Sebuah dunia yang kupercayai ada, namun tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Hanya satu mata yang dapat melihat dunia tersebut, yang sering terucap dengan istilah mata ketiga. Tak banyak orang yang memiliki mata ini, namun beberapa orang memiliki indra yang lain yang sangat tajam terkait dengan dunia lain dan itu sama dengan ku. Namaku Dyandra, aku seorang siswi SMP kelas 8. Kehidupanku sebagai seorang siswi berjalan normal seperti biasa dan aku belum menyadari akan kelebihan yang aku miliki sebelumnya. Seperti anak SMP pada umumnya yang suka bermain bersama teman, ikut kegiatan ekskul sepulang sekolah, dan berpetualang bersama untuk memenuhi rasa ingin tahu seorang remaja. Namun rasa ingin tahu yang berlebihan di waktu yang tidak tepat menjadikan petaka tersendiri buatku. Saat itulah kemampuan yang aku miliki selama ini terbuka.
Di hari rabu sore pkl 15.00 WIB seperti biasanya aku mengikuti ekskul dance setelah jam pulang sekolah. Saat itu masih 30 menit lagi ekskul ku dimulai, sembari menunggu waktu aku duduk-duduk di depan ruang kelasku sambil baca buku novel kesukaanku yang aku pinjam dari perpustakaan. Tiba-tiba Karin datang menemuiku dengan raut wajahnya yang bosan karena lama menunggu jam ekskul dimulai.
" Woiii!! Ngapain kamu mojok aja di sini sendirian?", teriaknya sambil mengagetkanku.
" Gak liat nih baca novel? Dari pada nggak ngapa-ngapain nunggu jam ekskul masih lama ya mending aku baca novel lah."
" Hmmmh... Aku bosen nih ndra.. tadi abis ngobrol sana sini sama anak-anak, eh malah bosan aku.. hmmmh.." sambil senderin kepalanya di bahuku seakan-akan bantal yang empuk baginya.
" Terus, kamu mau ngapain emang??" Jawabku santai sambil terus baca novel yang aku bawa.
" Temani aku jalan-jalan yuk?" Sambil memasang wajah manjanya untuk merayuku.
" Mau jalan-jalan kemana emangnya?? Duduk disini aja lah.. males aku kalo mau jalan-jalan gak jelas gini.."
" Ayolah ndra.. kita jalan-jalan.. aku benar-benar bosaannn.." rengek Karin yang terus mengajakku.
" Iya tapi mau jalan-jalan kemana rin?"
" Ehmm.. gimana kalo kita jalan-jalan ke gedung SMA? Aku denger di gedung SMA ada pohon beringin yang angker, sekalian kita uji nyali keliling kesana. Gimana? Yuk?"
Akupun karena penasaran akan kebenrana hal tersebut akhirnya meng iyakan ajakan Karin untuk jalan-jalan uji nyali ke gedung SMA. Karin adalah sahabatku dari aku masih TK, dia sahabatku satu-satunya yang aku punya hingga persahabatan kami sudah seperti saudara sendiri.
Gedung sekolah kami satu kompleks dengan gedung SMA dan terdapat dua lantai lorong yang menghubungkan gedung SMP dan SMA. Lorong tersebut terdapat beberapa ruangan laboratorium yang digunakan bersama baik untuk anak-anak SMP maupun digunakan untuk anak-anak SMA. Pada lorong lantai dua terkenal sangat sunyi dan angker bagi anak-anak SMA karena dulu sering terdengar rumor adanya hantu noni-noni belanda yang sering berjalan dan menampakkan diri ketika hari mulai senja. Suasana yang semakin mencekam ketika aku dan Karin mendekati lorong lantai dua. Kami melewati lorong dengan berjalan perlahan-lahan dan Karin sambil merekam kegiatan kami dengan handphonenya. Baru beberapa langkah memasuki lorong, seluruh bulu kuduku berdiri dan aku merasakan hawa panas disekitar badanku. Entah apa yang berada di sekitarku, namun aku merasakan kengerian yang sangat membuatku tak dapat bergerak beberapa saat. Tak hanya itu saja, sesaat aku merasakan seperti ada beberapa orang yang berdiri mengelilingiku sangat dekat hingga aku dapat merasakan seperti hembusan nafas yang panas di sekitar leher dan telingaku. Aku memegang tangan Karin dengan erat agar aku tidak merasa sendirian saat itu. Setiap langkahku saat itu semakin berat, seperti kaki yang enggan untuk bergerak dan aku mulai menyadari bahwa di dalam lorong tersebut terdapat banyak makhluk halus yang berdiam disana saat itu. Sesaat (mereka) memperlihatkanku dengan samar seberapa banyak mereka dan wujud mereka. Hal itu membuatku menjadi sangat takut dan tak dapat berkata apapun. Aku hanya dapat memegang tangan Karin yang terus berjalan tanpa mengetahui ataupun merasakan apa yang aku rasakan.
" Kamu ngapain sih ndra pegang tanganku terus, kamu takut ya ndra?" Ejek Karin padaku yang saat itu aku merasakan kehadiran (mereka).
" Udah deh rin yuk buruan kita keluar dari sini. Aku beneran emang takut banget. Perasaanku juga gak enak nih.."
" Perasaan apaan? Orang gak ada apa juga koq. Jangan nakut nakutin deh ndra". Karin yang tadinya bersemangatpun mulai berubah sedikit tegang.
" Riinnn.. Karinn... ayukkk cepetan kita keluar dari sini riinn.. aku seperti ada yang ngawasin dari deket.. sampe-sampe ada orang yang berdiri di sekelilingku sekarang.."
" Ihhh.. ndra jangan tambah nakut nakutin aku bilang.. nanti beneran ada lho! Liat deh beneran kan sebelahmu ada orangnya... Hi..Hi..Hi..Hi..Hiiii.." Celoteh Karin yang sangat usil mengerjaiku agar aku semakin takut.
" Aaaaaaaaaarrrghhhhhhh..." Sontak saja aku langsung lari dan berteriak sekencang kencangnya sambil meninggalkan Karin yang ikutan lari di belakangku. Aku berlari tanpa melihat sekelilingku dan terus berlari hingga aku keluar dari gedung SMA. Sesaat setelah menyadari aku telah berlari cukup jauh, langsung saja aku berhenti dan menghembuskan nafas dalam-dalam serta memikirkan apa yang yang telah aku lihat tadi selama di lorong. Aku benar-benar merasa ketakutan dimana aku melihat banyak makhluk halus yang berdiam disana hingga aku tak tahu jumlah (mereka) karena banyaknya.
Sambil mengatur nafasku seusai berlari tadi, aku menunggu Karin yang tak lama menyusulku di luar gedung SMA.
" Eh ndra koq aku ditinggal sih!". Ucap Karin yang terengah-engah.
" Ya abisnya kan itu ulahmu juga rin malah nakut nakuti aku! Aku kan sudah bilang jangan nakut nakutin aku. Aku tadi beneran ngerasain ada orang lain kaya makhluk halus berdiri di sekelilingku eh.. kamunya malah bercanda seperti itu!" Tukasku jengkel kepada Karin yang sambil menahan tawanya karena melihatku ketakutan.
" Ihhhhh ngambek diaaa..." Tangan Karin yang memelukku dari belakang sambil mencoba merayuku agar tidak marah karena perbuatannya tadi.
" Tapi apa bener ndra omonganmu tadi? Trus trus gimana tadi disana? Apa yang kamu liat?"
" Ihhh.. gau ah.. jangan bahas masalah tadi! Aku trauma tau! Ngingetnya aja udah bikin merinding! Udah ah rin yuk balik ke kelas ekskul." Jawabku mengalihkan pembicaraan sore itu dan aku langsung menuju ke kelas ekskul dancer sambil menarik tangan Karin. Selama latihan aku tidak dapat fokus menari dengan baik, apa yang barusan aku lihat terbayang-bayang dalam pikiranku dan membuatku menjadi paranoid. Jam menunjukkan pukul 5 sore, kelas ekskul danceku pun berakhir.
" Dy, kamu kenapa hari ini koq tadi latihan nggak fokus gitu?" Tanya Pak Bas coach dancerku ketika kami selesai kelas.
" Ah coah, tidak ada apa-apa koq.. tadi cuman lagi melamun aja coach.. hehehehe" ucapku pada Coach Bas.
" Ngelamunin apa sih sampe segitunya? Apa ada cowo yang sedang kamu taksir ya? Hahahahaha..". Ucapnya sambil tertawa melihat ekspresiku yang kaget mendengar omongannya.
" Ya sudah kalo gitu.. coach balik dulu ya.. kamu pulang langsung pulang.. jangan jalan-jalan dan jangan melamun terus. Pamali! Bye Dy." Sambil melambaikan tangannya coach Bas pergi menggunakan sepeda motornya keluar gerbang sekolah. Sedangkan aku menunggu mamaku menjemputku pulang ke rumah.
Coach Bas adalah coach dancer paling keren yang aku tahu dan coach paling care dengan seluruh muridnya jika mereka tidak mampu menguasai gerakan-gerakan yang rumit. Coach yang tidak hanya mengajar dance anak-anak sekolah saja, tetapi beliau juga mengajar tarian tradisional seluruh Indonesia. Aku sangat bangga di ajar dan dilatih oleh beliau. Namun tidak hanya itu saja keahlian beliau yang membuatku kagum, beliau ternyata juga seorang koreografi untuk artis-artis di atas panggung yang sering aku tonton di TV. Jadi tak salah jika beliau sangat care banget pada murid didiknya jika ada yang tidak dapat mengikuti suatu gerakan ketika latihan.
" Andraaaa... woiiii ndraaaa...". Teriakan Karin dari kejauhan memanggilku sambil berlari kecil menghampirku.
" Loh tadi kamu bukannya tadi kamu sudah balik duluan?" Tanyaku padanya yang tiba-tiba duduk di sebalahku.
" Belum koq.. aku tadi ke toilet dulu. Biasaaa.. panghilan alam tak dapat ditahan. Hahahahahha... Eh tadi aku lihat kamu jalan ke depan gerbang bareng coach?" Tanya Karin.
" Iya. Eh rin, aku masih terbayang-bayang lho sama yang tadi siang.. kamu hapus gih video itu.."
" Iya nanti di rumah aku hapus.. kalo sekarang aku males ambil handphone di tas lagi.. bongkar-bongkar lagi nanti..".
" Tiiinnn..tiinnn..". Suara klakson mobil mamaku datang menjemputku. Segera aku langsung menghampirinya dan mengajak Karin untuk pulang bersama denganku.
Selama perjalanan menuju rumah Karin, kami tidak membahas cerita tentang apa yang kaki alami di sekolah tadi siang, aku tidak ingin mengganggu konsentrasi mama ketika sedang menyetir. Hingga akhirnya aku mengantarkan Karin pulang ke rumahnya dan aku pun pulang bersama mama ke rumah. Aku belum bisa bercerita apapun tentang apa yang aku kihat hari ini pada mama karena kejadian hari ini menurutku kejadian yang susah untuk di terima oleh orang awam dan aku tak ingin mama khawatir dengan kondisiku kedepannya. Yahh.. aku akan mencari timing yang pas ketika akan membahas tentang kemampuanku ini sama mama. Aku berharap mama dapat memahami kondisiku nantinya.