Jimin sudah berada di halaman rumah lamanya. Jungkook sudah melepaskannya setelah yoongi memutuskan untuk membatalkan pengadopsian jimin. Dan di sini, di rumah peninggalan orang tuanya dia akan kembali tinggal namun kali ini jimin tinggal sendiri. Hanya sendiri.
Jimin pun membuka kunci pintu rumahnya dan masuk ke dalam rumah. sebelum ia sampai memasuki rumahnya seseorang memanggilnya.
"Jiminie.." Jimin pun menoleh ke asal suara yang memanggil namanya.
"Taemin hyung? Kenapa kau ada di sini?" Ucap jimin sambil tersenyum paksa. Taemin pun berjalan ke arah jimin dan segera memeluknya.
"Jiminie, aku yakin kau bukan orang seperti itu. Aku percaya padamu karena kita sudah saling mengenal sejak lama."
"Hyung setiap orang pasti berubah begitu pun aku."
"Tidak jiminie aku percaya padamu. Aku sangat yakin itu."
"Terima kasih sudah percaya padaku hyung." Taemin pun mengeratkan pelukannya pada jimin. Temin pun melepas pelukannya pada jimin dan tersenyum padanya.
"Aku kesini mengantar barang-barang mu dan ini yoongi menitipkan ini padaku untuk memberikannya padamu." Taemin menunjukan sebuah black card pada jimin. Jimin pun tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Tak perlu hyung aku akan mencari pekerjaan secepatnya. Aku bukan siapa-siapanya lagi jadi aku tak pantas untuk menerimanya. Ucapkan rasa terima kasihku karena sudah mau merawat jihoon."
"Tapi jiminie..."
"Tidak apa-apa hyung." Taemin hanya bisa menghela nafasnya dia sangat tahu sifat jimin seperti apa.
"Baiklah, begini saja sebelum kau mendapatkan pekerjaan, untuk urusan keuangan biarkan hyung membantumu dan malam ini hyung akan menemanimu. Dan tak ada penolakan."
"Aishh.. Ne terserah hyung saja."
"Good!"Β Ke dua orang itu pun tertawa bersama dan berakhir taemin membantu jimin merapi kan barang- barang jimin dan membersihkan rumah itu.
Setelah selesai ke duanya tengah duduk di sofa ruang tamu sambil menonton tv.
"Hyung aku sangat lelah." Lirih jimin. Entah mengapa hari ini jimin merasakan tubuhnya sangat lelah dan kepalanya juga mulai pening.
"Kau istirahat lah kau pasti sangat lelah."
"Hum." Jimin pun menegakkan tubuhnya yang tadinya bersandar kini duduk tegak namun belum sempat ia berdiri, perutnya terasa bergejolak ingin mengeluarkan isinya.
ππ°π¦π¬.. ππ°π¦π¬..
Jimin berlari ke arah kamar mandi menuju wastafel dan mengeluarkan semua isi perutnya.Β Taemin yang melihat jimin berlari ke kamar mandi pun mengikutinya.
"Jiminie kau tidak apa-apa?" Taemin melihat tubuh jimin yang lemas segera membawanya ke kamar. Taemin membantu jimin merebahkan tubuhnya di ranjang dan memakaikan selimut pada jimin.
"Istirahatlah mungkin kau kelelahan, aku akan menemanimu." Taemin menatap wajah jimin yang pucat dia terlihat sangat khawatir. Ia mengusap kepala jimin lembut yang mana membuat jimin merasa nyaman dan akhirnya jimin pun tertidur.
"Besok aku akan membawamu ke dokter ne.. Sekarang tidurlah aku akan di sini." Taemin pun merebahkan tubuhnya di samping jimin dan memiringkan tubuhnya menghadap ke arah jimin dan taemin pun segera menutup matanya menyusul jimin yang sudah terlelap lebih dulu.
***
Keesokan paginya jimin terbangun terlebih dulu karena merasakan kembali perutnya yang bergejolak dan berakhir mengeluarkan isinya kembali.
ππ°π¦π¬... ππ°π¦π¬..
Taemin yang mendengar suara gaduh dari kamar mandi pun terbangun dan segera memeriksanya.
"Jimin? Astaga kau tidak apa-apa?" Taemin melihat jimin yang berjongkok di lantai kamar mandi dengan memegang perutnya dengan meringis kesakitan.
"H-hyung .. Hiks.. S-sakit.. Hiks..hiks.." Keluh jimin sambil menangis.
"Kita ke dokter sekarang ne.." Taemin pun mengangkat tubuh jimin brydal style keluar dari rumah menuju mobilnya dan membawa jimin masuk ke arah kursi penumpang di samping kursi kemudi dan memasangkan seat belt pada jimin. Taemin pun berlari masuk ke arah kursi kemudi dan segera menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.
Setelah 15 menit perjalanan mereka pun akhirnya sampai dan segera turun dari mobil taemin kembali menggendong jimin karena jimin masih terlihat kesakitan dan taemin segera membawa jimin masuk.
"Dokter! Tolong adik ku!" Dan segera seorang dokter menghampirinya.
"Ada apa dengannya?" Tanya seorang dokter pada taemin.
"Aku tidak tahu dok, tadi aku hanya melihatnya kesakitan."
"Baiklah sebentar. Suster tolong bawa brankar ke sini." Beberapa suster dan perawat pun membawa brankar ke arah taemin dan merebahkan tubuh jimin di atas brankar dan segera membawa jimin ke ruang UGD.
Kini taemin sedang menunggu keadaan jimin di luar pintu ruangan itu. Taemin tak henti-henti nya merapal kan do'a berharap jimin baik-baik saja. Setelah 15 menit jimin pun keluar bersama dokter yang tengah menuntunnya keluar ruangan.
"Dokter bagaimana keadaannya?" Ucap taemin dengan wajah khawatirnya dan segera mengambil alih tubuh jimin.
"Mari ke ruangan saya tuan." Jimin dan taemin pun mengikuti dokter itu menuju ke ruangan dokter itu.
Setelah mereka sampai ke tiga nya masuk ke ruangan itu dan dokter mempersilahkan jimin dan taemin untuk duduk.
"Bagaimana dok?"
"Tuan jimin saat ini anda tengah mengandung dan usia kandungannya masih satu minggu."
"A-apa? S-saya hamil?" Jimin dan taemin benar-benar terkejut dengan hasil yang dokter katakan pada mereka.
"Benar tuan dan saya minta untuk tuan tidak kelelahan karena male pregnant sangat rentan dan mungkin jika anda mulai merasa lelah lebih baik istirahat saja karena jika tidak akan terjadi kram pada perut anda dan itu sangat membahayakan untuk janin anda. Ini saya beri resep beberapa vitamin untuk kesehatan tuan dan janinnya."
"Ne dok terima kasih." Ucap taemin dan segera beranjak pergi dari sana.
Sebelum pergi taemin menebus beberapa vitamin dari apotik rumah sakit itu dan setelahnya taemin membawa jimin pergi dari rumah sakit itu.
Di perjalanan taemin melihat jimin yang terdiam sedari tadi mereka keluar dari rumah sakit. merasa iba, taemin mulai mengusap kepala jimin lembut ia tau jimin pasti terpukul dengan apa yang dikatakan oleh dokter tadi.
"Jiminie, aku janji akan menjagamu kau tenang saja ne.."
"Hyung, tolong jangan katakan pada siapapun tentang keadaan ku. Termasuk jihoon Aku sangat malu hyung. Aku seorang kakak yang sangat hina untuknya. A-aku bersyukur dia tak ada bersama ku. Aku tak ingin membuatnya malu hyung." Air mata jimin menetes, jimin menangis dalam diam meratapi nasibnya yang sangat buruk. Hidupnya kini telah hancur benar-benar hancur.
Tak berapa lama mereka pun sampai di depan rumah jimin namun taemin tak bisa menemaninya masuk karena ia harus pergi bekerja.
"Jiminie, hyung akan pergi untuk bekerja dan kembali pukul 5 sore nanti. Jaga dirimu baik-baik dan juga kandungan muΒ jangan sampai kelelahan ne.."
"Ne hyung." Ucap jimin yang sudah berada di luar mobil kemudian ia pun masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah jimin hanya duduk di balkon kamarnya dia termenung membenamkan wajahnya di antara lututnya. Pikirannya kalut atas cobaan hidup yang datang bertubi-tubi padanya. Jimin pun mulai terisak betapa berat hidup yang harus di jalaninya.
Kini jimin sudah berhenti menangis namun posisi duduknya yang sama dengan pandangan matanya menatap langit siang itu. Namun entah darimana jimin mendapat pecahan kaca yang kini ia keluarkan dari kantong hodie nya.
Jimin kini mengalihkan tatapan matanya pada pecahan kaca yang berada di tangan kanannya. Kemudian iaΒ mengangkat lengan kirinya ke atas lututnya dan mengarahkan pecahan kaca itu ke arah lengannya dengan gerakan perlahan jimin membuat goresan pada lengannya. Darah pun mulai mengalir menetes ke lantai balkon. Seakan tak merasakan sakit jimin kembali memberikan luka sayatan baru pada lengannya sampai tangan seseorang merebut pecahan kaca yang jimin pegang.
"Apa yang kau lakukan?!"
πππ