by Niesya Khaybint
bab 1
***
Beberapa hari yang lalu tiba-tiba salah satu sahabatku bernama Iren memberikan aku sebuah foto pasangan pengantin baru.
Dia menyertakan foto itu dengan caption "Nis, Arthur married" dibawahnya.
Aku membuka foto itu, tersungging sebuah senyum di bibirku sambil kemudian mengucapkan kata "Alhamdulillaaah" dengan lirih.
Aku membalas pesan dari Iren dengan bahagia, walau sebenarnya ada sedikit bulir cemburu yang menggelitik, tapi aku menepisnya, karena siapalah aku yang harus merasakan kecemburuan yang tidak pada tempatnya. Hehehe.
[Alhamdulillah, istrinya orang mana Ren?.] Aku membalas pesan dari Iren tersebut.
[Orang jawa tengah juga Nis.] Jawab Iren tidak kalah cepat.
[Waaah, kamu gak kesana?.] Tanyaku lebih cepat lagi membalas pesan Iren.
[Aduh, musim begini mana berani aku pergi jauh. Hehehe.] Iren masih membalas secepat kilat.
[Iya sih, bener juga. Hehehe.]
Setelah membalas pesan dari Iren, aku cari kontak nomer Arthur di aplikasi WhatsApp ku.
Aku mengamati kembali foto yang Iren kirimkan.
Foto Arthur yang bersanding dengan pengantin barunya. Dia terlihat gagah di foto itu, memakai setelan jas dan celana hitam dengan kemeja putih dan Dasi bermotivkan bunga-bunga.
Berdiri sedikit menyamping dari arah kamera dengan kepala menengok ke samping menatap pengantin barunya, tangan kirinya memegang tangan kanan pengantin barunya yang duduk di kursi pelaminan yang juga menatap kembali kearahnya dengan senyum manis.
Pengantin wanita itu memakai dress putih dan kerudung putih menjuntai indah di sisi kanan dan kirinya, membawa buket bunga yang tidak kalah cantik ditangan kirinya. Mereka terlihat sangat bahagia dan serasi.
Aku meletakkan foto itu di dalam ruang chat kontak Arthur dengan disertai caption ucapan yang tulus kepadanya.
[Happy Wedding ya, Wish you Always Happy Sakinah Mawaddah Warahmah.] Ku kirimkan pesan itu kepadanya.
[Aamiin, terimakasih do'anya.] Tidak butuh waktu lama untuk Arthur membalas pesan dariku.
[Sama-sama. Semoga langgeng sampai maut memisahkan dan dipertemukan kembali diJannahNya. Aamiin.] Balasku lagi seolah belum puas dengan ucapanku yang pertama.
[Aamiin.] Arthur membalas pesanku dengan singkat.
Dan aku hanya lanjut membalas pesan dari Arthur dengan emoticon "smile angel".
Setelah selesai berbalas pesan dengan Iren dan juga Arthur, aku kembali memperhatikan foto Arthur dan Pengantin barunya.
Aku mainkan foto itu, aku zoom dan aku perhatikan wajah laki-laki yang pernah menemaniku disaat semua sahabatku menjauhiku.
Aku klik option dan hapus foto, beberapa detik kemudian foto itu sudah terhapus dan hilang dari galeri smartphone ku.
~Selamat tinggal kamu, Selamat berbahagia~
***
FLASH BACK
Tahun 2008
Aku sedang berada di kamar memainkan bolpoin di depan buku diaryku, sambil mendengarkan penyiar radio favoritku mengoceh membacakan sms dari para pendengar. Aku coret-coret buku diary ku dengan ceritaku hari ini sambil mendendangkan lagu-lagu yang mulai diputarkan di radio kesayanganku oleh penyiar radio hari itu. Setelah puas mencurahkan semua yang aku alami hari ini, aku mengambil gawai kesayanganku, Soni Ericson t100, hape jadul penuh cerita.
Aku ketik sebuah sms untuk ku kirimkan kepada nomer stasiun radio kesayanganku itu, request lagu putus cinta untuk mewakili perasaanku yang baru beberapa minggu ini putus dengan pacarku yang sudah 2tahun lebih menemaniku.
Walau awalnya kita memutuskan mengakhiri kisah cinta karena ingin lebih konsen dengan pelajaran kelas 3 dan bersiap untuk menghadapi UAN, tapi ternyata itu hanya sebuah alasan yang dia buat untuk memulai hubungan baru dengan orang lain. Yaah sudahlaaah.
Sebenarnya yang membuat aku sedih bukan hanya karena masalah putusku dengan dia, tapi juga karena sahabat-sahabatku yang tiba-tiba menjauhiku karena aku putus dengan dia.
Aku tidak tau kenapa, kenapa justru aku yg disakiti yang dijauhi. Maka disinilah aku sekarang, curhat kepada buku diary dan penyiar radio kesayanganku. Melas banget gak sih? Hehehe.
Setelah aku bersiap tidur, tiba-tiba ada sms masuk dari nomer yang tidak aku kenal. Aku membuka dan membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh nomer asing itu.
[Hai, boleh kenalan?.] Begitu kira-kira isi pesan tersebut.
[Siapa ya?.] Aku membalas pesan tersebut dengan singkat juga.
[Ini Nisa kan?.] Lanjut pesan singkat itu bertambah.
[Iya, ini siapa? Dapat nower aku darimana?.] Balasku semakin penasaran.
[Aku orang yang jauh, tapi dekat dengan kamu.] Sok misterius sekali isi pesan itu.
[Siapa sih? Jangan main teka teki deh. Aneh banget.] Jawabku mulai kesal.
[Anggap saja aku Secret Admirer kamu.] Balas dia semakin gak jelas.
[Boleh kan aku kenal kamu?.] Lanjutnya.
Aku tidak menjawab pesan itu, meletakkan gawai jadulku disamping tempat tidur dan mengacuhkannya.
"Ih sumpah gak jelas banget ini orang" Gerutuku lirih sambil membenarkan posisi bantalku, menarik selimut untuk menutupi badanku dan bersiap ke alam mimpi.
Tapi sebelum terlelap, kembali gawai jadulku berbunyi. Dengan malas dan ogah-ogah an aku buka isi pesan dari nomer asing itu lagi.
[Kalau aku sebutkan namaku, kamu mau kan jadi temanku?.] Isi pesan dari nomer asing itu.
[Iya deh, siapa namamu, darimana kamu, dapat nomerku darimana?.] Balasku lengkap karena ingin segera tau dan melanjutkan tidurku yang tertunda.
[Namaku Arthur, Nisa. Aku cuma ingin jadi teman kamu kok, gak lebih. Boleh kan aku jadi teman kamu.] Akhirnya dia memperkenalkan diri dengan benar juga.
[Oke Arthur, boleh. Tapi ini sudah malam. Boleh aku tidur dulu?.] Balasku yang sudah capek meladeni orang asing yang tidak jelas darimana asal usulnya.
[Iya Nisa, Good Night, Have a Nice Dream.] Balas pesan dari nomer asing tersebut.
Aku menutupnya dan melafalkan do'a sebelum tidur, dan melanjutkan perjalanan ke mimpi yang tertunda.
***
Alarm berbunyi, aku ambil gawaiku dan mematikan alarm yang berbunyi dari gawaiku. Merentangkan kedua tangan dan strecing ringan sebelum turun dari ranjang, membereskan tempat tidurku dan beranjak ke kamar mandi.
Setelah semua ritual pagi selesai, aku memakai perlengkapan sekolahku dengan tergesa-gesa dan berpamitan kepada nenek untuk berangkat sekolah, karena Peni sudah mengirim sms dan menungguku 10menit yang lalu di gapura dekat jalan desa.
Kita biasa bertemu di Gapura berhadapan jalan masuk kerumah kita masing-masing, setelahnya kita berjalan kaki kurang lebih 15menit untuk kejalan besar dan menunggu angkot untuk kesekolah kami.
Di pertigaan kami menunggu angkot, ada lagi sahabatku Qusnul yang sudah menunggu disana, karena rumahnya dekat dengan jalan besar.
Pulang pergi kesekolah kita selalu berempat, sahabatku satunya lagi menunggu kami di pertengahan jalan, Puji namanya. Kami akan memberikan kode angkot apa yang kita naiki kepada Puji, untuk nanti kita naiki bersama. Atau kami akan memberi tahu pak supir untuk berhenti di tempat Puji menunggu kami.
Kita masih bersahabat, tapi ada sedikit jarak ketika aku putus dengan cowokku yg notabene kita sekelas saat itu. Aku tidak tau kenapa dan bagaimana bisa sahabatku justru lebih membela mantanku yang jahat banget itu daripada aku. Di sekolah tidak jarang mereka lebih suka bermain bersama mantan cowokku, daripada bersamaku.
(Dan alasan itu baru aku tau jauh setelah kami lulus sekolah, ternyata mantanku itu mengaku kepada teman-temanku juga para sahabatku bahwa aku yang memutuskan hubungan kita, dan dia bilang aku yang menyakiti dia, makanya teman-teman jadi jengkel dan memberi aku pelajaran, tapi namanya Sahabat, mau seperti apapun tetap kita selalu bersama. Karena apapun yg mereka lakukan sebenarnya tetap karena care sama aku. Buktinya walaupun mereka kecewa tetap ada bersamaku sampai akhir. Hehehe. Lope you pull guys)
***
Bel istirahat berbunyi, semua bersorak dan mulai gaduh. Ada yang pergi ke kantin, ada yang bergerombol ngrumpi di pojokan kelas, ada yang membuka bekalnya, ada yang masih menyibukkan diri menyimak kembali pelajaran yang baru dikasih, ada yang langsung loncat keluar cendela, dan ngobrol bersama geng di bangku marmer didepan kelas.
Aku memilih membereskan buku dan bercengkrama dengan teman sebangku aku, Ratna namanya. Agak gemuk dan sangat pendiam dengan teman lainnya, tapi bisa ngakak dan bercanda denganku. Lucu ya? Ya begitulah manusia, banyak karakter dan sifat yang membuat kita berbeda satu dengan yang lainnya.
Disela perbincanganku dengan Ratna, aku mengambil tasku di bawah meja dan menaruhnya diatas meja, mengambil gawai jadulku yang ternyata ada beberapa pesan singkat disana.
Setelah aku membukanya, ternyata pesan singkat itu lagi-lagi dari nomer yang tak ku kenal kemarin malam, yang pengirimnya mengaku bernama Arthur.
[Assalamu'alaikum Nisa, sudah berangkat sekolah ya?.]
[Hi, Nisa. Lagi pelajaran apa hari ini?. Aku lagi jam kosong nih!.]
[Nisa lagi istirahat ya sekarang, balas pesan aku dong!.] Beberapa pesan dari Arthur yang aku buka bersamaan.
"Bocah ini pantang menyerah juga!" Gumamku lirih sambil tersenyum kecil dan mulai mengetik sebuah pesan singkat untuk membalas pesan darinya.
[Wa'alaikum salam Arthur. Sbb, ya baru istirahat nih. Wah enak dong jam kosong, kamu kelas berapa kalau boleh tau?.] Aku membalas pesan Arthur dan mulai mencoba mengobrol ringan dengan dia. Sepertinya sih dia orang yang baik.
Jadi aku coba berteman saja, kan tidak ada salahnya menambah pertemanan. Dan juga bisa mengisi waktu kosongku yang kehilangan waktu bermain bersama sahabat-sahabatku.
*Sbb (sorry baru bales) kata-kata gaul pada zaman sms an. Hehehe.
[Aku kelas 3 juga Nisa, kamu kelas 3 kan sekarang.] Jawab Arthur.
[Wah, asli deh. Bagaimana kamu bisa tau detail banget tentang aku. Jangan-jangan kamu ngerjain aku ya?. Siapa sih kamu?.] Aku mulai curiga lagi dengan Sosok Arthur ini, karena dia bisa tau ciri-ciri dan kelas aku, juga nama aku, padahal aku tidak tahu siapa dia.
[Udahlah Nisa, gak perlu tau siapa aku, nanti ada waktunya kamu tau siapa aku.] Dia masih menjawab sok misterius sekali. Dan itu membuat jiwa penasaranku semakin merajalela.
[Kalau kamu gak mau jawab siapa kamu, aku gak akan balas lagi sms dari kamu.] Ancamku kepada dia.
Lama sekali dia tidak membalas pesan dari aku sampai bel istirahat usai. Aku bolak balik mengintip gawai yang aku letakkan dibawah kolong meja. Rasa penasaranku semakin tinggi. Karena dia tidak menjawab sms dari aku. Mungkin di sekolah dia juga sudah jam masuk, jadi tidak bisa bermain handphone.
"Awas aja sampai aku tau siapa dia!" Lagi-lagi aku bergumam seorang diri.
"Kenapa Nis?" Tanya Ratna yang mendengar gumam lirihku dan melihat gelagat risihku.
"Gak papa Rat, ada anak iseng aja sms aku sok misterius, dicuekin malah neror sms. Sok tau semua tentang aku lagi, kan aneh." Jawabku dengan nada sedikit kesal.
"Hahaha, pengagum rahasiamu kali Nis." Ratna mengejekku dan lepas kendali tertawa dan sedetik kemudian kembali fokus ke depan setelah guru bahasa inggris kami berdehem karena melihat Ratna dan aku asik ngobrol sendiri.
Anak-anak yang lain melihat ke arahku, termasuk sang mantan yang menyebalkan.
Aku cuma menunduk malu dan mulai menulis kembali apa yang guru bahasa inggris kami dikte kan.
Hingga waktunya pelajaran usai, waktunya persiapan pulang. Aku check kembali gawai jadulku, dan tetap menemukan sms dari cowok misterius itu.
[Hi Nisa, sudah pulang sekolah ya!"] Bunyi sms itu seolah yang mengirim ada disekitarku.
Reflek aku melihat sekeliling dan tetap tidak menemukan apapun yang janggal, kecuali sang mantan yang tidak sengaja bertemu muka dan kemudian saling mengalihkan pandangan.
Gini amat yaaa, padahal dulu sekalipun kita tidak bisa memalingkan muka, bahkan duduk dikelaspun juga lebih sering bersama.
"Huft" aku menarik nafasku berat, dan mengambil tasku yang kemudian aku selempangkan ke pundakku. Berjalan menuju sahabat-sahabatku yang sudah menunggu untuk bareng pulang. Ya, walau dikelas kita tidak terlalu bersama, tapi pulang pergi kita tetap selalu bareng, mungkin karena sudah terbiasa.
Drrrt drrrt
Kembali gawai yang ku mode getar berbunyi, tanda pesan masuk, aku buka sambil berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatku
[Nisa, hati-hati ya dijalan. Sampai rumah balas sms aku ya!] Masih tetap dari nomer asing itu.
"Baiklah, aku tidak tahu kamu siapa, aku tidak tahu kamu datang dari planet mana. Tapi aku akan mencoba menerima pertemanan dan perhatian ini. Toh aku juga lagi jomblo, lumayan lah buat ngisi hari-hari, hehehe." Bathinku dalam hati sambil memasukkan handphone jadul mungilku ke dalam saku rok ku tanpa membalas pesan dari cowok misterius itu.