanya seluruh pembicaraan Keith dan Arjoona tentang pernikahan Arjoona dan Claire. Setelah Arjoona pergi, Kenanga tersenyum tipis dan memalingkan wajahnya melihat sosok Arjoona berjalan pergi keluar dari kantor itu. Keith pun tak lama kemudian juga pergi menuju ruangan Claire.
Kenanga masih tersenyum dan sudah tau apa yang harus ia lakukan untuk mengambil kesempatan baik itu.
"ini kesempatan baik untukku, aku gak boleh sia-sia in kesempatan ini" gumam Kenanga pada dirinya sendiri.
Kenanga langsung mengambil ponsel nya dan mencoba menghubungi Louis mencari tau dimana pria itu berada.
Arjoona kembali ke ruangannya lalu setengah melempar map design nya ke meja dengan wajah geram.
"tidak ada yang bisa menghalangi aku menikah, kecuali Gerald Winthrop dan Tuhan" gumam Arjoona pada dirinya dengan rahang mengeras. Ia kini mengerti mengapa Gerald ingin menikahkannya dengan Claire. Kekhawatiran Gerald memang cukup berasalan, Keith bisa jadi musuh dalam selimut. Ia pintar memanipulasi orang lain dan Arjoona punya firasat buruk soal pria itu.
Tiga hari lagi ia akan menikah, jadi Arjoona berencana menyelesaikan seluruh pekerjaannya sebelum hari itu tiba. Ia mengambil lembaran permohonan cuti lalu mengisi dan mengajukannya pada bagian personalia.
"aku dengar abang ngajuin libur ya?" tanya David begitu masuk ke kantor Arjoona. Arjoona menoleh ke belakang lalu tersenyum.
"Iya cuma satu hari doang" David mengerutkan keningnya
"ada apa bang? Ada masalah ya?" Arjoona mendengus dan menggeleng
"gak ada, gue ada kerjaan dikit sama Gentala jadi ambil satu hari jatah cuti tahunan biar kerjaannya selesai" David mengangguk perlahan.
"bang aku mau tanya pendapat abang boleh?" ujar David lagi langsung duduk di kursi di depan Arjoona. Arjoona mengangguk
"kalo kira-kira aku nembak Tiara, dia mau terima gak bang?" Arjoona melebarkan matanya lalu ia duduk di depan David.
"lo yakin mau nembak dia?" David mengangguk
"kalo gitu lo perlu rencana yang sempurna, gimana kalo ajak dia candle light dinner atau makan di restoran yang romantis" David mengangguk dan berfikir.
"aku juga mikirnya gitu bang, tapi gimana cara ngajaknya?" Arjoona mengerutkan kening
"ya lo tinggal ajak aja" David meringis dan menggeleng pelan.
"yah bang, dia liat aku dari jauh aja langsung pergi gimana cara aku ngomongnya?" Arjoona menghela nafas berat. Ia berfikir sejenak apa yang harus dilakukan.
"gimana kalo lo kirim pesan aja sama temennya?" David memicingkan matanya. Arjoona menaikkan alisnya pada David yang terlihat tidak yakin.
"gimana kalo abang aja yang kirim pesannya?" ujar David malah mendorong Arjoona. Joona malah bengong dan membuka mulutnya. David langsung menarik dagu Joona keatas agar mulutnya tertutup.
"ntar lalat masuk kalo kelamaan dibuka" tegur David.
"lo gak salah nyuruh gue?" Arjooa setengah manyun
"kalo bukan abang, siapa lagi yang bisa aku minta tolong?" Arjoona melepaskan nafas dengan keras. Dia terdiam sejenak sementara David menunggu respon Arjoona.
"fine, ntar gue bilang" David langsung sumringah. Tanpa malu-malu David langsung mencubit kedua pipi Arjoona.
"abang memang paling cakep deh" Arjoona yang cemberut hanya diam dicubit kedua pipinya.
RUANG CEO WINTHROP
Keith Barnett terus meyakinkan Claire dengan cara yang halus agar menolak pernikahannya dengan Arjoona. Dan Claire yang mendengar ayah tirinya mulai termakan omongan ayahnya.
"papa tau Lou sangat mencintai kamu, jadi papa pikir tidak salah jika Lou panik dan hampir berbuat hal seperti itu padamu" ujar Keith menanggapi aduan anaknya soal Louis yang hampir saja melanggar janjinya.
"tapi aku ngerasa gak nyaman pa, Lou udah pernah janji kalau kami gak akan melakukan itu hingga menikah" Keith tersenyum
"ya, itu kan kamu, Lou itu lelaki normal dia pasti punya kebutuhan" Claire mengerutkan keningnya
"jangan sampai dia mencarinya diluar sana Claire, kamu tidak akan menyukainya nanti" tambah Keith memprovokasi Claire. Claire jadi ragu dan berfikir sedangkan Keith tersenyum licik. Ia tau anak tiri nya akan mendengarkannya.
"begini saja, bagaimana jika kalian berdua bicara?" Keith menyarankan dan Claire yang sedang memegang kedua tangannya menoleh pada ayah tirinya. Tak lama ia pun mengangguk.
"selesaikan masalah kalian berdua, dan aku pikir kalian tidak perlu putus" Claire masih memandang Keith mencoba mencari apa yang sebenarnya ia maksud.
"kamu kan menikah dengan pria yang tidak kamu cintai, apa kamu mau bersamanya selamanya?" Claire terlihat berfikir
"jika papa jadi kamu, aku juga akan menyimpan kekasihku diluar" Claire mengerutkan kening kembali.
"maksud papa, kami berselingkuh?" Keith menaikkan alisnya
"terserah mau memanggilnya apa, yang penting kalian masih saling berhubungan, lama-lama enginer bodoh itu juga akan menyerah, memangnya dia tahan diselingkuhi istrinya terus menerus" Claire tidak mengiyakan atau membantah. Ia masih diam saja dan berfikir. Sedangkan Keith yang melihat keraguan di mata Claire semakin merasa jika rencananya mulai berjalan dengan baik.
RUANG ADMINISTRASI PABRIK ELEKTRONIK WINTHROP
"kakak mau bicara sesuatu sama kamu" ujar Arjoona pada Mutiara yang sudah tersenyum manis melihat Arjoona menghampiri nya disore hendak pulang. Ia mengangguk dengan mantap.
"ehm, ada undangan makan malam untuk kamu, kamu mau datang kan?" mata Tiara langsung melebar dan berbinar. Ia tersenyum manis dan Arjoona membalas dengan senyum lesung pipi nya yang sangat menggemaskan.
"tentu kak, kita mau makan dimana?" tanya Tiara mulai manja. Kening Arjoona mengkerut tapi ia masih tersenyum.
"ini tempatnya, kamu datang nanti malam jam 7 ya" Tiara yang menerima undangan lokasi makan malam langsung menerima dengan hati bahagia. Ia tidak berhenti tersenyum dan mengangguk setuju.
"kalo gitu, kamu pulang dan siap-siap, langsung datang ke tempat itu ya ada surprise buat kamu" Arjoona masih tersenyum sambil hendak berlalu pergi. Tiara hanya bisa fangirling pada Arjoona yang berjalan pergi darinya masih dengan senyuman.
DI SEBUAH CAFE
Louis dan Claire akhirnya bicara setelah seharian Claire mendiamkan kekasihnya itu. Louis meminta maaf atas kesalahan yang hampir saja ia lakukan.
"aku benar-benar takut kehilangan kamu sayang, aku gak mau kamu nikah sama pria lain" ujar Louis sambil mencium tangan Claire. Claire yang jatuh cinta begitu terpesona pada pria tampan itu.
"aku juga gak mau nikah, aku udah bicara sama kakek berkali-kali tapi dia tetap gak mau ngebatalin pernikahan itu" keluh Claire sambil meminum minumannya. Louis akhirnya tersenyum.
"aku pengen banget hajar enginer bodoh itu, dasar cowok brengsek" umpat Louis.
"kita tetap akan pacaran kan sayang?" tanya Claire pada Louis yang disambut senyuman Louis.
"tentu, aku gak akan pernah ninggalin kamu" Claire langsung tersenyum senang dan menggenggam tangan Louis. Claire kembali berfikir, dia belum menandatangani kontrak itu sama sekali. Mungkin ia bisa bicara untuk yang terakhir kalinya membujuk Arjoona untuk membatalkan pernikahan itu. Claire tidak bisa menyerah begitu saja pada keadaan. Ia harus mempertahankan hubungannya.
Hari ini adalah hari terakhir sebelum esok Claire dan Arjoona menikah di kantor catatan sipil. Seorang pendeta sudah disiapkan Gerald Wintrop untuk melegalkan pernikahan itu secara agama dan pernikahan akan dicatatkan oleh negara untuk memperoleh akta nikah. Selanjutnya akta itulah yang menjadi modal Gerald untuk mengangkat Claire menjadi pemegang tunggal Winthrop Corp nantinya.
Arjoona sendiri telah menyelesaikan pekerjaannya lebih awal hari ini. Malam ini ini masih harus tampil di klub dan pulang lebih awal. Esok pagi ia harus berangkat untuk menikah. Tidak seperti pasangan lainnya yang mungkin akan berdebar menjelang perikatan pernikahan, Arjoona malah termenung diam duduk di sudut mejanya sambil memandang keluar ruangan.
Setahun lalu rasanya ia sudah sangat ingin menikah. Melewati hari-hari dan masa tua dengan wanita yang ia cintai. Tapi esok ia malah akan menikah dengan wanita yang tidak begitu ia kenal selain wanita itu adalah atasannya. Arjoona menggigit bibir bawahnya lalu memejamkan matanya berkali-kali.
Sudah tidak ada lagi ruang untuk mundur. Haruskah ia menikah lantas bercerai ketika batas waktunya tiba? Tiba-tiba hatinya menanyakan hal seperti itu. Arjoona ingin hidup dengan pernikahan yang normal, memiliki keluarga kecil yang tidak pernah ia dapatkan. Ia akhirnya menggeleng dan melepaskan nafas berat. Arjoona bangun dari duduknya dan mengambil barang-barang yang harus ia bawa pulang.
Arjoona bertemu David yang juga akan pulang. Ia hendak menuju motor Yamaha XS650 miliknya dan akan beranjak pulang.
"hei Vid, gimana makan malam lo, belum cerita ke gue, sukses?" tanya Arjoona pada David yang hampir tidak terlihat selama dua hari. David menghela nafas berat dan tersenyum tipis.
"yah gitulah bang" jawabnya singkat dengan wajah sedih. Arjoona yang melihat langsung menghampiri dan memegang bahunya.
"lo gak apa, apa yang terjadi?" David memandang ke depan dan tersenyum menggeleng.
"gak ada yang terjadi, aku ditolak bang" ujar David sambil menaikkan bahunya. Arjoona meringis dan tersenyum getir. Ia tau benar bagaimana David menyukai Tiara.
"Lo akan dapat yang lebih baik" Arjoona tersenyum optimis dan mengangguk. David membalas senyuman Arjoona dan ikut mengangguk.
"aku pulang dulu bang"
"iya gue juga mau pulang," balas Arjoona sambil sedikit mundur.
"abang tenang aja besok pekerjaan abang aku yang bereskan" Arjoona mengangguk dan langsung memberi jempol. David pun melambaikan tangan sebelum berlalu dari parkiran. Arjoona pun menuju mobilnya dan menghidupkan mesin untuk pergi. Dijalan keluar gedung Winthrop, Claire melihat mobil Joona dan terlihat Joona berhenti memperlihatkan ID cardnya sebelum akhirnya keluar. Claire pun masuk ke mobilnya dan mengikuti mobil Arjoona dari belakang.
Arjoona mengendarai mobil sedan tua nya ke klub hiphop tempatnya akan tampil malam ini. Malam ini ia memilih makan malam diklub hiphop Anthem agar bisa pulang lebih awal.
Betapa kagetnya Claire begitu memasuki parkiran sebuah klub dimana Arjoona berhenti memarkirkan mobilnya. Ia mendengus sinis pada Arjoona.
"rupanya dia punya kehidupan malam ya, ah cowok baik-baik apanya" umpat Claire begitu melihat nama klub itu dari luar. Ia pun turun dari mobilnya dan berjalan ke dalam. Beberapa pria yang masih diparkiran melihat Claire dengan pandangan nakal dan Claire hanya lewat saja tanpa perduli. Ia memang cantik dan imut dengan bentuk bibir sensualnya. Belum lagi pakaian kantoran yang ia gunakan dengan rok sangat pendek yang memperlihatkan paha mulus dan heels pump yang membuatnya makin seksi.
Claire masuk dengan sedikit cemas, ia tidak pernah masuk ke klub seperti ini. Hanya dia yang terlihat masih berpakaian formal, semua orang terlihat dengan pakaian sangat santai. Beberapa wanita dengan pakaian minim sempat berseliweran tapi mereka lebih kelihatan swag dan keren daripada seksi. Mata Claire masih mencari-cari Arjoona dan ia seolah menghilang. Hingga Claire tiba di bagian tengah klub dan terkejut ketika suara musik tiba-tiba berdentum.
Seorang DJ lalu memanggil nama Arjoona sebagai rapper utama malam ini. Seorang penyanyi hiphop wanita akan diiringi oleh Arjoona sebagai rapper untuk perform malam ini. Betapa terkejutnya Claire ketika ia melihat Arjoona diatas panggung dengan pakaian berhoody besar dan tampil sebagai rapper.
Semua orang disekitarnya meneriakkan nama Joona dengan begitu antusias. Sejenak mata dan mulut Claire sedikit terbuka ketika Arjoona membuka hoodynya dan terlihatlah ia ternyata adalah seorang rapper. Claire tidak pernah berfikir jika enginer yang berpenampilan sederhana seperti Joona ternyata adalah seorang rapper. Dan Claire harus mengakui jika ia terlihat sangat keren dan tampan dengan penampilan rap nya.
Claire berada di tengah-tengah pengunjung yang menari seiring dengan musik yang diputar dan performa Joona diatas panggung. Beberapa orang bahkan mengikuti bars rap yang ditampilkan Joona. Claire masih melihat ke kanan dan kiri ketika beberapa orang wanita meneriakkan I love you pada Arjoona yang sedang tampil. Ia begitu terkenal di klub itu dan para gadis tidak berhenti melompat saat Joona sedang rap.
Claire akhirnya harus terdesak ke belakang dan terpaksa menunggu di dekat bar. Seorang bartender wanita menanyakan apa yang ingin ia minum. Claire hanya memesan soft drink karena ia tidak ingin mabuk sama sekali.
"ini minumannya, yakin gak mau bir?" tanya bartender itu lagi. Claire menggeleng sambil senyum.
"siapa rapper yang sedang perform?" tanya Claire mencoba mencari tau tentang Joona.
"oh Jonna, namanya Arjoona Harristian, kamu baru ya?" jawab si bartender sambil tersenyum tipis.
"iya, ehhm dia suka perform disini?" bartender itu mengangguk
"dia udah dikontrak untuk tampil di klub ini, dia rapper tetap tampil 3 kali seminggu," Claire mengangguk
"fans nya banyak?"
"uggh jangan tanya, cewek cowok semua suka sama Joona"
"Joona?" bartender itu pun mengangguk. Claire pun mengangguk dan tersenyum lagi. Claire harus menunggu hingga Arjoona selesai perform dan ia digantikan oleh beberapa rapper lainnya. Melihat Arjoona turun dari panggung dan hendak pergi Claire langsung hendak mencegat.
"ah fans baru lagi" gumam bartender bernama Felisha itu melihat Claire langsung menghampiri Joona. Arjoona yang juga dihampiri oleh beberapa wanita tersenyum manis dan senyumannya langsung hilang begitu melihat Claire berada di antara para wanita itu.
"kita harus bicara" Claire langsung menarik pergelangan tangan Joona mengabaikan hardikan fans Joona yang sudah lebih dulu mengelilingi sedangkan Arjoona masih kaget mengapa Claire bisa ada di klub.
"ngapain kamu kemari" tanya Joona masih dengan keringat di kening dan leher. Sejenak Claire terpana melihat seksinya Arjoona yang berkeringat. Ada wangi tubuh yang sangat atraktif tercium di hidung Claire begitu Arjoona dekat. Dia masih sedikit terengah setelah tampil hampir dua jam diatas panggung. Claire yang menyadari ia memandang Joona terlalu lama langsung menggeleng.
"kita harus bicara" jawab Claire memudarkan lamunannya sendiri. Arjoona mengerutkan keningnya
"soal apa lagi" baru Claire hendak membuka mulutnya, ia malah terdiam melihat keringat Arjoona yang mengalir dari balik telinga turun hingga leher.
'shit apa yang aku pikirin' umpat Claire dalam hatinya.
Joona melihat Claire heran karena ia seperti sedang berbicara sendiri. Ia masih menunggu Claire meneruskan bicaranya.
"batalin pernikahan besok" ujar Claire akhirnya setelah bisa menguasai dirinya setengah berbisik. Sekalipun Claire sudah menggunakan heels, ia masih tetap harus agak menengadah memandang Joona. Ia pun harus mendekat agar pembicaraanya tidak didengar oleh orang lain. Dan wangi tubuh seksi Joona tidak membantu sama sekali. Ada rasa hangat yang aneh dirasakan Claire di tubuhnya begitu sesekali wangi tubuh itu tercium padanya.
"kita udah bahas ini berkali-kali, aku gak akan batalin pernikahan besok" Claire mendengus kesal. Arjoona malah duduk di kursi di sebelahnya. Ia memesan sebotol bir pada Felisha. Claire masih berdiri disamping Joona masih berharap bisa bernegosiasi.
"apa sih yang kamu harapin dari pernikahan ini, kita gak bisa menikah Arjoona" Joona berdecak dan menoleh pada Claire.
"ini cuma dua tahun kamu hanya tinggal tanda tangan kontrak dan akta pernikahan apa sih susahnya" jawab Arjoona santai.
"kita saling benci gak mungkin kita malah nikah" Arjoona tidak memperdulikan Claire dan malah minum dengan santainya.
"udahlah gak ada lagi yang harus diomongin" Claire memukul meja di depan Joona. Tapi Joona terlihat biasa saja.
"aku akan tetap berhubungan dengan pacarku meskipun kita menikah, memangnya kamu mau reputasi kamu jelek karena istri kamu selingkuh lebih baik kamu batalin sekarang" Arjoona tertawa mengejek
"kamu ngomong kalo kamu mau selingkuh? Aku bakal kurung kamu dirumah biar kamu gak bisa kemana mana apalagi nemuin cowok bejat itu" umpat Arjoona mematik emosi Claire.
"jangan menghina Louis!"
"kenapa, kamu mau marah, silahkan aku gak perduli, tapi begitu kita nikah kamu harus putusin laki-laki itu atau jangan salahin aku kalo aku akan bikin dia babak belur" ancam Arjoona dengan wajah kesal.
"batalin pernikahannya!"
"gak" jawab Joona cepat menoleh sejenak
"kamu memang brengsek, dasar laki-laki murahan!" umpat Claire pada Joona yang masih duduk di kursi bar sambil minum.
"terserah kamu mau bilang apa, yang jelas besok kamu akan jadi istriku, oh jangan lupa tanda tangan kontraknya, sampai jumpa besok di catatan sipil, sayang!" ujar Joona mengejek Claire yang ingin sekali membunuhnya.
"aku akan bikin hidupmu kayak di neraka Arjoona Harristian, kamu bakalan nyesel ngelakuin ini sama aku!" Claire membalas dengan tangan terkepal.
"oh aku gak takut, kamu boleh lakuin apa aja"
"aku bakal pecat kamu"
"oh, silahkan" Arjoona hanya minum dengan santai tidak perduli.
"apa mau kamu sebenarnya?" Joona berdecak mendengus tersenyum sinis
"uang, aku akan dapat setengah harta kamu kalo kita nikah, so kenapa gak, see you tomorrow, pakai baju yang rapi besok" Claire berteriak sambil menghentakkan kakinya. Beberapa orang di bar mulai memperhatikan perdebatan Arjoona Harristian, rapper underground terkenal di klub hiphop itu sedang berdebat dengan seorang wanita cantik berambut pirang, bule tapi bisa bahasa indonesia dengan sangat baik.
Claire melihat kekanan dan kirinya, beberapa orang terlihat berbisik-bisik tentang dirinya. Jika ia bicara terlalu keras maka banyak orang yang akan tau. Claire akhirnya tidak mau menambah malu, ia memutuskan untuk pergi dan tidak memperpanjang perdebatannya dengan Arjoona. Ia keluar dari klub dengan pakaian seksi kantoran dan langkah anggun arogan. Arjoona hanya bisa melepaskan nafas berat. Sangkin kesalnya ia sampai memukul meja. Felisha hingga kaget, ia tidak pernah melihat Arjoona sekesal itu. Arjoona langsung berdiri dan berjalan ke ruang ganti. Ia duduk beberapa saat berfikir dan merenung.
Arjoona sedang mencari sedikit keraguan dihatinya, tapi yang ada hatinya malah semakin kuat ingin menjalani pernikahan itu. Entah mengapa ia malah yakin dengan pernikahan dua tahun tanpa masa depan yang jelas itu.
"apa gue pengen banget nikah, sampe pernikahan kontrak pun gue jalani" Arjoona mengucek rambutnya dengan kesal sebelum berdiri dan bersiap pulang.
Malam ini, Arjoona yang sudah keramas dan bersih tidak bisa tidur. Waktu sudah dini hari tapi ia bahkan tidak mengantuk sama sekali, Arjoona melihat lagi pada jam dinding dan menyapu sekeliling rumahnya. Rumah itu begitu sepi, ia sudah tinggal sendiri bertahun tahun dan baru kali ini ia merasa hidupnya terlalu sendiri. Mendengus dengan kesal, ia bangun dari kursi dan berniat hendak tidur. Dan Arjoona baru tertidur menjelang pagi.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba, Arjoona berdiri di depan cermin hampir setinggi tubuhnya hendak memakai jas tuxedo pernikahannya. Pernikahan harusnya dilalui dengan wajah bahagia namun Arjoona berdiri di depan cermin dengan wajah tanpa senyum. Ia terlihat sangat tampan, berkelas dan begitu berbeda dengan tuxedo hitam Hugo Boss. Dengan menghembuskan nafas berat ia memasang sebuah bunga di saku jasnya. Ia pun berbalik mengambil kunci mobil dan langsung keluar dari rumahnya.
Joona mengendarai sendiri kendaraannya menuju kantor catatan sipil yang akan segera mencatatkan pernikahannya. Tiba diparkiran, Steven Juliandra sudah menunggu Joona sambil tersenyum.
"kamu kelihatan berbeda dan ganteng" sapa Steven sambil tersenyum. Ia memakai jas bermerk dan kelihatan sangat cocok dengannya. Joona membalas senyuman Steven yang mengajaknya untuk masuk kedalam. Ada sebuah chapel sederhana yang disediakan oleh kantor catatan sipil bagi pasangan yang akan menikah. Arjoona ternyata lebih dulu tiba, ia duduk di depan chapel itu menunggu pengantinnya Claire Winthrop.
10 menit kemudian, Gerald terlihat datang sembari tersenyum bahagia. Steven pun mempersiapkan ritual pernikahan itu. Hanya ada kedua mempelai, Gerald, Steven, seorang pendeta dan petugas catatan sipil. Gerald akhirnya menarik tangan Claire yang tidak mau tersenyum sama sekali kedalam chapel kecil itu. Gerald mengiringi langkah Claire pada Joona yang telah lebih dulu berdiri. Arjoona akhirnya berhadapan dengan Claire yang sangat cantik, wanita yang ia benci dan Claire berhadapan dengan Arjoona yang tampan, pria yang sangat ia benci.
Arjoona belum pernah melihat Claire dengan dress soft pink yang membalut tubuh seksinya dengan sangat baik. Ia terlihat sangat cantik dengan rambut tersanggul dan beberapa bunga di salah satu sisi. Arjoona sejenak terpana dan tidak berkendip memandang Claire.
Calire sendiri tidak pernah melihat Arjoona berpakaian formal seperti saat ini. Tuxedo itu membalut tubuhnya dengan sangat sempurna. Perawakan Arjoona yang tinggi menambah kesan maskulin dan mature yang dimilikinya. Claire tidak bisa memungkiri jika Arjoona terlihat sangat seksi dan dominan dengan jas tuxedo itu.
Setelah mengucapkan kalimat bersedia, keduanya akhirnya saling memasangkan cincin. Entah mengapa selama seremoni dan keduanya saling menatap, mereka melupakan sejenak rasa permusuhan satu sama lain. Usai memasangkan cincin dan diperbolehkan mencium, Arjoona mengerutkan keningnya dan memandang Gerald.
Gerald pun menyuruh Joona untuk mencium wanita yang sudah resmi jadi istrinya itu. Claire mengantisipasi gerakan Joona dan Joona yang tidak punya pilihan akhirnya harus mencium agar tahap pernikahannya bisa selesai. Arjoona pun menunduk tapi Claire malah sedikit menghindar.
"kamu mau apa?"
"cium kamu" Arjoona mendengus kesal melihat respon Claire. Ia akhirnya memaksa memegang dagu Claire dan mencium pipinya dengan lembut. Mata Claire membesar dan ia tercekat. Claire sudah beberapa kali berciuman dengan pria tapi ciuman Arjoona di pipi membuat hatinya berdetak kencang. Lebih kencang dari yang pernah ia rasakan.
Arjoona dan Claire akhirnya menandantangani akta pernikahan mereka. Dan menerima semua dokumen yang menyatakan jika kini mereka terikat secara hukum sebagai suami dan istri. Usai menikah, Claire langsung membuka ikatan bunga dirambutnya.
"sekarang kakek senang kan, aku mau pulang" Claire langsung pergi meninggalkan Arjoona dan kekeknya di chapel itu. Gerald menghela nafas berat lalu memandang Arjoona yang tersenyum tipis.
"selamat ya nak, dan terima kasih" Arjoona mengangguk dan tidak menjawab.
"aku tunggu kamu nanti malam dirumah," Arjoona tersenyum dan mengangguk lagi. Gerald dan Steven pun akhirnya juga pergi dan meninggalkan Arjoona sendiri di chapel kecil itu. Arjoona berbalik dan melihat patung Yesus di depannya, ia tersenyum sejenak dan menyalakan lilin.
"aku tau ini dosa, tapi aku melakukan ini untuk menolong pria yang sudah menolong dan membesarkanku, ampuni aku Tuhan, aku juga tau ini hanya dua tahun tapi kumohon berkatilah pernikahan dua tahun ini, Amin" Arjoona memasang tanda salib dan menghela nafas mengakhiri doanya. Ia pun berjalan keluar dari chapel itu menuju mobilnya dengan status baru sebagai suami kontrak Claire Winthrop.
SEBUAH DISKOTIK
"udah Lou, kamu udah mabuk jangan minum lagi" ujar Kenanga setengah berteriak bersaing dengan suara musik yang keras pada Louis yang terus minum.
"aku mau mabuk, kamu tau hari ini Claire nikah sama cowok brengsek itu" teriak Louis sambil memegang gelas cognac. Ia terus menegak minuman beralkohol tinggi seperti Martell Cognac hingga mabuk.
"iya aku tau, lagipula ngapain sih kamu terus ngarapin Claire, jelas-jelas dia malah nikah sama cowok lain bukan kamu" protes Kenanga masih bergelayutan pada Louis. Louis yang mabuk pun menoleh pada Kenanga.
"trus aku harus gimana dong, aku gak mau kalah dari enginer bodoh itu!" umpat Louis masih berteriak. Kenanga menarik nafas berat. Ia mulai merangkul Louis yang mabuk hendak membawanya pulang.
"ayo pulang, nanti kamu malah tidur disini" tarik Kenanga pada tubuh Louis. Louis membiarkan gadis itu memapahnya keluar diskotik setelah membayar minuman mereka.
Sampai di mobil dan Kenanga hendak menyetir, tiba-tiba Louis malah memegang dagu Kenanga.
"kamu cantik juga ternyata Kenanga." Kenanga tersenyum manis
"gak cuma Claire yang cantik, aku juga cantik" balas Kenanga percaya diri. Louis mengangguk. Entah ia sadar atau tidak ia malah mencium bibir Kenanga tiba-tiba. Dengan bau alkohol, Kenanga yang tidak menyangka dicium oleh Louis membalas ciuman pria yang sudah lama ia sukai itu. Ciuman mereka semakin agresif dan panas hingga muncul ide gila dari kepala Louis.
"kita ke hotel ya, aku mau kamu sekarang, kamu cantik banget babygirl" Kenanga seolah mendapat angin surga mendengar Louis memuji kecantikannya.
"call me daddy" bisik Louis lagi. Kenanga menunduk dan merona
"yes daddy"
"let's go" ujar Louis dengan wajah sumringah.
MANSION WINTHROP
"ngapain kamu disini?" teriak Claire begitu melihat Arjoona yang keluar dari sebuah kamar di mansion Winthrop dengan kaos T shirt putih dan celana pendek hitam dibawah lutut. Claire sendiri memakai piyama satin dengan celana short yang imut. Arjoona hanya menyengir dan melanjutkan berjalan menuju dapur.
"aku tanya sama kamu ngapain kamu disini?" Claire masih berteriak pada Arjoona yang mengabaikannya. Arjoona memejamkan mata dan menahan emosi, ia berbalik hendak menjawab sebelum ada suara yang memotongnya.
"mulai sekarang Arjoona tinggal disini berdua dengan kamu" Claire langsung berbalik melihat kakeknya Gerald menjawab pertanyaan Claire. Claire berbalik lagi pada Arjoona dengan wajah kaget dan Arjoona yang pura-pura bodoh hanya mengangkat bahunya.