Chereads / engkaukah bidadari itu / Chapter 12 - pulanglah

Chapter 12 - pulanglah

hari ini aku keluar dari rumah sakit, tabhita mengecek kembali kesehatanku sebelum aku pulang.

" alhamdulillah aisyah,,,lukamu sudah mengering, ini sudah kutuliskan resep untuk diminum dirumah setelah obat yang kuberikan padamu ini habis." aku mengangguk saat tabhita menasehatiku,dia seperti ibuku...sangat perhatian.

" terima kasih bitha..." aku beranjak turun dari tempat tidur rumah sakit,aku memeluk tabhita kemudian aku berganti baju dan bergegas pulang..

" bitha,aku pamit ya...ingat...jangan sampai aldo tahu tentang ini...oke...!" akupun segera pergi. saat aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit aku bertemu dengan anna dan kak dylan.

" aisyah..." anna memanggilku dan akupun tersenyum kepadanya, kami berpelukan sebentar dan aku menangkupkan kedua tanganku didepan dadaku memberi salam untuk kak dylan.

" hai anna...kok kak dylan disini...? " tanyaku heran, mereka berdua tersenyum, anna menjelaskan bahwa dylan sengaja menjemputnya karena mereka akan pergi ke luar negeri untuk menemui orang tua mereka yang sedang sakit.

" anna, hati- hati ya...salam buat om dan tante...semoga om lekas sembuh.." aku pun berpisah dengan mereka, aku kemudian berjalan ke parkiran dan pulang.

dirumah

"assalamu'alaikum...ibu...faris...." aku tiba dirumah, tetapi tidak ada siapapun, dikamar ibu dan kamar faris tidak ada, akupun menelepon ibuku..

drtt...drtt....berdering...lima menit kemudian panggilanku diterima oleh ibu.

" assalamu' alaikum ..." ibuku mengucap salam saat panggilanku tersambung.

" wa'alaikum salam...ibu dan faris dimana...aku pulang tetapi dirumah tidak ada siapapun..." aku bertanya pada ibuku...aku kangen sekali dengan putraku faris, hanya dia saat ini yang bisa mengobati sedikit kerinduanku pada suamiku.

" aisyah...kamu tenang dulu ya...mmm...faris demam...ibu membawanya ke dokter dan diberi rujukan kerumah sakit...ini ibu sedang di perjalanan ke rumah sakit tempat anna bekerja." ibuku memberi tahu posisinya saat ini.

" baik bu...aku akan segera menyusul., assalamu' alaikum.." aku menutup telepon setelah ibu menjawab salamku, aku segera mandi dan ganti baju,kemudian balik kerumah sakit lagi untuk menemui ibu dan faris.

aku tiba dirumah sakit dan langsung menuju UGD ,didalam aku melihat ibuku menunggui faris yang sedang diperiksa oleh dokter.

" ibu...bagaimana keadaan faris?" tanyaku dan ibu menggelengkan kepalanya,aku kemudian melihat kearah dokter yang baru saja selesai memeriksa faris.

" bagaimana keadaan putra saya dokter?" tanyaku, dokter itu tersenyum

" ibu tenang ya, putra ibu hanya demam, tetapi dia harus tinggal disini satu hari agar demamnya bisa segera turun...putra ibu harus diberi obat dengan cara disuntik, kalau dirumah, ibu tidak akan bisa melakukannya sendiri kan?" kata dokter itu ramah.

aku pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih saat dokter pergi.

" syukurlah aisyah...kamu sudah pulang...ibu harus menusul ayahmu karena kesehatannya juga sedang agak memburuk, tetapi bagaimana denganmu dan faris?" tanya ibuku khawatir.

" ibu tenang saja ya...aku kan ibunya...dia akan baik- baik saja. ibu pergilah menemui ayah...aku mohon maaf ya bu...merepotkanmu terus." kataku menenangkan hati ibuku.setelah melihat faris ibuku harus pergi menemui ayahku yang sedang berada diluar kota karena mengerjakan sebuah proyek disana.

"sabar aisyah..." aku menenangkan diriku sendiri didalam hati...sepertinya cobaan silih berganti datang,,belum lagi masalahku dengan aldo selesai, aldo yang sedang sakit dan kini faris juga sakit...

" ya Allah...sekuat itukah diriku? sehingga engkau selalu memberiku ujian yang begitu berat..." pikirku dalam hati.

"astaghfirullah...." akupun mengucap isttighfar berkali- kali memohon ampun pada Allah...aku tidak boleh mengeluh, dimana aisyah yang dulu? yang selalu tersenyum menghadapi semua masalah...aku pasti bisa melewati semua ini...pasti...aku meyakinkan diriku sendiri.

"faris sayang...cepat sembuh ya...ibu mencintaimu nak...kau satu- satunya kenangan dari ayahmu...aku akan membesarkanmu dengan kasih sayang, meski kelak ayahmu tak pernah mau bersama kita lagi...ibu menjamin, kau tidak akan kekurangan kasih sayang..aku mencium kening putraku yang terlelap karena pengaruh obat.

saat perawat datang memeriksa aku menitipkan faris sebentar karena ada sesuatu yang harus kubeli.

"aisyah...kenapa kau masih disini? " tanya thabita bingung.

aku tersenyum kepadanya dan menghampirinya.

"apa kau tidak melihat pakaianku sudah ganti? tadi aku sudah pulang tetapi putraku sakit dan dirawat disini..jadi aku kembali lagi.." sambil tetap tersenyum aku menjawab pertanyaan bhita.

"faris sakit apa aisyah...?" tanya bhita lagi..aku menjawab persis seperti yang dikatakan dokter.

" mungkin dia juga merindukan orang tuanya, " kataku tertunduk, ada air mata yang memaksa keluar saat aku mengingat faris yang mungkin merindukanku dan aldo..seorang anak mempunyai ikatan yang sangat kuat terhadap orangtuanya, faris mungkin merasakan kesulitan yang sedang aku dan aldo hadapi.akupun mengusap airmata yang mulai mbasahi kedua pipiku. dan aku kembali tersenyum kepada tabhita yang langsung memelukku, dia adalah orang yang paling tahu kebenaran masalahku dan aldo, dia berusaha menguatkanku, dia mungkin juga bisa merasakan yang aku rasakan karena tabhita satu- satunya yang tahu cerita sesungguhnya baik dari sisiku maupun dari sisi aldo.

" bhita...aku pergi dulu...takut faris bangun...assalamu'alaikum" akupun pamit.

" wa'alaikum salam...aku akan menjenguk faris nanti setelah jam kerjaku habis oke..." bhita melambaikan tangan kepadaku dan akupun segera kembali ke ruangan tempat faris dirawat.

ternyata faris sudah terbangun.

" terima kasih suster, anda boleh kembali" kataku pada suster yang kutitipi faris, aku pun menggendongnya ,aku sangat merindukannya, saat melihatku dia tertawa riang dan mengeluarkan suara kekanakannya...usianya masih belum ada setahun...tetapi dia bisa merasakan kehadiran ibunya.

"assalamu'alaikum..." aku melihat ke pintu saat mendengar salam dari seseorang.

"wa'alaikum salam.." aku melihat aldo duduk dikursi roda bersama kedua mertuaku dibelakangnya.aku terkejut tetapi segera kuhampiri ayah dan ibu mertuaku, kucium punggung tangan mereka, dan ibu memelukku dengan erat..kedua mertuaku memang sangat menyayangiku, mereka seperti orang tuaku yang tidak pernah mencampuri urusan rumah tanggaku, sehingga hubungan kami tetap hangat meskipun aku dan aldo sedang menghadapi masalah.

"aisyah...kenapa kau menjadi kurus sekali sayang..." ibu memelukku dengan erat.akupun tersenyum kepadanya dan menganggukkan kepalaku kepada ayah.

" iya bu...tetapi tenang saja...aku sangat sehat." aku kemudian melihat aldo,suamiku yang sangat kurindukan, aku juga melihat tatapan penuh kerinduan dimatanya. aku menghampirinya dan meraih tangannya lalu kucium punggung tangan suamiku seolah- olah diantara kami tidak terjadi apa- apa. ibu mengambil faris dari gendonganku dan membawanya keluar bersama ayah...mereka ingin memberikan waktu kepada kami untuk berbicara.

" mas aldo...bagaimana keadaanmu...apakah kau sudah sehat?" tanyaku, aku duduk bersimpuh dibawah kakinya kusabdarkan kepalaku dipangkuannya sementara dia tetap diam.

" aku sangat merindukanmu mas...faris juga...dia butuh kasih sayangmu...apakah kau tidak merindukan kami...? " tanyaku, kemudian aku menatap matanya yang berkaca- kaca, perlahan tangannya membelai pipiku,dia menghapus airmataku, akupun memeluknya, tidak terlalu erat, karena ditubuh kami masih ada luka yang baru akan mengering.

"aisyah...maafkan aku..." aldo melepaskan pelukan kami, dia akhirnya berbicara padaku,aku senang mendengarnya.

"aku sudah memaafkanmu dari dulu mas...aku tidak pernah marah padamu..." aldo menggenggam tanganku.

"aisyah...mau kah kau dan faris kembali ke rumah..." aldo mengajakku pulang,, aku pasti mau..kata hatiku bersorak.

" mas aldo, kenapa baru sekarang kau mengajakku pulang,,setiap hari aku menunggu mu menjemputku, kau tau...!" aku mengaku padanya, aldo tersenyum,,kemudian menarik tanganku hingga aku terbangun dan berdiri didepannya, aldo mendudukkanku di pangkuannya.kukalungkan tanganku di lehernya, kedua tangannya menahan kepalaku saat bibirnya mencium bibirku dengan lumatan lembutnya, kami berciuman sangat lama, melepaskan kerinduan yang lama terpendam oleh keegoan kami masing- masing.