Mereka pun pergi ke SMP 9. Saat sampai di pom bensin perumahan korpri. Mereka melihat banyak kekacauan yang ada disana, bangunan-bagunan hancur, toko-toko banyak di jarah oleh pasukan pemberontak dan mayat-mayat yang tergeletak dijalan.
Namun, mereka tidak melihat tanda-tanda orang yang selamat disekitar mereka. Kemudian Herzog memutuskan untuk menyuruh Steiner mengemudikan mobil ini ke SMP 9.
"Steiner! kemudikan mobil ini ke SMP 9, sekarang!" kata Herzog.
"Siap, Colonel!" jawab Steiner
Saat sampai di SMP 9, mereka melihat beberapa anak yang sedang melihat kedalam SMP dengan takut-takut untuk masuk. Herzog pun datang dan menghampiri anak-anak itu, Anak-anak itu adalah teman-teman lamanya Herzog yaitu Adi, Adit, Afzal, dan Saftoro.
"Hey kalian, 'kok kalian nggak ikut sama orang tua kalian?" tanya Herzog.
"Ssstt... Kecilkan suaramu. Kami semua telah ditinggal mati dan ditinggal pergi oleh orang tua kami" jawab Adi.
"Lalu, kalian ngapain disini?" tanya Herzog.
"Kami mau mengambil tas kami dan mau selamatkan dua orang yang di sandera" jawab Adi.
"Apa, dua orang?! Kira-kira siapa namanya?" tanya Herzog.
"Hadid Aprizal, dan Nadia Danasti Nafisa" jawab Apzal.
Lalu, Herzog pun pergi ke mobil dan mengambil kotak yang berisi senjata dari bekas PD2.
"Aku ada senjata untuk kalian, tolong gunakan dengan benar, walaupun senjata koleksi milikku dari zaman PD2, tapi aku yakin, kita bisa selamatkan tiga orang yang disandera dan aku akan pergi ke kelas kalian untuk mengambil tas kalian, Adi pegang senjata tommy-gun, Adit pegang pistol Walther P38, Saftoro pegang pistol C96G, Apzal pegang senjata M1 Garand" kata Herzog.
"Oke, jangan ragu untuk menembak para pasukan pemberontak itu. Adi dan yang lain tunggu didepan gerbang ini, jika aku bilang tembak kalian tembak. Steiner dan Syamsul ikut aku, kita selamatkan Apris dan Nadia Danasti Nafisa. Tapi sebentar, aku akan mengambil tameng dulu di mobil baru kita selamatkan tiga orang yang disandera" kata Herzog.
Herzog pun pergi ke mobil untuk mengambil tamengnya setelah mengambil tameng lalu dia, Steiner, dan Syamsul pergi menyelamatkan tiga orang yang disandera.
"Apris kenapa kau bisa tersandera disini?" tanya Herzog sambil membukakan tali.
"Sebenarnya aku mau pergi pulang tapi para tentara itu menyandera kami. Oh ya, tolong angkat Nadia, dia pingsan tadi nggak tau kenapa" jawab Apris.
"Syamsul bawa Apris ke mobil, Steiner angkat Nadia ke mobil aku mau mengambil tas-tas mereka didalam kelas!!" kata Herzog dengan suara keras.
"Baik!" jawab mereka berdua.
Selesai mengambil tas-tasnya, Herzog pun pergi ke mobil. Namun, saat akan ke mobil, tiba-tiba Herzog di serang oleh pasukan pemberontak dari belakang.
"Adi.....!!!! Tembak sekarang!!!" teriak Herzog dengan sangat keras.
"Oke....!!!!" jawab Adi dan teman-temannya dengan sangat keras.
Herzog, dan teman-temannya langsung menembak para pasukan pemberontak dan membunuh tiga pasukan dan masih ada lima pasukan yang tersisa disana.
Ketika peluru yang ada di senjata milik Herzog telah habis, Herzog mengisi pelurunya dibalik sebuah perisai persegi panjang dengan yang sangat epik, yaitu magazen-nya ditaruh digigi, lalu menggigit magazen itu dengan horizontal dan memasukkannya dengan gigi, dan memompanya dengan menggunakan gigi.
Lalu, Herzog pun menembak para pasukan pemberontak dengan memberondongnya dengan peluru yang sangat banyak dari senjatanya.
"HAAAAAAAAAH!!!!! KALIAN PANTAS MENDAPATKAN NERAKA!!!!" teriak Herzog dengan sangat keras sambil memberondong semua pasukan pemberontak.
Dia pun berhasil membunuh lima para pasukan pemberontak lalu Herzog pun pergi ke mobil dan mengasihi tas-tas teman-temannya.
"Ayo ke mobil....!!" teriak Herzog sambil berlari.
"siap!" jawab mereka semua.
Lalu, Steiner pun bertanya pada Herzog untuk membaringkan Nadia.
"Colonel, Nadia dibaringkan dimana?" tanya Steiner.
"pegang dulu, aku lipat kursinya dengan kemiringan 140°" sambil memiringkan kursinya.
"Nah sudah, taruh dia disini, dan tolong ambilkan kotak P3K dan air putih" kata Herzog.
"Oke!" jawab Steiner.
Kemudian, Steiner pun mengambilkan kotak P3K dan air putih. Mereka semua pun menunggu Nadia sadar dari pingsannya. Sementara itu, Herzog sedang memeriksa mayat-mayat pasukan pemberontak untuk memastikan apakah sudah mati dan juga mengambil beberapa senjata miliknya. Tiba-tiba, Steiner dan teman-teman Herzog pun terkejut mendengar suara tembakan, mereka semua pun panik dan siaga.
"Semuanya, ada suara tembakan" ucap Steiner.
"Dimana asal suara itu?" tanya Syamsul sambil memegang senjatanya.
"Entah, tapi suara itu terdengar sangat dekat" jawab Steiner.
"Tunggu.... Dimana Herzog?" tanya Apris.
Kemudian, Steiner pun menengok ke segala arah untuk mencari Herzog yang tidak ada dimobil. Lalu, dia pun berteriak memanggil Herzog.
"Colonel....!!! kau ada dimana...?!?!?" teriak Steiner.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan lagi yang sangat keras. Steiner yang merasa khawatir pada Herzog memutuskan untuk mencarinya di dalam SMP.
"Colonel....!!" teriak Steiner saat berada di dalam SMP.
"Ada apa, Steiner?" tanya Herzog.
"Aah... aku kira Colonel terkena tembakan" jawab Steiner dengan sangat lega.
"Bantu aku mengangkat boks ini, isinya adalah senjata dan juga peluru" kata Herzog.
"Baik, Colonel" jawab Steiner.
Herzog dan Steiner pun mengangkat boks yang berisikan senjata dan peluru ke mobil mereka untuk dapat bertahan hidup dari serangan pasukan pemberontak.
Saat sampai di mobil Nadia tiba-tiba sadar dan, dan bertanya pada semua orang.
"Di-dimana aku?" tanya Nadia saat sudah sadar dari pingsannya.
"Kamu ada di mobil" jawab Herzog.
"Aku harus pulang orang tuaku bisa bahaya" kata Nadia.
"Tenanglah kawan, minum airnya dulu, aku yakin orang tua mu selamat dan lari ke pulau Jawa" jawab Herzog.
"Apakah kau sangat yakin?" tanya Nadia.
"Iya, yakin sekali" Jawab Herzog.
"Syukurlah, tapi bolehkah aku pergi ke rumah ku, aku mau ambil baju-baju yang masih ada?" tanya Nadia.
"Boleh" jawab Herzog.
lalu, Herzog memberitahu teman teman-temannya dan Steiner.
"Ayo semuanya naik, kita mau berangkat, Steiner kendarai mobil ini, Adi pegang senapan mesin MG-42 di bagian kanan, Apris kendalikan sistem komputer di depan bersama Steiner, Syamsul pegang senapan mesin MG-42 di kiri, Apzal pegang senapan mesin Browning HMG di belakang, kita berangkat kerumah Nadia" kata Herzog.
"Baik, laksanakan!!" jawab teman-temannya dan Steiner, mereka pun pergi berjalan menuju kerumah Nadia.