Ketika Zizi kembali ke Rumah itu sudah jam lima sore.
"Kakak Zizi!" Suara cerah dan kekanakan memasuki pendengaran lelaki kecil itu saat dia mengganti alas kakinya dengan alas kaki rumahan.
Zizi mendongak, dahinya berkerut saat dia melihat gadis kecil dengan dua bundelan kecil di kepala berlari kearahnya.
"Kenapa kamu disini?" Zizi bertanya acuh tak acuh.
Bibir kecil gadis kecil itu membentuk seringai lebar saat dia menjawab, "Mama mengajak Nana!"
"Oh," lalu berjalan ke ruang tamu bersama Nana yang mengikuti di belakangnya.
"Kakak Zizi! Pelan sedikit!" Nana memprotes saat dia berusaha mengejar Zizi dengan kaki kecilnya.
Meskipun Zizi baru berusia enam tahun, lelaki kecil itu memiliki pertumbuhan yang baik sehingga dia memiliki tinggi melebihi rata-rata anak seuasianya, juga, Nana yang cebderung pendek membuatnya kesulitan mengikuti langkah besar Zizi.
Bibir Zizi berkerut, lalu tanpa sepatah katapun dia memperlambat langkahnya dan memasuki ruang tamu bersama Nana.
"Hei, sayang! Bagaimana kabarmu?" Seorang wanita cantik dengan senyum malaikat bertanya ketika melihat Zizi memasuki ruang tamu.
Zizi mengangguk, "baik." Sambil berjalan mendekati wanita cantik itu dan menyalaminya, "tante Yuna!" Sapanya.
Yuna mengangguk, "en, dimana Mama mu? Apa dia tidak datang?" Mama yang dimaksud disini adalah Juwi.
Mendengar itu, Zizi entah kenapa merasa tidak nyaman di hatinya. Membuat Zizi lagi-lagi bertanya secara batin,
Apakah dia benar-bena ibunya?
Kenapa dia malah membayangkan sosok lain?
"Tidak, dia pergi ke Kantor Ayah." Zizi dengan enggan menjawab.
Yuna mengangguk ringan, lalu membiarkan kedua anak kecil itu bermain bersama sementara dia bermain ponsel.
Sementara itu....
"Thanks, Yer!" Juwi berterimakasih lalu turun dari mobil setelah mereka mencapai perusahaan SN.
Yeri mengangguk, "jangan terlalu formal. Kita keluarga," jawab Yeri ringan.
Juwi mengangguk, lalu mengucapkan beberapa kata basa-basi sebelum berjalan memasuki perusahaan.
"Apa itu model internasional, Juwi? Wow! Dia terlihat semakin cantik dari waktu ke waktu!" Seorang karyawan berkomentar kagum melihat Juwi di lobi perusahaan dengan gaunnya.
"Ya, dia sangat cantik!"
"Em, dia dan Pak Sein memang pasangan yang sempurna!"
Senyum di bibir Juwi melebar mendengar bisikan-bisikan pujian tentang dia dan Sein.
"Apa Bos mu ada di Kantor?" Juwi bertanya pada karyawan di meja lobi.
Karyawan wanita itu terssnyun ramah saat dia dengan sopan meminta Juwi menunggu.
"Maaf, tapi Pak Sein barusaja keluar beberapa waktu yang lalu," beritahu karyawan wanita itu dengan senyum sopan setela menelepon, "tapi, jika Nona mau, Nona bisa menunggu Pak Sein di ruangannya!" Karyawan itu menyambung sesuai apa yang di instruksikan.
Juwi mengangguk, lalu berbalik badan dan berjalan memasuki lift menuju lantai teratas perusahaan ini.
-----
Sementara itu, di toko roti milik Aerina....
Seorang lelaki tinggi dengan aura mengesankan di sekelilingnya berjalan memasuki toko dengan langkah elegan dan mendominasi.
Dia, Sein.
"Dimana bos mu?" Sein bertanya pada pelayan penjaga kasir.
Pelayan wanita itu menatap Sein takjub dengan mata melebar seolah itu bisa keluar kapan saja, "y-ya?"
Sein mendengus, lalu mengulangi pertanyaannya dengan malas, "apa bos mu ada disini?" Sebenarnya, dia cukup muak dengan reaksi berlebihan kebanyakan wanita yang ditujukan padanya.
Lagipula, apa mereka tidak bisa melihatnya dengan 'normal'? Itu menyebalkan melihat orang memandangmu seolah dia melihat makanan lezat di depannya! Walaupun sebenarnya,
Dia jauh lebih 'lezat' dibanding makanan lezat manapun.