Chereads / Dibatas Senja / Chapter 86 - BAB 86

Chapter 86 - BAB 86

Pagi ini Ardan bangun pagi dan bertekad untuk menemui Putri di kampus dan menanyakan tentang keberadaan Alena yang dan Ardan harus mencari jawaban apakah dia adalah ayah kandungnya.

"Sudah siap ke kampus, pagi sekali mas," Lusi melihat heran Ardan yang sudah bersiap dengan perpakaian rapi,"tapi masih sempat sarapan kan mas ?" Ardan menoleh kearah Lusi dan mendekatinya, diciumnya kening sang istri ada rasa bersalah dalam hati kecilnya.

"Tentu saja mas akan sarapan dulu dengan istri tercinta, Kamu tuh istri yang baik dek, mas tambah sayang deh kalo seperti ini, mana bisa berpaling dari wanit lain coba," perkataan Ardan bener bener keluar dari hati terdalamnya, bagaimana dia ndak bersyukur memiliki istri yang sangat hebat dan dia amat tahu, istrinya mesti semalam sedikit curiga pada perubahan sikap Ardan tapi tetap saja melayaninya dengan tulus, aku akan tetapmempertahankanmu dek mesti apapun yang akan kita hadapi, batin Ardan semoga kamu tidak kecewa dengan masa lalu mas.

"Ah gombalan mas keluar deh pagi pagi," Lusi tersenyum kecil mendengar rayuan seribu pulau dari sang suami. "Mas setelah lahiran nanti aku tetep boleh kerja lagi kan, masak jadi pengangguran," Lusi mencoba menyampaikan keinginannya, bosen kalo harus di rumah hanya nungguin suami datang, tapi tentu saja ijin suami adalah kata kuncinya.

"Nanti kita pikirkan ya sayang, dedek umur berapa sudah bisa ditinggal mamy nya," ucapan ardan ambigu antara mengijinkan atau tidak, karna dalam hati kecilnya dia ndak akan tega untuk membiarkan anaknya nanti hanya ditinggal dengan pengasuh. Wajah Lusi sedikit cemberut dia tahu pasti dak akan mulus begitu saja kalo ingin kerj lagi setelah baby nya lahir, tapi lusi juga tahu memang resiko dengan memiliki anak masih bayi untuk ditinggal kerja tentu akan merepotkan, tapi kalo hanya sekedar mengajar yang jam kerjanya ndak fullday kan lusi pikir masih bisa dipikirkan.

"Jangan cemberut dek, kan mas ndak pernah ngelarang adek kerja kan, nanti kita cari timing yang tepat ok cantik," Ardan menggandeng sang istri dan mengajaknya duduk di kursi yang sudah ditariknya untuk diduduki sang istri setelah itu ardan pun duduk di sampingnya, dengan meja makan yang ternyata sudah tersedia sarapan favorit mereka berdua nasi goreng dengan telor mata sapi setengah mateng menghias diatas nasi goreng, tak lupa segelas teh manis, amat simpel memang, Bahagia itu sederhana, apa pesen yang tersirat asal jangan neko neko Ardan tersentil dalam hatinya.

"Kita sarapan yuk, mas" Lusi menyilahkan sang suami dengan piring yang sudah tersaji mantap kesukaan mereka tak lupa kerupuk yang menjadi pelengkap sajian nasi goreng, hemm mak nyus pokoke, bikin air liur menetes. Ardan tersenyum dalam hati dia bersyukur dengan kesederhanaan istrinya."Kalo seperti ini bisa cepet kaya dek, tabungan mas akan terus bertambah, yang terpenting bumil tambah tembem tuh pipi dengan makanan yang sehat," ardan menatap mesra Lusi dan tak tahan akhirnya mencupit pipi halus sang istri bak bakpao dua biji, dengan ke dua tangan. Hidung mereka bersentuhan menambah kemesraan diantara mereka. Kalo tidak ingat rencananya ke kampus pagi pagi untuk hal yang urgen harus diselesaikan, sudah pasti Ardan akan dengan senang hati mengangkat sang istri merebahkan di ranjang mereka, Ardan snyum senyum sendiri.

Mereka berdua menikmati sarapan pagi sebelum akhirnya Ardan berangkat ke kampus untuk menemui Putri, tentu saja hal terakhir tanpa sepengetahuan sang istri, Ardan hanya ingin memastikan Alena adalah putri mereka.

Di tengah perjalanan Ardan mengirimi pesan pada Putri untuk menemuinya di kampus pagi hari sebelum mereka memulai aktifitas mengajar mahasiswa masing masing.

Tepat pukul tujuh mobil ardan sudah memasuki gerbang kampus yang memang sudah terbuka, karna ada juga dosen yang punya jama ngajar sebelum pulul tujuh pagi, hal ini untuk pembagian kelas, mengingat banyaknya mata kuliah yang harus diselesaikan dalam satu semester. Ardan memarkir mobilnya dideretan tempat parkir dosen ekonomi, yang sudah ada lima mobil, terlihat mobil putih milik Putri sudah terparkir di tempat ketua Prodi Akuntansi, memang untuk kedisiplinan putri tidak diragukan lagi, Ardan sering kalah start untuk masalah kedatangan, atau mungkin hari ini Putri ada jadwal pagi, ah aku dak hafal jadwal ngajarnya, kalo memang ada jam biarlah nanti akan ku nunggu di ruanganku.

Dengan membawa bodybag di pundak Ardan mengecek handphone siapa tahu Putri menghubunginya, none tidak ada notifikasi yang masuk, tapi tadi pesen Ardan sudah ter-read tercentang warna biru, kenapa tidak dibalas, hem jangan sampai Dan ini karma buat mu, karna sebelumnya Ardan yang terus berusaha menghindar dari Putri, eh bu Putri kalo di Kampus mereka, giliran dirimu yang butuh rasain merasa tidak dipedulikan, emang enak dicuekin, Ardan menarik nafas dalam, Ardan melangkah gontai menuju ruangan.

Mendekati Gedung tempat office-nya para dosen, Ardan semakin galau 'SHIT' ngapain juga Ardan mengumpat dalam hati, mestinya isthigfar Dan yang banyak, dosa lo tidak terampunkan, melukai dua Wanita sekaligus, Putri bersama sang putri Alena, eh tentu saja tiga Wanita kali ditambah istri tercinta yang bagaimana akan sangat terluka hatinya nanti andai semua terbongkar semoga selesai dengan manis, inginnya ArDan.

"Asalamualikum, " kebiasaan Ardan akan mengucapkan salam setiap mau memasuki ruangan entah ada yang lain atau tidak, ternyata masih sepi, terbukti tidak ada yang menjawab salamnya. Hati nya ketar ketir manakala sekelebat siluet tubuh seseorang yang dari beberapa hari ini mengganggunya, nampak di ruang arah horisontal tempat Ardan berdiri. Ardan menaruh bodybag di kubikelnya, di ambilnya sebotol air putih yang tersedia di meja dan diteguknya hingga tandas, mungkin tadi Office boy sudah keliling menyediakan air mineral untuk seluruh meja di ruangan. Ardan masih Nampak nervous terlihat dari keraguannya antara memasuki ruangan ketua Prodi atau tidak, tapi rasa penasaran untuk memperoleh jawaban lebih kuat hingga Langkah kaki Ardan mengayun ke ruang diaman dia yakin Putri ada di sana.

Dengan ragu Ardan masuk dan mengetuk pintu, mesku pintu dalam kondisi terbuka, "Assalamualaikum," Ardan melongokkan kepala mengarahkan pandangan ke dalam ruangan, ternyata Putri baru dari kamar mandi ruangan, ruangan Prodi memang dilengkapi dengan ruang tamu, dan juga kamar mandi dan ruang kerja pribadi. "Waalaikumsalam, eh sudah datang mas Ardan, silahkan masuk, tunggu sebentar ya !" Putri menyilahkan Ardan masuk dengan menunjuk tangan ke arah sofa tunggu, sementara Putri mengganti sandal kamar mandi dengan sepatu heel, kemudian mengambil tisu yang tersedia di meja untuk membersihkan kedua tangannya yang tadi basah. Akhirnya Putri duduk di sofa di depan Ardan.

Putri memandang Ardan dengan datar, tidak nampak wajah menggoda seperti biasa penampilannya jika berhadapan dengan Ardan, saat ini konsidi berbalik, Ardan mengalami kegundahan sementara Putri dengan ketenangannya. What's happening ?

"Ada yang mau dibicarakan mas," kata pembuka Putri membuat ardan terbengong dan menampilkan huruf O pada mulut nya. "Apa tidak ada sesuatu hal yang ingin kamu ceritakan pada saya," Ardan balik bertanya karna memang menurutnya dia tidak mutlak bersalah karna tidak mampu mengingat apapun tentang mereka.

"Apa mas Ardan masih belum mengingat sesuatu, tentang kita," Putri kembali balik bertanya, OH GOD Ardan semakin merasa dipermainkan, dia menggenggam tangannya kuat menahan amarahnya. Salahkan Ardan jika dia marah karna putri tidak memberitahu apapun tentang Alena, salahkan Putri yang justru sekian tahun memendam keinginan untuk menyampaikan pada Ardan sedang dia tahu ardan tidak mengingatnya sama sekali, ketakutan akan ditolak lebih besar.

"Saya tidak tahu mesti cerita apa tidak saat ini sama mas Ardan, tapi satu hal saya sama putri saya sudah bahagia tanpa ada ayah biologis dari anak saya, memang pernah terbersit beberapa kali saya ingin menceritakan pada mas Ardan, tapi melihat mas Ardan begitu tidak peduli dengan perasaan saya, bahkan saya pernah merendahkan diri dengan menginginkan menjadi istri keduamu, semua sebenarnya bukan hanya untuk diri pribadi saya tapi ada yang lebih membutuhkanmu." Putri menarik nafas panjang menjeda ceritanya,"Ada dilema ketika mengetahui kamu menikah dengan sahabat saya Lusi, artinya jika saya menyampaikan kebenaran ini saya akan meluakai sahabat saya, bukan begitu mas Ardan," Putri berpindah duduk di sebelah ardan, semata untuk menghindari tatapan tajam lelaki itu, "Apa saya salah mas, tunjukkan pada saya sikap yang benar yang baik untuk kita semua, tidak ada bagi saya seorang single parent, seorang yang pernah memiliki anak tanpa ikatan pernikahan menurut mas Ardan ? saya begitu rendah di mata masyarakat, dan akan lebih parah lagi jika saya memaksa mas Ardan dan menuntut untuk pertanggung jawaban atas anak saya, yang bahkan mas Ardan tidak tahu keberadaannya, tolong pikirkan, dan beri saya ruang, dan perlu diingat saya tidak lagi ingin memaksa anda," putri beranjak dari duduknya dan melangkah menjauh dari sofa tempat ardan duduk tanpa bergeming, hanya menatap ke depan tanpa tujuan.

Ardan tahu dia telah menorehkan luka yang dalam pada Putri dan buah hati mereka.

mohon maaf baru bisa update, moga masih ada yang mau baca nih cerita

"tank's alot atas dukungan reader selama ini " salam kembali tuk semua