Kejadian yg membawa Putri mengalami masa kelam.
"Apa yang kamu lakukan pada adik ku," Langkah Ardan tertahan saat seorang laki laki sebaya nya menatap penuh selidik dan suara yang menggelegar menyapa nya.
"Maafkan aku, bi" Ardan tertunduk lemah tanpa mampu menatap mata hitam yang menantang dari temen baiknya. Dari dalam kamar adik semata wayang Abian melihat siluet adik nya yang meringkuk di tepi ranjang kayu, Abian merengkuh putri yang sedang menangis dan memeluk nya erat, Abian langsung tahu apa yang telah dilakukan kedua nya. Abi seakan tak rela adik nya tersakiti, saat itu Abian merasa Ardan harus bertanggung jawab pada masa depan adik nya, "Diam kau Ardan, jangan lari dari tanggung jawab mu," dengan suara menggelar Abian berusaha menghentikan langkah kaki Ardan, yang akan beranjak dari luar rumah.
"Maaf kan aku bi, aku akan bertanggung jawab menikahi adik mu, setelah lulus nanti," Ucap Ardan dengan suara bergetar, menyesali apa yang telah dilakukan bersama adik sahabat nya, Ardan menarik rambut nya dengan keras karna frustasi memikirkan kesalahan nya.
"Ada apa Nak Ardan, " beberapa saat kemudian kedua orang tua Abian dan Putri menghampiri Ardan, "Apa yang terjadi ? kenapa Abian berteriak teriak ?" kedua orang tua itu memandang mereka bertiga membutuhkan jawaban.
"Ingat janji mu, aku akan mencari mu kemana pun kalo sampai tidak kamu tepati ?" gigi Abian gemeretak menahan geram pada lelaki yang tidak dapat ia percaya menjadi sahabat nya sejak SMP.
"Maafkan Ardan Bu, Pak, kami tidak bisa mengendalikan diri," kedua orang tua itu masih melongo belum menyadari apa yang terjadi, "Ardan sudah melakukan dosa besar, Maafkan kami," Ardan berlutut dibawah kaki ibu Putri yang kini memandang datar ke arah putri bungsu nya, apakah mereka telah melakukan hal yang tak pantas, Oh Tuhan, apa salahku hingga menerima aib dari anakku. Maafkan aku ya Allah tidak bisa membekali putri dengan akhlak yang baik, astagfirullah. Ayah Abian mendekati Ardan, "pulanglah nak, sampaikan kejadian ini pada orang tua mu, dan kata kan kami menunggu mereka besok di rumah ini. Putri terpaku dengan kata kata Ayah nya, dia tahu kepala keluarga ini sangat kolot dalam memegang aturan agama, walaupun Putri sedikit menyesali kenapa diri nya sebagai anak perempuan mereka belum bisa menutup aurat nya hingga kejadian seperti yang tidak diharapkan terjadi, kenapa hanya mas Ardan disini yang disalahkan, salahkan anak mu juga yang telah menggodanya, batin Putri.
Apa yang telah dilakukan tadi sama mas Ardan kenapa tidak terpikirkan gimana marah nya nanti ibu dan bapak nya setelah tahu kejadian ini seperti melempar kotoran pada muka kedua orang tua nya. SIAL apa yang dihadapi nanti ke depan. Putri masih dalam dekapan kak Abian.
"Baiklah pak saya permisi dulu," terdengar Ardan pamit dari rumah Putri. Setelah itu Ardan tidak pernah kembali lagi ke rumah nya apalagi bersama orang tua nya seperti yang diminta ayah.
Ardan tidak pernah tahu akibat hubungan terlarang itu Putri harus berhenti dari sekolah nya satu tahun karna hamil dan mengandung anak nya. Putri pindah sekolah dan melanjutkan SMA nya di Jawa Timur tempat nenek nya tinggal dan kemudian jadi temen akrab Lusi di sekolah yang baru. Sedang anak Putri dititipkan pada Adik dari Ayah nya yang kebetulan tinggal satu gang dekat dengan orang tua Putri. Sebelum nya Putri tidak menerima kalo di hamil di luar nikah namun beruntung keluarga nya memberi dukungan mental maupun material pada remaja putri tersebut dan menyadari kalo anak perempuan semata wayang nya butuh dukungan moril terutama, walaupun tidak sedikit yang mencibir keluarga mereka sejak peristiwa itu, sedang yang menanam benih tidak pernah memunculkan batang hidung nya.
------------------------------
Ardan mengalami shock berat dalam batinnya dengan usia yang masih belia Ardan tertekan secara batin sendiri.
Saat berjalan Ardan melamun memikirkan kejadian yg membuatnya bingung gimana cara ngomong nya ke bunda dan bapak.
Atau aku tidak usah cerita saja kejadian memalukan itu kepada kedua orang tua ku dan memilih diam, kemudian untuk menghindari keluarga Abi, aku akan meminta pindah pada orang tua ku ke Jogja tempat kak Lia kuliah, dan tinggal di rumah pak de Sholihan kakak dari bunda nya, batin Ardan bergolak, antara menepati janjinya dengan resiko kemarahan bapak nya yang seorang guru atau dia memilih diam meninggalkan kota untuk pindah menghindar dari tanggung jawab. Bunda maafkan Ardan tangis Ardan dalam hati, dia telah menjadi laki laki brengsek.
Ardan terus berjalan bahkan dia lupa arah rumah nya, Cuaca pun ikut mendukung kelam nya hati Ardan tiba tiba hujan mengguyur tubuh remaja itu, dan BRAAK
Sebuah mobil dengan kecepatan penuh, menyadari kalo telah menabrak seseorang, Dia menepikan mobil dan pengendara nya pun keluar, kenapa ada seseorang yang menyeberang jalan di tengah hujan dan dak lihat kanan kiri jalan. Sial, pengendara itu akhirnya membawa Ardan ke rumah sakit.
"Bapak wali dari adik ini" tanya seorang perawat yang menerima pasien yang dibawanya dan telah dipindahkan dari mobil ke brangkar rumah sakit ke IGD.
"Bukan, suster, dak sengaja tadi aku menabrak nya, dia menyeberang begitu saja di jalan, sekarang dia merepotkan ku, padahal aku ada urusan bisnis di kota ini, hemm," bantah laki laki paruh baya yang terlihat dari stelan jas mahal nya dia orang kaya.
Kemudian datanglah seorang dokter laki laki membawa dompet dan handphone yang berasal dari kantong celana korban "tenang pak terima kasih sudah membawa ke RSUD yang penting kami akan menangani adik ini agar selamat," kata perawat itu dengan tegas.
"Terima kasih mas, tolong hubungi saya jika memang perlu sesuatu, " laki laki itu memberikan kartu namanya dan memberikan beberapa jumlah uang untuk memastikan kalo dia bertanggung jawab pada korban.
Laki laki itu tuan tanah yang memiliki perkebunan tebu dan adalah bapak dari Janggan temen kuliah Ardan.
Akhirnya pihak rumah sakit berhasil menghubungi orang tua korban dan melakukan operasi cepat karna Ardan terkena benturan pada kepala nya yang mengakibatkan Ardan pun mengalami Gegar otak dan ada sebagian memorinya yang hilang.
Orang tua Ardan sangat bersyukur anak nya terselamatkan.
"ibu" kata pertama terucap setelah Ardan sadar, paska operasi Ardan mengalami koma selama dua hari di ICU.
"Alhamdulillah, ini ibu nak," air mata ibu dak bisa terbendung mengalir deras, ibu bahkan tidak pulang setelah nerima kabar dari RSUD kalo anak laki laki satu satu nya kecelakaan dan harus dioperasi.
Digenggamnya tangan Ardan, takut anak nya tak sadar lagi, "ada apa nak," ibu mengelus tangan Ardan, "ibu panggil dokter dulu ya," ibu pun menekan bel di sebelah infus oksigen yang masih mengalir di hidung putra nya untuk memanggil dokter, entah berapa selang yang ditempelkan pada tubuh putra semata wayang nya.
"Bu aku mau pindah sekolah," ucap Ardan, kemudian kembali memejamkan mata nya.
"Ardan, " ibu kembali memekik pelan, kemudian dokter pun memegang pundak ibu pelan, "ibu dak usah khawatir mas Ardan sudah melewati masa kritisnya, kami akan melepas sebagian peralatan ini karna tidak dibutuhkan lagi, mas Ardan untuk akan dipindahkan ke kamar perawatan, berkat doa ibu," dokter muda itu tersenyum pada ibu membuat ibu merasa tenang.