Sunshine ballrom's, 19.00 pm.
Enam tahun kemudian...
Sorotan blitz kamera mengiringi setiap langkah sepasang lelaki dengan ketampanan yang sanggup melelehkan hati setiap wanita muda, ibu muda, maupun janda. Oke, sebenarnya wanita lanjut usia pun berpeluang besar ikut meleleh melihat penampilan ke-dua lelaki beda usia ini.
Seorang lelaki dengan ketinggian 186 cm menggenakan setelan jas hitam buatan tangan, membuatnya terlihat bak aristokrat abad pertengahan, dengan raut datar serta udara dingin yang seolah sanggup membekukan seisi ruangan, berjalan tegap dengan satu tangan di saku sementara satu tangan lain menggengam satu tangan lelaki kecil berwajah imut yang memasang wajah datar tak kalah mengerikan dari lelaki besar yang menggenggam tangannya.
Lelaki kecil itu juga mengenakan setelan jas hitam, dengan dasi kupu-kupu yang membuatnya tak kalah tampan dari lelaki besar di sampingnya. Rambut lelaki kecil itu disisir rapi menunjukkan dahi mulus yang konon bisa membuat lalat terpeleset.
Lelaki kecil itu menyipitkan mata pada sekelompok wartawan yang mengelilingi mereka. Sungguh, ia tidak menyukai sorotan-sorotan lampu kamera yang terus menerus diarahkan kearah mereka berdua.
"Hei!" lelaki kecil itu berhenti di tempat, menarik tangan lelaki besar di sampingnya,saat wajah kecilnya cemberut. "Mereka sangat mengganggu!" keluhnya saat lelaki besar di sampingnya berhenti berjalan dan menunduk menatapnya.
Wajah lelaki besar itu melembut melihat lelaki kecil di sampingnya, lalu ia mencubit pipi tembam lelaki kecil itu.
"Hei! Jangan mencubit!" si kecil berkata datar saat dia menampar tangan lelaki besar di pipinya.
Lelaki besar itu mengangguk, lalu wajahnya berubah sedingin es saat dia menatap tajam paparazi di sekitar, yang membuat paparazi itu sontak mundur ke belakang, dan berhenti memotret.
Sangat mengerikan!
Pikir mereka.
Lelaki besar itu mengangguk puas, lalu menyeret lelaki kecil berbaur diantara kerumunan.
Acara malam ini adalah acara perjamuan makan malam yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya. Perjamuan makan malam ini dihadiri sebagian besar pembisnis di Negara ini. Perjamuan ini bukan hanya sekedar perjamuan, melainkan, sarana dan ajang untuk menjalin kerja sama serta dukungan dari pihak lain.
Lelaki itu, Sein, sebagai tamu VIP duduk menyendiri di sudut ruangan bersama si lelaki kecil. Ia memegang segelas anggur merah sementara si kecil memegang secangkir teh yang dipersiapkan dengan elegan.
Beberapa saat kemudian, si kecil mendengus bosan melihat segerombol orang yang terus mendekati meja mereka dan menawarkan segelas anggur.
Akhirnya, si kecil menarik ujung baju Sein dan mendongak menatapnya. "Dad!"
"Hm?"
"Aku akan beristirahat di ruang atas," beritahu lelaki kecil itu.
Sein mengangguk, mengusap puncak kepala si kecil dengan lembut. "ati-hati. Daddy segera menyusul!" beritahunya menyetujui.
Mendapat persetujuan, lelaki kecil itu mengangguk, lalu turun dari tempat duduknya dan berjalan dengan langkah tegap yang membawa keanggunan yang tidak sesuai dengan usianya, menuju lantai atas dimana kamar mereka dipersiapkan.
Beberapa menit setelah si kecil naik ke lantai atas, Sein yang merasa kesal dan bosan akan orang-orang yang terus berdatangan melirik sekretaris di belakangnya. "Kau urus mereka!" beritahunya membuat sekretaris itu mengangguk patuh seperti ayam mematuk nasi.
Sein menghela napas, lalu berjalan menuju lantai atas untuk menyusul putranya.
Sementara itu, sorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan berjalan tenang dengan baki di tangannya saat dia menawarkan minuman ke orang-orang yang hadir di perjamuan ini.
Wanita itu reflek berhenti saat melihat lelaki tampan di depannya berhenti dan menatapnya dengan tatapan menyelidik. Itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum lelaki itu kembali berjalan meninggalkan Aerina yang tertegun. Dia...
Mengapa terasa tidak asing?