Chereads / The Eyes are Opened / Chapter 20 - Hari yang Cerah Menjadi Kelabu (part 02)

Chapter 20 - Hari yang Cerah Menjadi Kelabu (part 02)

Setelah menangis berjam-jam di kamar hingga akhirnya aku tertidur karena kelelahan saat menangis. Pukul 15.00 WIB alarm ponselku berbunyi dan saat itu aku teringat jika aku harus pergi les sore itu juga. Segera aku beranjak dari tempat tidurku dan bergegas menuju ke kamar mandi. Lima menit kemudian aku selesai mandi dan dengan cepat aku bersiap-siap untuk berangkat ke tempat les miss Jeny. Karena aku sudah sangat terlambat dan akan memakan waktu yang cukup lama jika menggunakan sepeda angin, maka aku meminta tolong mama untuk mengantarkanku ke tempat les. Dengan segera mama mengeluarkan sepeda motornya dan menungguku di depan rumah. Tak membutuhkan waktu yang lama jika aku pergi ke tempat les menggunakan sepeda motor. Hanya 5 menit aku telah sampai di depan rumah miss Jeny dan mama langsung meninggalkanku setelah aku memasuki gerbang rumah miss Jeny. Disaat yang sama, Alex dan Ruben juga baru datang dan menuntun sepeda motornya berjalan bersama-sama memasuki halaman rumah miss Jeny.

"Oooiii ndra!! Baru datang juga??". Tanya Alex saat memasuki rumah miss Jeny bersamaan dengan Ruben.

"Oooii lex, iya aku baru datang, tadi ketiduran soalnya.. hehehe.. Tumben kalian berangkat bareng? Biasanya kan berangkat sendiri-sendiri kalian?".

"Ini nih! Ruben sama kaya kamu! Dia ketiduran juga, lalu apesnya sepeda motornya di pake sama adiknya. Jadi ya aku barengin dia..". Kata Alex.

"Iya! Sepeda motorku di pake sama si Mattiew buat track-trackan. Ckck.". Ucap Ruben sambil menggelengkan kepala.

"Hahahahaha... Makanya kunci motormu kamu simpen aja di bawah bantal.. kan si Mattiew nggak berani ambil motormu.. Hahahahaha..". Ucapku.

"Eh. Btw kalian sering nyadar nggak sih? kalau rumahmiss Jeny ini agak angker?". Ucap Ruben tiba-tiba.

"Hah?? Lu ngomong apa'an woi!! Jangan bicara yang nggak-nggak!!". Kata Alex.

"IIhhh beneran lex! Kadang aku sering merinding kalau ke toilet yang ada di bawah lorong lantai dua! Emang lu nggak ya?". Ucap Ruben.

"Kagak!! Udah ah jangan ngomongin yang serem-serem! Nanti gue gak bisa tidur lu tanggung jawab ben!". Ucap Alex sambil memukul pundak Ruben.

Aku melihat dua temanku yang berjalan di depanku saat ini membuat perutku terasa geli, tingkah laku mereka sangatlah seperti anak kecil. Aku juga tak ingin menjawab apa yang Ruben tanyakan tadi, karena aku tak ingin membuat mereka berdua ketakutan dan tak mau les lagi di rumah miss Jeny ataupun merasa paranoid dengan rumah miss Jeny. Karena menurutku hal seperti ini sunggulah wajar, karena memang 'mereka' hidup berdampingan dengan manusia. Hanya tergantung iman setiap manusia saja seperti apa. Pada saat sedang jalan menuju ruang les, tiba-tiba ponselku berbunyi dan aku melihat di layar ponselku Karin yang menghubungiku. Langsung saja aku mengangkat telepon dari Karin.

"Halo apa rin?". Tanyaku.

"Kamu dimana? sudah datang belum?".

"Ini sudah di lorong, sudah mau masuk kelas bareng Alex sama Ruben".

"Ow ya udah. Kirain belum dateng.. Hehehe.. nanti kamu duduk di sebelahku ya ndraaa..".

"Iyaaaa... ya udah aku matiin yaaa...". Ucapku sambil membuka pintu ruang les dan ternyata teman-temanku yang lain sudah pada datang, namun miss Jeny belum masuk ruangan sama sekali.

"Lho mana miss Jeny? biasanya jam segini sudah duduk di sini?". Tanyaku pada Karin saat menaruh tasku dan duduk di sebelahnya.

"Nggak tahu. Dari tadi juga kami sedang tunggu miss Jeny. Apa kamu tadi waktu masuk ke sini nggak lihat miss Jeny sama sekali di luar?". Tanya Karin.

"Nggak tuh! Malah tadi waktu aku masuk bertiga sama dua anak itu, rumah terlihat sepi banget nggak ada orang sama sekali. Mobil adiknya miss Jeny juga nggak ada di depan". Jawabku.

"Hmmm... ada les nggak ya hari ini kalau gitu? Aku butuh banget les ini.. Apalagi bulan depan sudah Ujian Akhir Semester lagi. Aahhhhh... mana nih miss Jenynyaaa..". Keluh Karin sambil merebahkan kepalanya ke pundakku.

"Yaaa.. di tunggu aja kalau gitu.. Uhhmmm... gimana kalau kita coba ngerjain soal yang di halaman 18?". Ucapku sambil membuka buku latihan dari sekolah.

"Eh, boleh tuh! Sekalian kita kerjain PR Matematikanya bu There!". Ucap Theo dari bangkunya.

Akhirnya kami belajar sendiri sambil mengerjakan PR matematika bersama. Claudi dan Theo yang lebih pintar dalam hal hitungan, mereka mengajarkan cara menyelesaikan tugas kami saat itu sambil menunggu miss Jeny datang. Sudah satu jam lamanya kami mengerjakan PR matematika hingga selesai, namun miss Jeny tak kunjung datang. Kita dalam satu ruangan sangat khawatir pada miss Jeny, namun hingga detik ini tak ada kabar satupun dari miss Jeny jika terlambat mengajar. Pada saat yang bersamaan terdengar pintu les terbuka, kami satu ruangan serentak menoleh kebelakang berharap itu miss Jeny yang datang, namun ternyata bukan miss Jeny melainkan adiknya ko Roy. Ko Roy yang saat itu melihat seluruh anak, langsung saja menatapku dan melambaikan tangannya memberi kode untuk aku segera keluar ruangan. Dengan segera aku keluar dan menemui ko Roy yang telah menunggu di balik pintu.

"Ada apa ko manggil aku?". Tanyaku.

"Uhmm.. gini ndra.. uhmm.. aku mau kasih tahu ke kamu tolong sampaikan ke teman-temanmu juga..uhmm..kalau miss Jeny saat ini sedang sakit". Ucapnya dengan nada suara yang pelan, seakan tak ingin terdengar oleh siapapun selain kita berdua.

"Hah?? Sakit apa ko?? Kok bisa??". Tanyaku mendengar hal tersebut pun ikut kaget.

"Uhhmm.. yaa.. tadiii.. miss Jeny tiba-tiba pingsan waktu sedang menyiapkan bahan untuk mengajar kalian. Mengetahui hal itu langsung saja aku bawa ke rumah sakit di depan perumahan. Aku kurang tahu miss Jeny pingsan karena apa.. Aku masih tunggu kabar dari dokter juga.. Dan kemungkinan kalian selama beberapa minggu bakalan nggak ada les dulu sampai kondisi miss jeny stabil". Ungkapnya saat menceritakan kepadaku dengan wajah yang tertunduk dan menahan tangisnya, melihat kondisi kakaknya yang sedang sakit. Di saat seperti itu aku melihat raut wajah yang penuh khawatir dan takut kehilangan, gelisah serta pasrah akan keadaan.

"Uhmm.. ko... apa nggak sebaiknya ko roy bilang langsung denganteman-temanku yang sedang menunggu di dalam? Jikalau aku yang bilang kan rasanya juga agak gimanaa..gitu.. Ya aku mengerti perasaan ko Roy saat ini.. Koko hanya perlu sedih di waktu koko ingin sedih, dan kuat di waktu harus kuat". Ucapku.

"Kamu yakin nggak apa aku langsung menginfokan ini?".

"Ya nggak apa lah ko.. malah teman-temanku sangat ingin tahu info dari miss Jeny!".

"Ya udah kamu masuk dulu, lalu aku susul masuk". Ucapnya sambil mendorongku untuk masuk ke dalam ruang les.

"Kenapa ndra?". Semua temanku di ruangan bersautan bertanya.

"Ahh.. biar di jelaskan sendiri sama adiknya ya..". Jawabku singkat. Satu menit kemudian ko Roy membuka pintu dan berjalan ke depan ruangan dengan mata yang sembab dan menahan tangisannya pecah di depan teman-temanku.

"Haii semuanya.. saya adiknya miss Jeny, namaku Roy.. Aku mau infokan ke kalian tentang jadwal les kalian mulai besok di tiadakn terlebih dahulu, karena ada beberapa hal sedang di alami miss Jeny hingga tak dapat mengajar. Untuk les berikutnya kapan di adakan lagi, Uhmm.. akan di infokan lewat pesan singkat satu persatu. Tapi kalau kalian tetap mau belajar bersama di sini juga nggak apa kok. Rumah ini terbuka untuk kalian yang mau belajar bersama". Ucapnya dengan wajah yang tersenyum, namun tatapan matanya terlihat sedih.

"Uhmm.. Ko! Apa miss Jeny sedang sakit? Sakit apa ko?". Tanya Claudi.

"Iya. Miss Jeny sakit, namun hasilnya belum keluar sakit apa. Masih di observasi oleh dokter dan aku sekarang masih tunggu hasil labnya". Jelasnya.

"Apa kita boleh menjenguk miss Jeny? Dirawat di rumah sakit mana?". Tanya Karin.

"Boleh kok. Kalian boleh jenguk miss Jeny. Miss Jeny di rawat di rumah sakit depan perumahan kamar melati nomor 09. Kalian boleh jenguk, miss Jenyjuga pasti akan senang kalian datang". Ucapnya sambil tersenyum simpul.

Di saat yang bersamaan, terdengar suara pesan masuk dari ponsel ko Roy. Ia langsung membuka ponselnya dan beberapa saat ketika melihat layar ponselnya ia terlihat shock dan segera keluar ruangan tanpa berbicara sepatah kata apapun pada kami. Di saat itu juga air matanya sekilas langsung pecah dan ia berlari keluar rumah dengan tergesa-gesa. Kami satu ruangan sampai terheran dan juga sedih mendengar kabar tentang miss Jeny. Akhirnya aku bersama teman-temanku bersepakat untuk terus masuk les hingga miss Jeny pulih kondisinya dan kami memutuskan untuk besok lusa hari Rabu, sepulang sekolah untuk menjenguk miss Jeny bersama-sama.