Sudah 2 hari berlalu Eva atau Luna menghabiskan waktunya berada dalam kamar untuk pemulihan, dari ingatannya Eva adalah putri Duke Frost dari kerajaan Averas. Sepertinya ini masa abad pertengahan, walaupun ia anak seorang bangsawan tertinggi ia masih anak dari selir, satu-satunya anak perempuan. Sifat asli Eva sangat periang dan polos tapi sangat kekanakan, dan penakut mengingat tingkahnya dulu membuat Eva merasa geli, sayang sekali yang menempati tubuhnya adalah seseorang yang berdarah dingin dan kejam. Mengetahui hal itu Eva menjadi pendiam dimata Nina, sang nona yang ia kenal begitu periang dan kekanakan berubah menjadi tenang dengan sorot mata yang tajam, aura disekitarnya terasa dingin dan mencekam, tapi pandangannya tetap hangat saat menatap. Bagi Nina, Eva sudah menjadi dewasa.
Ibu Eva meninggal saat ia berumur 10 tahun, karena ia yang selalu di manjakan oleh ibunya membuatnya menjadi anak yang penuntut, hal itu membuat geram para putra duke bahkan para pelayan. Eva menghela napas, ia di benci saat ini.
Dan ia mengingat dengan jelas saat Ia mengatakan bahwa ia akan menikahi pangeran mahkota saat di aula perjamuan, hal itu mempermalukan keluarga Duke, bahkan ia di hukum oleh Duchess sendiri. Setelah itu pangeran mahkota tidak suka padanya. Astaga, banyak masalah yang di timbulkan anak ini, saat itu pula pandangan mengejek selalu mengarah padanya bahkan dari keluarganya sendiri. Keluarga yang ia punya saat ini adalah Duke Frost, Daniel Frost, sang Duchess Eleanor Frost serta 2 putranya, pewaris Raigan De frost dan Nuadlyn Jack Frost. Semua keluarganya membencinya, sepertinya ia harus merubah pandangan orang sekitarnya terlebih dahulu.
Ada satu hal yang membuatnya tertarik, yaitu sihir. Ciri khas keluarga Frost adalah rambut putih dan mata biru safir yang melambangkan air dan es maka sihir yang dimiliki itu hanya air dan es, keluarga frost selalu melahirkan penyihir atau prajurit dengan elemen air dan es. Tapi berbeda dengan Eva yang memiliki rambut merah mencolok meski Duchess berambut pirang pucat. Eva tidak memiliki bakat dalam sihir air dan es, itulah sebabnya ia selalu di pertanyakan apakah ia anak dari keluarga frost atau bukan. Tapi bukannya Eva tidak memiliki bakat, ia bisa menggunakan sihir air dan es setelah berlatih sepanjang malam dan juga ia menguasai sihir api dan petir. Selama dua hari ini ia melatih tubuhnya lagi, meski pertama kali terasa sakit karena Eva tidak pernah melatih tubuhnya tapi anak ini memiliki tubuh yang lentur dan fleksibel, ia juga melatih inti mana-nya dan mengetahui bahwa kapasitas sihir yang dimilikinya 'tidak terbatas', tapi itu berbahaya.
Di sela-sela pemulihannya itu Eva selalu meminta Nina menceritakan apa saja yang ia tau atau membawa beberapa buku yang bisa ia baca sembari melatih tubuh serta sihirnya. Dari membaca itu ia tau bahwa ada yang namanya perlengkapan sihir, seperti benda yang dimantrai. Untuk mewujudkan sihir harus ada pembayangan yang jelas, saat sihir di bayangkan maka rapalan mantra tidak di butuhkan lagi.
"Nona pemulihan anda sudah selesai." Kata Nina, ia menguasai sihir penyembuh yang sangat kuat. Eva mengangguk, ia meregangkan tubuhnya, mulai menyerap 'mana' di sekitarnya sambil bergerak.
"Wah, wah sepertinya gadis manja ini sudah sembuh... aku berharap ia mati saja." Kekeh beberapa pelayan saat membuka pintu dengan kasar, mereka tertawa merendahkan.
"Jaga perkataan kalian di hadapan nona!" Seru Nina marah.
"Oh ayolah... berhenti melayani orang tidak berguna itu.." kata salah satu pelayan, Eva menatap tajam ke arah mereka, dan para pelayan itu tersentak.
"Berani sekali kau menatap seperti itu, hah?!" Bentak seorang pelayan, ia melangkah maju. Eva menjentikkan jarinya dan lantai serta kaki para pelayan itu membeku, mereka berteriak kaget.
"Ketahuilah tempat kalian, kalian pikir aku tidak bisa melawan?" Kata Eva dingin, ia menatap tajam dan menyilangkan tangannya. "Aku diam karena aku masih sabar, tapi tidak lagi..." satu tangan Eva terangkat, menciptakan pedang-pedang es kecil yang melingkari mereka yang kini terdiam pucat.
"K..kami.. kami minta maaf nona..." ucap mereka takut, mereka bahkan menutup mata mereka, tubuh mereka menggigil kedinginan.
"Apa yang terjadi di sini?!" Seru seseorang yang menerobos masuk, rambut putihnya itu agak bersinar saat ia masuk dalam kamar, Nuadlyn Jack Frost.
Jack menatap kaki para pelayan yang membeku serta pedang es yang menghalang mereka, lalu beralih menatap Eva yang berwajah tenang namun dingin. "Apa yang kau lakukan Evangeline?! Hentikan sekarang juga, dan dari mana kau belajar sihir?!" Teriak Jack marah.
"Apa yang aku lakukan? Apa kau buta? Tak bisakah kau melihatnya sendiri? Lalu kau menyuruhku berhenti? Sayang sekali jika mereka tidak memulainya lebih dulu aku tidak akan begini." Jawab Eva tajam, ia menatap sinis pada orang-orang yang merendahkannya.
"Kau bilang aku buta?!" Seru Jack marah.
"Ah, sekarang tuan muda marah rupanya, jika kau bisa melihat lihatlah kaki mereka sendiri." Balas Eva. Jack terdiam, ia sudah melihat kaki para pelayan dari tadi.
"Kalau begitu hentikanlah." Perintah Jack.
"Berhenti? Sudah ku bilang mereka yang mulai."
"K..kami minta maaf nona.." ucap pelayan itu terbata di liputi perasaan takut.
"Mereka sudah minta maaf... maafkanlah mereka.." kata Jack tegas. Eva menyeringai licik.
"Kau pikir aku akan memaafkan mereka semudah itu? Apa pernah kalian mendengarkan kata maafku? Tidak pernah. Siapa yang membuatku jatuh dari tangga? Kalian. Jika aku mau aku bisa saja menghancurkan kalian sekarang juga... keluar kalian dari kamarku." Eva menunjuk pintu ruangan, mata biru itu berkilat marah.
Jack menggeram, ia segera berbalik memerintahkan para pelayan agar keluar setelah es yang menahan mereka menghilang. Ia melirik Eva yang menatap tajam ke arahnya, adik tirinya itu berubah. Jack mendecak kesal, keluar dari kamar dan menutup pintu dengan kasar, membuat Nina tersentak kaget.
Lenggang dalam kamar Eva, setelah itu Nina menggenggam tangan Eva sambil menangis. "Nona.. saya sangat bersyukur nona baik-baik saja..."
Eva tersenyum lembut, mengusap air mata Nina.
"Dan kau adalah pelayan setiaku yang paling sabar, sekarang bantu berpakaian."
***
Jack dengan gusar masuk dalam ruang makan, wajahnya tertekuk kesal, bahkan setelah duduk di kursinya.
"Kau kenapa? Tumben marah." Tanya Raigan, ia juga baru masuk ke ruang makan.
"Si sialan Evangeline itu..."
"Apa lagi yang dia lakukan?"
Jack menceritakan semua yang ia lihat di kamar Eva, Raigan yang biasanya tenang terlihat sangat terkejut. "Apa itu mungkin terjadi bagi orang yang tidak punya bakat dalam sihir?!" Serunya tidak percaya.
"Aku pun tidak mempercayainya, dia pasti memakai artefak untuk itu." Raigan menambahkan
"Cih, aku akan membalasnya." Gumam Jack
Pembicaraan mereka terhenti saat ayah dan ibu mereka masuk ke dalam ruang makan.
"Anak itu belum datang? Bisa-bisanya dia membuat ayahnya menunggu." Geram Duchess Eleanor.
"Dia akan datang." Sang Duke menjawab dengan tenang, ia menatap lurus kearah pintu. Tepat saat itu, pintu terbuka dan seorang gadis dengan tenang masuk dalam ruang makan. Meski memakai gaun yang sederhana, kecantikan terpancar dari dirinya, ketenangan, dan aura mencekam. Eva masuk dengan tatapan sinis kearah saudaranya.
"Beraninya kau menatap seperti itu pada putraku!" Kalap nyonya Eleanor.
"Lalu kenapa?" Eva membalas dengan tenang, duduk di kursinya. Tuan Daniel sang duke manatap lamat-lamat kearah Eva, anak perempuan sombong dan penakut itu sekarang menjadi tenang dan dewasa. Putri dari selirnya yang hanya mewarisi warna mata keluarga Frost itu sudah bisa memakai sihir dengan sangat baik walaupun ia menyembunyikan auranya hingga tak bisa di deteksi kedalaman sihir yang dia punya, bahkan duke sendiri.
"Kau menekan auramu dengan sangat baik Evangeline." Kata Tuan Daniel
"Oh, terima kasih, Yang Mulia." Balas Eva datar.
Bukan hanya Tuan Daniel yang menatap Eva untuk menggali lebih dalam, tapi Raigan juga.
Para pelayan masuk membawa nampan makanan, meski Eva di benci di rumah ini, ia tetap mendapatkan makanan yang layak atas perintah Duke.