"Tunggu, Mayang ... kamu mau kemana ?" tanya Mei Chan, ketika melihat Mayang hendak menyusul lelaki itu.
"Itu mas Herman lelaki yang aku cintai !" Mayang menatap Mei Chan sambil berurai air mata, Mei Chan tertegun.
"Mayang ... waktu terus berlalu tanpa kita sadari ! mungkin saja itu bukan dia !" jelas Mei Chan sambil menyentuh pundak Mayang dan menarik tubuhnya kepelukannya. Mayang menangis.
"Aku mencintainya, tapi dia berpaling dariku !" tangisnya.
"Benarkah ? kurasa bukan ! kamu bilang terbunuh karena sahabatmu yang dekat denganmu mencintainya juga bukan ?" Mayang terdiam, Mei Chan merenggangkan pelukannya dan menatap Mayang lalu mengusap air matanya.
"Kamu benar, jadi apakah dia pelakunya yang membuat Herman berpaling kepadaku ?" tanya Mayang, Mei Chan menghela nafas.
"Mungkin saja, aku tidak tahu !" jawab Mei Chan.
"Mba kenapa, mama ?" tanya Putri tiba-tiba. Mei Chan dan Mayang terkejut. Putri sudah ada disana.
"Tidak apa-apa sayang ! mba lagi kelilipan !" Jawab Mayang.
"Iya, ayo kita pulang yuk sudah sore !" Mei Chan mengajak Putri dan juga Mayang pergi.
----------------
Di rumah, walau sudah menjadi manusia keadaan dalam rumah tua itu tidak berbeda. Karena bila di rumah mereka akan menjadi lelembut kembali. Semuanya menjadi manusia ketika menginjak diluar batas rumah saja.
"Kemana Mayang ?" tanya Hans, kepada Mei Chan. Ia menatap lelaki bule itu dan menceritakan apa yang terjadi.
"Lalu kemana Arman, tidak kelihatan ?" kali ini Mei Chan balik bertanya. Hans menghela nafas dan menceritakan apa yang terjadi. Keduanya terdiam, beginilah selalu saja ada kejadian ketika mereka menjadi manusia.
"Kok sepi ?" kedua terkejut ketika ada yang bertanya lagi dan itu ternyata mbok Siyem. Mei Chan saling pandang dengan Hans, akhirnya menceritakan kepada mbok Siyem apa yang terjadi.
"Begitu ya ... !" kepalanya mengangguk tanda mengerti.
"Untuk Arman biarkan saja begitu, dia mungkin terkejut dengan perubahan jaman yang terjadi yang begitu cepat, kadang orang terlena dengan apa yang terjadi sehingga lupa dengan sejarah masa lalu !" jawab mbok Siyem tersenyum. "Untuk Mayang ... biar aku yang mengurusnya !" lanjut mbok Siyem.
"Memang kenapa mbok ?" tanya Mei Chan.
"Ada sesuatu tentang Herman, yang harus aku selidiki !" jawab mbok Siyem.
"Tunggu sebentar, bukankah waktu berlalu, mungkin saja dia sudah ... " Mei Chan terdiam.
"Belum, dia masih hidup ! yang dilihat Mayang itu putranya atau bisa disebut cucunya !" jelas mbok Siyem. "Aku pergi, ada sesuatu yang harus dilakukan !" dan tiba-tiba mbok Siyem menghilang begitu saja. Bagi Mei Chan dan Hans itu sudah biasa walau kadang-kadang terkejut juga.
--------------
Sementara itu di kamar masing-masing baik Arman dan Mayang merenungi nasib yang berbeda. Kemudian keduanya keluar kamar bersamaan dan terkejut dengan kondisi masing-masing dengan mata yang sembab.
"Kenapa kamu ?" tanya Arman.
"Kamu kenapa ?" Mayang balik bertanya, Arman pun menceritakan apa yang terjadi.
"Jelas saja kamu terkejut dengan itu ! kamu ingat engga pertama kali bertemu dengan Hans ?" tanya Mayang, Arman tertegun.
"Itu sama saja dengan kamu melihat jaman sekarang ! ketika kamu meninggal sedang keadaan perang dan sekarang sudah merdeka, tentu saja negara sedang membangun memang sih tidak mudah ! batu sandungan atau kerikil tajam selalu ada dimanapun ! bahkan di jaman perangpun penghianat bangsa tetap ada !" jelas Mayang.
"Kamu betul, soalnya ini pertama kalinya kita menjadi manusia ! walau itu sementara ! banyak yang berubah, sehingga aku menjadi terkejut ! kamu sendiri kenapa menangis, bukankah kamu ingin mencari lelaki agar tidak kesepian ?" tanya Arman kepada Mayang. Ia terdiam.
"Tadinya sih, seperti itu ! ternyata jauh dari dugaanku ! aku malah bertemu mantan pacar !" jawab Mayang.
"Wah itu bagus ! kan bisa nostalgia masa lalu !" Arman tersenyum.
"Nostalgia apanya, justru menyakitkan ! bisa saja dia bukan kekasihku, jaman kan sudah berubah !" jawabnya sedikit marah, Arman tertegun akhirnya menyadari tentang masa lalu Mayang yang terbunuh karena cinta segitiga.
"Maafkan aku !" Arman terdiam. Mayang menghela nafas.
"Sudah tidak apa-apa, lupakan saja ! mungkin itu hanya penglihatan ku saja bahwa itu Herman !" jawab Mayang merasa bersalah karena marah kapada Arman yang tidak tahu apa-apa.
Keduanya turun ke bawah, dan bersikap tidak terjadi apa-apa yang menimpa mereka, kecuali Hans dan Mei Chan tapi keduanya mendiamkan saja, mereka tidak mau turut campur terutama kepada Mayang.
------------
Sementara itu di sebuah rumah mewah dikawasan perumahan elit, terlihat seorang perempuan dan laki-laki yang usianya memasuki umur 60 tahunan. Mereka sedang duduk di ruang tengah.
"Kemana si Heru kok engga kelihatan ?" tanya si lelaki tua kepada perempuan yang duduk di sebelahnya yang sedang menonton tv.
"Tidak tahu, tadi mah mau keluar sama si Indah !" jawab si perempuan tanpa menoleh karena asyik menonton sinetron.
"Pacarnya ya ?" tanya si lelaki seperti tidak tahu.
"Iya, pacarnya masa kamu tidak tahu Herman !" jawab si perempuan karena kesal diganggu keasyikannya. Si lelaki tua yang ternyata Herman tertegun.
"Ya iya saya mah tidak tahu ! yang tahu, dia teh pacaran sama si Dewi !" jawabnya tidak mau kalah.
"Bapana si Heru teh apan di jodoh kan sama si Indah ! ari di Dewi teh pacarnya yang dulu ! kan kamu yang melakukan perjodohan ini teh sama anak teman kamu Si Budi ! masa kamu lupa ! kamu mah udah pikun !" jelas si perempuan panjang lebar. Suaminya menatap tertegun kepada istrinya. Apa tidak salah dengar justru istrinyalah yang melakukan itu dia tidak tahu apa-apa.
Herman terdiam, Heru adalah cucunya dari putrinya yang telah lama meninggal, dan itu semua kesalahannya sendiri memaksakan kehendak karena dijodohkan dengan temannya waktu itu, padahal dia baru tahu kalau putrinya sudah mempunyai pacar. Hal itu sama saja dengan sejarahnya yang dulu ia pernah lakukan oleh ayahnya.
Putrinya akhirnya menurut dan pernikahan perjodohan itu pun dilangsungkan tapi tetnyata jauh dari harapan. Ternyata anak dari temannya ini peringainya sangat buruk. Dia ringan tangan, suka mabuk, judi dan juga suka wanita. Pernikahan itu hanya bertahan 3 tahun saja, setelah bercerai dia kembali ke rumahnya. Ia sangat sedih melihat kondisi putrinya yang dulu cantik sekarang kurus dan sakit-sakitan. meninggalkan seorang anak lelaki bernama Heru cucunya yang setahun kemudian meninggal.
Tentu saja Herman sangat marah, dia memutuskan semua kontrak bisnis dengan temannya sehingga bangkrut. Sejak itu ia tidak mau menjodohkan cucunya dengan siapa pun juga. Kini ia mendengar sesuatu dari mulut istrinya yang dinikahinya dulu karena di jodohkan Susanti namanya. Yang dicintainya selama ini hanyalah Mayang, memang seorang janda tapi dia berhasil menyelematkan buah hatinya dari kisah cinta mereka berdua ketika dia hamil dan akan di gugurkan di usia kandungan 8 bulan. Dan Putrinya bernama Kirana itulah satu-satunya yang dia kasihi selama ini. Walau setelah menikah dengan Susanti dia memiliki 2 putra putri lainnya.
Tak ada yang tahu, sebenarnya ia seorang duda tanpa anak ketika menikahi Susanti tapi ia berkata punya satu orang anak peninggalan mantan istrinya dulu. dan itu tidak dicurigai. Herman mengetahui bahwa Susanti dan Mayang bersahabat tapi tanpa diduga terjadilah sesuatu yang kemudian dia tahu rahasia terbesar istrinya itu ...
Bersambung ....