Chereads / The Eyes are Opened / Chapter 11 - Usil (part 5)

Chapter 11 - Usil (part 5)

Seketika semua tatapan tertuju padaku.

Aku berlari mengikuti kak Andrew yang menarikku seketika saat itu entah kemana.

" Kak! Tolong lepasin tanganku!". Teriakku pada kak Andrew.

" Iya ikut aku dulu! Aku mau ngomong sama kamu".

" Kenapa gak ngomong di sini aja? Sakit tanganku!". Teriakku. Seketika juga kak Andrew berhenti dan melepaskan tanganku tanpa melihat ke arahku. Ia terus berjalan dengan santai mendahuluiku.

" Ikuti aku". Ucapnya padaku dengan nada yang lebih lembut. Hingga akhirnya kami memasuki ruang laboratorium fisika yang terdapat di ujung lorong sekolahan yang lain dan kak Andrew memulai pembicaraan dengan nada yang pelan dan lembut.

" Ehmmm.. sebelumnya aku mau kinta maaf sudah menarik tanganmu, apakah tadi itu sakit? Boleh aku lihat pergelangan tanganmu?".

" Ah, nggak kok. Nggak apa.. nggak perlu sampai berlebihan kak.. tadi itu cuman karena terlalu keras aja kakak pegang tanganku makanya sampai sakit".

" Ohh gitu.. iya makanya aku mau lihat apakah nggak apa?". Tanyanya sekali lagi.

" Iya nggak apa. Terus tadi aku di bawa ke sini mau ngokong tentang apa ya? Kenapa sampai aku di tarik ke sini? Nanti waktu balik ke ruang osis kan bikin nggak enak sama kakak-kakak yang lainnya??". Tanyaku memotong pembahasan kak Andrew.

" Ehmmm.. untuk itu gak akan ada yang berani bertanya apapun ke kamu kok. Tenang saja..". Jawabnya dengan santai.

" Oh, bukan ini yang mau aku bahas denganmu hingga membawamu kemari. Kamu tadi di ruangan osis itu bisa melihat sesuatu kan? Uhmm.. semacam makhluk tak kasat mata gitu??". Tanyanya dengan penasaran.

" Uhmm.. kok kak Andrew tahu?".

" Oke, aku akan jujur sama kamu. Aku juga salah satu orang yang memiliki keistimewaan seperti kamu. Sejak awal kamu masuk ke ruang osis di kenalin sama Bayu, aku bisa lihat dari auramu itu berbeda dari manusia pada umumnya. Tapi yang kamu miliki sekarang belumlah sempurna. Masih setengah terbuka. Oleh karena itu terkadang kamu bisa melihat kehadiran mereka, merasakannya saja, mendengarkannya saja tapi kamu gak akan tahu tujuan dari kemampuanmu ini untuk apa. Jika 'ini' terbuka seutuhnya dan kamu belum mampu menguasahi'nya', bisa-bisa kamu akan ketakutan sendiri. Tadi yang kamu lihat di ruangan osis itu cowok pakai seragam kan? Namanya Gilang kan?".

" I-iya kak..". Jawabku dengan suara yang gagap.

" Berarti dari tadi kak Andrew sudah tahu dong? Tapi kenapa bisa sesantai itu?".

" Iya, aku sudah tahu semuanya. Malah aku tahu kalau ada anak baru yang akan gabung dan punya kemampuan sama seperti aku. Ternyata kamu. Hahahahaha..". Melihat senyumannya dan tawanya mencairkan suasana yang kala itu tegang karena khawatir akan apa yang ia lakukan padaku.

Disamping itu di ruangan osis..

" Hmmm.. si Andrew bawa kabur anak orang lagi nih!". Ujar Johan yang tanpa babibu mengetahui teman karibnya jika berbuat demikian.

" Eh, Jo! Cepetan susul Andrew sana! Ngapain sih pake acara kaya gitu ke anak baru?!". Ucap Tania.

" Sssttt.. lu kagak tahu kenapa bisa kaya gitu si Andrew?". Ucap Mega.

" Apa'an??". Tanya Tania penasaran.

" Si dukun kita menemukan anak didiknya!". Celoteh Budi.

" Hah?? Apa'an?? Maksud kalian si Andrew anak indigo gitu?". Ucap Tania.

" Nah lu tahu akhirnya Tan. Lu kemana aja sih? Udah dari SD sampe sekarang temenan sama Andrew lu kagak tahu apa-apa tentang Andrew! Yang kita-kita baru kenal sejak SMP aja tahu kalo tu anak, anak indigo". Tukas Mega.

" Sudah tan, nanti tu anak baru gak usah lu ajak debat. Sekarang lu ngerti kan kenapa Andrew sampai memperlakukan si anak baru? Dia gak akan berbuat seperti itu jika gak ada sesuatu pada si anak baru. Paham gak lu?".

" Iya-iya sekarang aku paham. Ya udah kalau gitu yuk kita lanjut lagi kerjanya. Sudah hampir sore juga nih." Ujar Tania.

" Ya kaliii dari tadi kita kerja lu asik rumpi di luar". Ucap Mega dengan ketus.

" Ehhh.. sssstt..ssttt.. mereka datang tuh!". Ucap Siska.

Setelah mengobrol panjang lebar dengan kak Andrew, akhirnya aku kembali ke ruang osis terlebih dahulu, lalu di susul oleh kak Andrew yang berjalan di belakangku.

Ketika aku memasuki ruangan tersebut, suasana ruang osis seperti biasa. Setiap orangpun bekerja kembali seperti tak ada kejadian sebelumnya. Apalagi kak Tania, dia terlihat biasa saja sambil mendengarkan lagi dari headsetnya. Aku segera kembali ke tempatku dan kembali mendesign panggung pensi.

Di saat aku sedang mendesign, tiba-tiba aku teringat cerita dari kak Andrew yang ia ceritakan saat di lab fisika tentang Gilang. Gilang merupakan salah satu mantan murid di sekolah ini, dia merupakan murid teladan dan murid berprestasi yang pernah mendapatkan medali emas olimpiade matematika se-Indonesia pada tahun 2000. Namun keberhasilan yang ia miliki dan mimpi-mimpinya ternyata hanya sampai saat itu saja. Semua hilang seketika saat ia mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat itu di sekolahku selalu mengadakan kelas bimbingan belajar di sore hari. Kelas dilaksanakan pukul tiga sore, karena jeda jam pulang sekolah dengan jam bimbel terlalu lama, banyak anak memutuskan untuk pulang ke rumah mereka terlebih dahulu termasuk Gilang, lalu mereka kembali ke sekolah untuk mengikuti bimbel. Namun ternyata hari itu merupakan hari terakhir Gilang untuk ke sekolah. Saat ia hendak menuju sekolah dari rumahnya yang terletak di daerah baypass, ia mengendarai sepeda motornya dengan laju yang kencang karena tak ingin terlambat di kelas bimbel. Ia tak menyadari ketika di persimpangan terdapat truk yang juga melaju dengan kencang datang dari arah yang berlawanan menuju kearahnya.

Selang beberapa menit terdengar suara benturan yang keras di persimpangan jalan tersebut. Ternyata truk yang melintas dengan cepat tadi menabraknya hingga ia terjatuh ke dalam kolong truk dan hampir seluruh kepalanya hancur. Seluruh orang yang lemintas di jalan tersebut seketika menghentikan kendaraan mereka dan melihat apa yang telah terjadi saat itu. Polisi yang bertugas segera mengevakuasi tempat kejadian, serta ambulance dengan segera berdatangan.

Kisahnya sangat tragis dan menyedihkan ketika aku mendengarnya dari kak Andrew. Seketika itu juga hari itu seleuruh teman-teman seangkatan beserta guru-guru pergi untuk berbela sungkawa di kediamannya. Kak Andrew mengetahui cerita tersebut karena kakaknya merupakan sahabat dari Gilang. Kakaknya memberi tahu bahwa Gilang sempat mengirimkan pesan terakhir sebelum ia berangkat ke sekolah, yang isinya jika ia akan terlambat tiba ke sekolah. Namun pesan tersebut merupakan pesan terakhir untuk selamanya.

" Ndra! Dyandra!!". Sontak aku terbangun dari lamunanku karena mendengar suara kak Siska yang membangunkanku.

" Ah! Maaf kak. Ada perlu apa ya?". Ucapku sedikit linglung.

" Hei! Sore-sore gini gak boleh ngelamun di sekolah! Kesambet bahaya tahu!!". Tegurnya padaku saat itu.

" I-iya kak maaf..".

" Kamu ngelamunin apa sih? Kok sampe di panggil anak-anak dari tadi gak nyadar-nyadar?".

" Ah.. nggak apa kok kak.. ya lain kali aku nggak melamun lagi". Ucapku mengalihkan jawaban kak Siska.

Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB.

" Wahh.. cepat banget sudah sore aja nih. Eh kalian lapar nggak? Mau beli ayam goreng di depan?". Tanya Johan.

" Iya-iya mau Jo.. aku yang spicy wings 1 sama mocca float ya!". Ucap Siska.

" Oke sis.. ayo yang lain catat di sini ya.. langsung aku pesanin." Ujar Johan sambil menaruh secarik kertas di atas meja. Saat teman-teman yang lain menulis pesanan mereka di kertas tersebut, aku melihat ada sosok yang lain selain Gilang yang penasaran akan kami.

" Ndrew ayo temenin gue beli ayam di depan!". Teriak Johan dari depan pintu, sedangkan Andrew yang sedang asik menggambar karikatur untuk panggung menoleh dan langsung menaruh kuasnya di gelas yang berisi air. Ia bergegas keluar tanpa menyadari adanya makhluk lain tersebut datang.

Langit berubah menjadi lebih gelap, gedung sekolah yang tadinya ramai semakin sepi, hanya ada anak-anak yang ikut ekstrakulikuler basket yang membuat suasana sekolah tak terlalu sepi. Lampu-lampu gedung mulai dinyalakan sehingga sekolahku terlihat lebih terang. Ketika kami sedang fokus dan asik mengerjakan tugas-tigas kami, tiba-tiba terdengar suara di belakang ruangan osis.

" BRAKKK!!!".

Suara terdengar cukup keras hingga kami terkaget dan menghentikan aktifitas kami. Kak Mega yang berada di dekat sumber suara menengok kejendela melihat apa yang terjatuh. Namun tak ada satu barang yang terjatuh. Karena di sebelah ruang osis merupakan gudang sekolah yang hanya berisi meja dan kursi yang rusak, maka beberapa anak yang lain ikut melihat dengan bantuan santer handphone. Dan lagi-lagi memang benar tak ada barang yang terjatuh di dalam sana. Kami awalnya tak memperdulikan hal tersebut, lalu mengerjakan tugas kami kembali.

Beberapa menit kemudian terdengar suara yang sama di gudang sebelah. Lagi-lagi kami langsung melihatnya dengan menggunakan senter, dan tak ada batang terjatuh sama sekali. Aku semakin heran dengan kondisi ini, tapi aku gak berani bercerita apapun ke anak-anak yang lainnya. Aku tak ingin membuat suasana di sini menjadi tak nyaman. Hingga akhirnya Johan dan Andrew datang.