.
.
.
Siang ini dokter menyarankan jimin untuk mencoba memberikan asi pertamanya maka dari itu seorang suster membawa jungmin ke ruangan jimin.
"Sus, bagaimana caranya? saya belum mengerti cara menyusui." Tanya jimin malu-malu karena dia seorang pria dan dia juga tak mempunyai payudara seperti wanita meski selama hamil dada jimin semakin berisi namun belum tentu bisa mengeluarkan setetes asi. Suster itu pun paham dan kemudian ia tersenyum.
"Biar saya ajarkan meskipun anda seorang pria namun karena hormon dari kehamilan bisa saja merangsang produksi asi. Saya lihat juga dada tuan membesar meski tak sebesar payudara wanita tapi, saya yakin anda juga bisa memproduksi asi. Tuan rebahan dulu ke ranjang biar saya bantu simulasinya."
Jimin pun merebahkan tubuhnya kemudian suster itu menyuruh jimin untuk membuka kancing bajunya. Setelah itu suster meletakkan jungmin di atas tubuh jimin dengan posisi telungkup dan mengarahkannya ke puting jimin.
Kini jungmin mulai mencari puting jimin dan tak berapa lama jungmin pun menemukannya dan dengan rakus menghisap puting jimin.
"Wah.. Sepertinya asi tuan keluar. Lihat bayinya terlihat menikmati ASI-nya."
"Ne, sus saya tak menyangka saya juga bisa mengeluarkan asi." Jimin terlihat sangat senang melihat jungmin menyusu padanya. Jimin merasakan benar-benar menjadi seorang ibu.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Terlihat jungkook masuk ke ruangan jimin, ia melihat jimin di temani oleh seorang suster.
Jungkook pun mulai mendekat ke arah ranjang jimin kini ia bisa melihat jimin sedang menyusui jungmin.
"Eoh, uri jungmin sedang menyusu pada mommy?" Ucap jungkook yang kini sudah berada di samping ranjang jimin.
"Eh.. Kookie. Ne aku sedang belajar bagaimana menyusui jungmin."
"Baiklah tuan saya permisi, oh ya tuan kalau bisa menyusuinya bergantian setelah di dada kiri nanti jika bayinya masih lapar berikan dada kanan."
"Ne sus terima kasih." Suster itu pun pergi dari ruangan jimin.
"Maaf tadi aku tinggal sebentar untuk membeli ini." Jungkook mengeluarkan sebuah kotak bludru berwarna merah dari saku celananya.
"Apa itu kookie?"
"Ini cincin untuk pertunangan kita bagaimana kau suka? Aku sengaja membeli yang ini karena ku lihat sangat cantik dan aku yakin kau pasti menyukainya." Ucap jungkook dengan senyum yang mengembang di bibir tipisnya.
"Wah kookie itu sangat cantik."
"Aku akan memasangkan cincin ini setelah jong suk-ssi dan seung gi-ssi mengijinkan aku untuk menikahi mu." Ucap jungkook sambil tersenyum.
"kookie kau juga harus meminta restu dari kakek ku." Ucap jimin mengingatkan
"Ah.. Benar dan setelahnya aku akan membawamu ke rumah untuk bertemu ayah dan ibu." Ucap jungkook sambil menggenggam tangan mungil jimin.
Setelah di rasa cukup lama jungmin menyusu kini jungmin sudah terlelap dan jungkook dengan perlahan mengangkat tubuh mungil jungmin untuk di tidurkan ke dalam box bayi yang sudah di letakkan suster di samping ranjang jimin.
"Wah.. Lihatlah uri jungmin sangat manis sepertimu jimin."
"Dia memang putra ku, makanya mirip denganku."
"Hey.. dia juga putraku."
"Ne.. Ne..." Jungkook dan jimin terlihat sangat bahagia dan akan merencanakan kelanjutan hubungan mereka setelah jimin keluar dari rumah sakit.
Di luar pintu ruangan jimin terlihat taehyung menahan amarahnya melihat jimin dan jungkook kini bersama.
"Aku tak akan membiarkan jimin bersama pria brengsek itu. Karena jimin hanya akan menikah denganku." Taehyung beranjak dari sana dan pergi setelah menatap geram pada dua orang yang ada di dalam ruangan itu.
.
.
.
"Yoongi hyung, aku merindukan jimin hyung.." Ucap jihoon pada yoongi yang tengah duduk santai di ruang tengah.
"Hyung sebenarnya juga merindukannya jihoon-ah. Tapi hyung tidak tahu jimin di mana sekarang. Karena terakhir kali hyung mendengar dia ada di thailand dan itu sudah satu tahun yang lalu."
"Hiks.. Aku sang merindukan jimin hyung hiks.. Hiks.." Jihoon menangis ia sangat merindukan jimin karena sudah lama tak mendengar kabar darinya.
"Tenang jihoon-ah, hyung akan mencoba mencari informasi dengan bantuan taemin hyung ne.. Sekarang istirahat lah, besok kau harus sekolah.."
"Ne hyung" Jihoon pun beranjak dari sana menuju kamarnya dengan isakan yang masih terdengar.
Yoongi kini kembali merasa bersalah karena meninggalkan jimin begitu saja dan lebih sakit lagi saat mengetahui kebenarannya.
"Andaikan aku tak semudah itu percaya, pasti jimin masih di sini. Hah...." Yoongi memijit pelipisnya tiba-tiba kepalanya terasa pening.
"Yoon, kau belum tidur?" Ucap nyonya min saat melihat putranya yang berada di ruang tengah.
"Eoh? Ibu sendiri kenapa belum tidur?" Ucap yoongi pada nyonya min yang kini berjalan mendekatinya. Kini nyonya min mendudukkan dirinya di samping yoongi.
"Ibu terbangun karena haus. Kau kenapa hum?"
"Aku merasa bersalah pada jimin bu. Sudah satu tahun dia menghilang tanpa kabar, jihoon pun merindukan nya. Aku sangat jahat memisahkan mereka bu.."
"Ibu mengerti yoon, cobalah cari tahu dimana jimin sekarang, ibu ingin sekali bertemu dengannya."
"aku akan suruh taemin untuk mencarinya dia juga punya teman yang mungkin bisa membantu."
"Ibu berharap semoga kau bisa menemukan jimin."
"Ne bu semoga saja." Ucap yoongi yang sangat berharap menemukan jimin.
Nyonya min pun beranjak meninggalkan yoongi kembali ke kamarnya setelah kembali dari dapur. Yoongi kini mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi seseorang.
"Yoboseo.."
"𝘛𝘢𝘦𝘮𝘪𝘯-𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯?"
"Eh? tuan ingin bertemu jimin?"
"𝘕𝘦, 𝘢𝘬𝘶, 𝘪𝘣𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘩𝘰𝘰𝘯 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘬𝘶?"
"Ne tuan saya akan mencoba mencari tahu keberadaannya."
"𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘢𝘦𝘮𝘪𝘯."
"Ne tuan."
Sambungan pun terputus. Taemin pun tersenyum senang saat mengetahui tuannya ingin mencari tahu keberadaan jimin.
"Akhirnya tuan yoongi mencari jimin, aku sebenarnya juga merindukannya dan diam-diam mencarinya. Sebenarnya aku tahu jimin sekarang sudah kembali ke korea namun tak tahu dia tinggal dimana.. Aishh.. Aku akan segera mencarinya.." Saat taemin asik mengoceh sendiri, ponselnya berdering.
"Siapa sih yang menelpon lagi? Tak tahu apa ini sudah tengah malam.." Gerutu taemin namun saat melihat nama yang seseorang yang tengah menelponnya ia pun tersenyum dan segera mengangkatnya.
"Hey, ternyata kau masih mengingat untuk menghubungi ku.. hum.."
"𝘠𝘢𝘩.. 𝘖𝘱𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘦𝘰𝘩?"
"Kau yang meninggalkanku tanpa kabar, apa kau lupa? Dan sekarang tengah malam seperti ini kau meneleponku!"
"𝘏𝘢𝘩𝘢𝘩𝘢.. 𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘖𝘱𝘱𝘢, 𝘰𝘩 𝘺𝘢.. 𝘓𝘶𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, 𝘢𝘱𝘢 𝘖𝘱𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨?"
"Kenapa kembali?! Tak perlu kembali tinggal saja di sana."
"𝘐𝘴𝘩.. 𝘖𝘱𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪. 𝘓𝘶𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘫𝘦𝘮𝘱𝘶𝘵 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪. 𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘳𝘢𝘩𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘖𝘱𝘱𝘢, 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘫𝘶𝘮𝘱𝘢..."
Sambungan di putus sepihak oleh orang itu dan taemin hanya bisa menggerutu kesal.
"Enak saja menyuruhku untuk menjemput, dasar! Hah.. Jimin-ah dia akan kembali kau pasti senang mendengar kabar ini. Akan mencari mu dan memberi tahu kabar ini"
Taemin beranjak dari sofa di kamarnya ke arah ranjangnya untuk segera tidur karena besok taemin akan mulai mencari keberadaan jimin.
𝙏𝙗𝙘