Chereads / Ibu Pengganti / Chapter 4 - 04. Ciuman dan Tamparan

Chapter 4 - 04. Ciuman dan Tamparan

Setelah perjamuan berakhir Sein dan Zian kembali ke rumah.

Saat ini, setelah meletakkan Zian yang mengantuk ke kursi di samping kemudi dan memasangkan sabuk pengaman, Sein berjalan memutari mobil saat dia melihat siluet wanita yang dikenalnya. Hal itu membuat tangannya yang ingin membuka pintu mobil terhenti di udara.

Aerina.

Sein melongok ke dalam mobil, dan menatap mata putranya yang redup karena mengantuk.

"Kau tunggu disini sebentar, Dad segera kembali," lalu berjalan santai menuju Aerina, sebelum mendapat jawaban dari putranya.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Aerina berjalan ke halaman depan Sunshine hotel untuk menunggu taksi.

Meskipun malam sudah larut, tapi untuk di kota besar seperti ini tidaklah sulit menemukan kendaraan umum sekelas taksi.

Dan saat inilah ia mendengar langkah stabil dan mantap berjalan ke arahnya. Berbalik badan, Aerina membeku melihat lelaki tampan dengan setelan jas hitam berjalan kearahnya. Lelaki itu memiliki udara mendominasi dan kedinginan yang setara dengan Asura.

Aerina berkedip.

"Bukankah itu lelaki di Perjamuan tadi?" Batinnya bertanya.

Dan ya, untuk sekedar saran, bukankah seharusnya kamu lari dan bersembunyi dari Asura daripada memandanginya seolah ia hidangan lezat? Yeah, meskipun harus diakui dia lebih lezat dari makanan-makanan mahal itu.

"Aerina," Sein memanggil Aerina dengan suara rendah dan dalam.

Hal itu membuat Aerina mengerjap terpesona, lagipula, bukankah suara lelaki itu seindah alunan lagu di musim semi dan sama memabukkannya dengan wine berkualitas tinggi?

Aerina menggeleng. Berusaha menepis suara lelaki itu yang terus terngiang di telinganya.

Aerina, bukankah suara itu sangat indah?

Wanita kecil di hatinya bertanya.

Aerina menggeleng, menlmberhentikan fantasi liarnya, sebelum telinganya mungkin mengalami kehamilan karena suara itu.

Kening Sein mengerut ketika ia tidak mendapat balasan wanita di hadapannya.

"Aerina," dia mengulangi.

"..."

Tidak ada jawaban.

Sein mendengus tak suka, lalu meraih tangan kecil Aerina dan menariknya kedalam pelukannya.

Aerina tersentak, nyaris berteriak saat Sein membekap mulutnya dengan telapak tangannya yang besar. "Jangan berteriak," larangnya tanpa ekspresi, seolah itu tidak penting jika Aerina tetap berteriak dan mereka tertangkap basah berpelukan di tepi jalan.

Lagipula, siapa yang berani membicarakan Sein? Tidak ada.

Aerina melotot, lalu menggigit telapak tangan Sein di bibirnya.

"Lepaskan!" Perintah Aerina dengan mata melotot galak.

Sein mengerjap, menatap wanita yang lebih pendek darinya dengan raut tidak terdeteksi. Pasalnya, wanita kecil yang saat ini marah itu memiliki lapisan kemerahan di wajah putihnya, mata wanita kecil itu membesar dengan kilatan yang sama sekali tidak menakutkan, malah membuatnya terlihat lebih canti dan menggoda, membuatnya tidak tahan untuk —

Sein menunduk, menutupi bibir plum Aerina dengan bibirnya.

Ini gila!

Akal sehat Sean memperingatkan saat dia menekan tengkuk Aerina untuk memperdalam ciuman, matanya tertutup saat dia dengan rakus mencicipi bibir Aerina.

Mata Aerina membelalak kaget merasakan sensasi kenyal dan lembut di bibirnya. Setelah menyadari apa yang terjadi, dia dengan paksa memukuli dada Sein dengan kepalan kecilnya yang tidak terasa apa-apa, itu hanya geli seperti cakar kucing kecil yang menggaruk hatinya, membuat dia tidak tahan tidak memperdalam ciuman itu.

Paa!

Suara keras menggema mengiringi telapak kecil Aerina yang mengenai pipi semulus porselen Sein.

"Bast*rd!" Aerina mengumpat, mengusap kasar bibirnya, seolah bibir Sein membawa bakteri berbahaya yang mengancam jiwa.

Sein tertangkap lengah, memegangi pipinya yang ditampar Aerina saat dia menatap wanita itu dengan amarah berkobar di matanya.

"Kamu berani?!!!"