Chereads / TUHAN, TOLONG SAMPAIKAN PADA AYAH / Chapter 3 - SEBUAH PETUNJUK

Chapter 3 - SEBUAH PETUNJUK

Lelaki itu tak perduli dengan teriakanku. Dibarengi dengan usapan yang lembut, dimulutnya seperti merapalkan mantera-mantera yang terdengar indah ditelingaku.

"Kamu harus sehat! Sebab Saya tak mau kamu datang kemari lagi!" bisiknya dengan kalimat tegas namun penuh kelembutan, "Karena memang sejatinya penyakitmu tidak bisa sembuh dalam perawatanku,… Hanya pangeranmu yang kelak bisa merawat dan menyembuhkan sakitmu. Biarlah Saya meringankan sedikit lukamu terlebih dahulu agar kau mampu untuk berdiri tegak!"

Aku kembali menangis, tapi tangisku kali ini bukan karena rasa sakit, rasa sakitku sudah jauh, bahkan sangat jauh berkurang, tetapi karena rasa haru atas pengorbanan yang dilakukan tabib itu padaku..

Tubuhku terasa ringan, ringan sekali. Hatiku tak lagi panas luka-lukaku hilang nyaris tanpa bekas.

"Oh, Tuan. Saya tak memerlukan orang lain lagi yang bisa menyembuhkan saya. Tuan jangan membohongi saya, tuanlah pangeran itu. Tuan telah memberikan obat yang mujarab untuk saya sehingga secara ajaib saya bisa seperti ini. Ijinkan saya berobat pada tuan hingga saya bisa sembuh secara utuh" pintaku sambil merasakan aroma ramuan berwarna hijau yang diberikannya padaku.

Tabib itu menggeleng sambil tersenyum. Darah yang mengalir dari sudut mata dan sela bibirnya akhirnya berhenti, bertanda racun yang ada dalam tubuhku nyaris lenyap. Kurasakan tatapan matanya yang sayu masih tetap memancarkan cahaya kesembuhan padaku.

"Ketahuilah, kau belum pulih. Jangan disangka kondisi saat ini adalah kondisi terbaikmu. Sekali lagi saya katakan, bahwa Saya seorang tabib, Saya masih memiliki pasien lain. Tak akan sanggup bila saya terus-menerus merawatmu. Kamu tak akan bisa sembuh ditanganku" jawabnya.

Aku tertunduk. Aku malu. Aku sadar, bahwa aku tidak boleh mementingkan diriku sendiri.

Selesainya, lelaki itu memberikan sebuah bola Kristal kepadaku. Bola Kristal itu sebesar kelereng dan mengeluarkan cahaya yang putih dan lembut bak bulan purnama, yang jika kupandangi serasa ada aliran hangat mengalir dalam tubuhku.

"Bola kristal ini adalah obat sementara untukmu. Jika kau merasakan kesakitan, pandanglah ia hingga rasa sakitmu berkurang," katanya.

Kulihat ia memberi isyarat bahwa pengobatan yang dilakukannya telah selesai dan seolah pula memberi isyarat agar aku segera pergi. "Kamu harus meninggalkan tempat ini, untuk menyempurnakan kesembuhanmu. Jika sudah bertemu dengan pangeran itu, buanglah bola Kristal ini, karena jika kau masih menyimpannya, maka sia-sialah apa yang telah saya lakukan hari ini"

"Dimanakah Saya bisa menemukannya?" tanyaku

"Saya akan membawamu ke puncak bukit, Saya akan memberikan catatan untukmu, agar kamu tidak tersesat," jawabnya.

Dengan rasa sedih yang mendalam, aku kembali melakukan perjalanan, entah kemana, dimana, dan sampai kapan.