Aku hanya bisa ternganga melihat hamparan pasir putih salju yang membentang sejauh mata memandang, mobil berjalan sangat pelan karena kondisi jalan yang licin akibat tumpukan salju.
Perjalanan kurang lebih dua jam disertai angin bertiup kencang membawa puing-puing salju berterbangan tak menentu melintasi jalan yang memutih. Aku merapatkan jaket dan merapatkan diri ke Yura yang duduk disampingku berharap mendapat sedikit hawa panas dari tubuhnya.
Teriberka adalah sebuah perkampungan nelayan di utara Russia yang menghadap Lautan Barents, terletak lebih kurang seratus dua puluh kilometer dari pusat kota Murmansk.
"Tempat ini pernah dijadikan tempat shooting film yang masuk nominasi oscar 'Leviathan' di tahun 2014 , hingga kemudian menjadi salah satu tujuan wisata di Russia." ucap Valter tanpa diminta ketika aku memandang kagum menatap lanscape serba putih dari kaca jendela mobil.
Aku tidak menanggapi kata kata Valter, aku terlalu sibuk dengan pemandangan disekelilingku.
Sepanjang perjalanan pemandangan yang tersaji hanyalah landscape putih menyilaukan, dipadu dengan awan yang menyelimuti yang juga berwarna putih , hingga sampai ke sebuah papan bertuliskan Teriberka dalam huruf cyrillic .
Begitu kontras dengan tanah kelahiranku yang setiap hari disajikan pemandangan hijau membentang.
Suasana sangat sepi seperti kota mati, kawasan perkampungan yang bahkan penduduknya jarang terlihat, hanya ada anjing berkejar kejaran.
Teriberka memiliki dua pemukiman, Old dan New. Kedua jarak pemukiman tidak begitu jauh satu sama lain, di bagian Old kita melihat suasana yang sangat kelam dan dramatis, bangunan terbengkalai, rusak, tidak terawat dan ditinggalkan begitu saja.
Di bagian New pemukiman tidak jauh berbeda, sangat sunyi dan jarang terlihat penduduk yang berkeliaran. Beginilah potret suasana desa terpencil di Russia.
" Dari sini kita harus berganti transport dengan taxi untuk menuju ke ujung pantai. " terang Valter sebagai orang yang sudah pernah datang kesini sebelumnya.
" Kenapa tidak menggunakan mobil ? " tanyaku menahan dingin. badanku bergetar mengigil, gigiku bergemeletuk tak henti saking kedinginan.
" Kondisi alam tidak memungkinkan untuk melanjutkan dengan mobil, kita hanya bisa memilih dua opsi : jalan kaki atau naik taxi ." Tambahnya lagi.
Taxi yang dimaksud Valter adalah taxi ala ala khas Teriberka , Taxi nya berupa gerobak yang ditarik oleh motor salju. Tidak ada kereta gantung untuk menikmati winter seperti di Norwegia atau di Swiss , disini semuanya masih serba manual.
Kondisi cuaca yang terbilang berat dan angin kencang tak menyurutkan semangat kita untuk tetap melakukan perjalanan.
Aku berada di gerobak yang sama dengan Valter, sementara Liana bersama Joseph , Olga, Yura dan Mia di gerobak lain. Mia bersikeras agar aku tidak satu gerobak dengannya, aku mencium aroma aroma percomblangan disini.
Tapi, biarlah, tidak ada waktu untuk memikirkan hal aneh di kondisi alam seperti ini.
Perjalanan menggunakan Taxi Teriberka sangatlah tidak nyaman, serpihan serpihan salju beterbangan ke wajah, dan itu sangat perih terasa.
Selain itu angin yang bertiup kencang di suhu minus 20 derajat celcius mampu membuatku membeku mati rasa, taxi menyediakan selimut tebal namun cuaca dingin mengigit menembus dan menjalar ke seluruh tubuh.
" Are you ok , Jade ? " tanya Valter sambil memegang tanganku mencoba membuatku sedikit hangat.
" ini benar benar dingin buatku. " jawab pelan,bergetar hampir tak terdengar. wajah dan topi yang aku pakai sudah penuh dengan butiran salju.
Valter kemudian merangkulku erat mencoba menyelamatkanku dari terpaan angin dingin dan salju. Aku benar benar sekarat.
Ada harga yang harus dibayar dari sebuah keindahan. Dan kami harus melewatinya untuk itu. Dan semua itu sepadan.
-
20 menit yang menyiksa berakhir, kami sampai ke sebuah tebing yang tertutup salju, melihat air terjun yang membeku, dan tepi pantai yang penuh dengan batuan hitam.
Ini semenanjung yang berbatasan langsung dengan laut Barents di samudra Arktik, Samudra yang memisahkan Russia dan Kutub Utara. Yapz ! Kami berada di Teriberka 'The Edge of The World'.
" keren ya. " Sahutku sambil mengambil posisi duduk di bebatuan.
" ya, kita berada di tepi ujung utara dunia. " jawab Valter." Mungkin suasana akan berbeda jika kita datang di musim panas ." sambung Mia
" Menurut tur guide aku dulu ketika pertama kali ke Teriberka , di musim panas ada kapal yang membawamu berwisata ke kutub utara. " ucap Valter.
" aku lebih suka saat winter ." sahutku lagi.
" pasti karena aurora " sahut Yura ikut menambahkan.
" bukan itu saja, melihat kondisi Teriberka membuat perasaanku campur aduk. " sambungku lagi.
" kampung yang ditinggalkan maksudmu ? " tanya Valter.
Aku manggut manggut mengiyakan. " Ya benar, mengapa itu bisa terjadi ? "
" Teriberka didirikan pada awal abad ke 17 sebagai pangkalan nelayan musiman dan menjadi pusat perikanan yang besar, dan pada tahun 1940an Teriberka mengalami kemajuan pesat, ia bukan hanya sebagai desa nelayan seperti saat ini melainkan pusat perikanan dan budidaya reindeer ( sejenis rusa ), namun setelah tahun 1960an segalanya kemudian berubah, industri perikanan Teriberka mulai menurun dengan adanya kedatangan kapal-kapal besar. Pemukiman ini tak memiliki tempat untuk mendaftarkan kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal penangkap ikan, sehingga nelayan terpaksa berlabuh di ibukota, Murmansk. pemerintah Russia kemudian memutuskan untuk memindahkan pelabuhan perikanan dan budidaya reindeer yang membuat tempat ini kemudian ditinggalkan begitu saja oleh penghuninya, itulah sebabnya tempat ini begitu suram dan tidak terawat. " terang Valter.
Aku manggut manggut sambil menatap kagum ke arah Valter, lelaki ini banyak memiliki pengetahuan tentang sejarah setiap kota di dunia secara detil, tidak mengejutkan karena profesinya sebagai seorang jurnalis. Besar kemungkinan ini adalah alasan Mia mengajak serta Valter bergabung, karena ia satu satunya yang bisa berkomunikasi dengan penduduk lokal juga kemampuanya berbahasa Russia sekaligus mampu membaca huruf cyrillic.
Yah, seperti keadaan kota kota di dunia pada umumnya, akan selalu ada saja manusia yang berusaha memperdaya atau mencoba mendapatkan keuntungan dari orang lain, ketika mengetahui kamu adalah orang asing, yang tidak mampu berbahasa lokal.
" Jika ingin menjelajah lebih luas, di Russia banyak tempat seperti ini, yang terlupakan oleh waktu dan ditinggalkan begitu saja . " sambungnya sambil tangannya menyentuh air pantai.
" kemarilah, Jade , air nya bahkan lebih hangat dari suhu udara di sekeliling." Tambah Valter, Aku berpindah mendekati Valter.
" Dimana lagi tempat yang terlupakan , selain Teriberka ? " tanyaku penuh selidik.
" benteng wabah di St. Petersburg, kuburan bangkai kapal tidak jauh dari sini, pemukiman terlantar di Spitsbergen, cincin kota mati di Vorkuta, jalan tulang belulang di Siberia dan masih ada lagi tempat lain di Russia. " tambah Valter.
Di perjalanan pulang ke Murmansk , kami mampir ke sebuah kedai, yang menyediakan Steak daging Reindeer lengkap dengan Saos Cloudberry. Kami bertujuh menghabiskan makan siang kami dengan lahap, cepat, tanpa banyak bicara. Udara dingin telah menguras seluruh cadangan energi kami.
Overall, seluruh ketidaknyamanan dalam perjalanan ke Teriberka, sangat sepadan dengan kenikmatan yang kita peroleh.
Aku berjalan menuju kasir, untuk membayar makan siang kami, ada pengunjung lain yang sedang melakukan pembayaran di kasir. Ketika ia berbalik tanpa sadar kami saling bertatapan. Dan , betapa mengejukan, ia adalah pria yang sama ketika bertemu di kanal di St. Petersburg dan juga di grocery di Murmansk.
" permisi, bukankah kau....." kataku sambil terpaku.
Tanpa berkata apa apa, pria itu berlalu tanpa menjawabku dan meninggalkan aku penuh tanda tanya.
Mungkinkah hanya sebuah kebetulan ?
👀👀👀