Chereads / Hi_yuan / Chapter 1 - Prolog

Hi_yuan

🇮🇩Hiyuan
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Mulai saat ini, aku mengklaim sebagai stalker sejati dari seseorang yang berada di balik akun bernama 'Semenjana'. Mendeklarasikan juga sebagai perempuan paling bucin menurut versiku. Sumpah, ini terdengar sangat menjijikkan. Sebab, sosok itu benar-benar racun bagiku. Menimbulkan efek yang tak main-main. Ada banyak tulisan yang sengaja aku buat hanya untuknya. Tambahannya, aku semakin lihai dalam bermain-main dengan kata.

Sambatku tersalurkan bebas dengan cara menulis. Bergalau ria dengan mem-posting setiap kalimat-kalimat puitis—menurutku—menjadi hobi tambahan selain membaca buku fiksi. Satu hal lagi yang tak boleh terlewatkan dalam hal ini; meninggalkan like pada setiap tulisannya sampai ke akar-akar.

Kendati tak pernah melihat wujud nyatanya seperti apa, bagaimana dia tersenyum atau raut wajahnya ketika merasa kesal karena sesuatu. Dia tetap menjadi seseorang yang aku kagumi.

"Hei! Senyum-senyum terus dari tadi. Memangnya, lagi lihat apa, sih?"

Suara Risaa mengaburkan khayalanku—sial! Kuletakan ponsel secara terbalik di meja, lalu memberinya tatapan tidak suka. "Riss, lain kali jangan tiba-tiba, dong."

"Matamu nggak capek lihat hp terus? Betah banget." Dia duduk di depanku sambil menaruh dua gelas es teh manis.

Berbagai macam suara berkumpul menjadi satu di tempat ini. Orang-orang lalu-lalang mencari tempat kosong untuk diduduki. Sebab, kantin Fakultas Ilmu Budaya selalu ramai ditandangi dari fakultas lain. Terlepas dari kebisingan yang semakin mengganggu, aku seolah tenggelam dalam duniaku sendiri. Ada banyak hal-hal yang dipikirkan; membuat isi kepala mendadak riuh, minta dikeluarkan.

Baru sadar, sejak tadi aku hanya mengaduk-aduk minuman ini. Bicara juga tidak. Mengabaikan omongan Rissa yang hanya keluar-masuk ke telinga. Gila! Orang itu benar-benar berhasil menarik seluruh perhatianku. Padahal, dia tidak melakukan apa-apa. Hanya menuliskan kalimat-kalimat hiperbola yang memenuhi berandanya. Dan saat itu pula, aku memberanikan diri untuk menafsirkan apa yang dirasakan. Bahkan, sudah terang-terangan lebih dulu mengakuinya pada semesta. Aku menyukai dia. Rasa suka yang sungguh-sungguh. Laki-laki super puitis; teman online-ku.

***