Chereads / Istoria De Eclaite / Chapter 66 - Hunt and be hunted (1)

Chapter 66 - Hunt and be hunted (1)

Hari ketiga aku ada di Ancient Fir Forest. Aku...

"Oryaa! Hya! Hya! Aa! Aa! Haa!!"

Kau mungkin bertanya-tanya, apa yang aku lakukan hingga membuat aku menyuarakan suara-suara aneh itu?.

Biarkan aku memberitahu-mu.

Saat ini aku sedang menduduki seorang pria.

Benar, pria itu adalah si kelinci tua. Jadi, saat aku menduduki orang tua itu, aku mengerakkan lenganku berkali-kali. Dan perlu kau ingat, aku menggerakkan tanganku bukan pinggulku okay!. Itu sangat penting!.

Okay! Okay!. Aku tidak akan basa-basi lagi. Saat ini aku sedang duduk ditubuh si kelinci tua, dan saat ini, aku sedang memukuli kepalanya dengan tinju-tinjuku. Situasi ini bermula dari ide yang aku dapat kemarin.

Disperse Mana. Benar, Spell itu dapat menghilangkan Mana dalam ruang lingkup 3 meter persegi dengan aku sebagai sumbernya. Aku bertanya-tanya, jika Mana yang ada disekitar kelinci tua itu tiada, apa dia masih bisa ber-teleportasi?.

Jadi, untuk mendapatkan jawaban pertanyaan itu, aku mendekati si kelinci tua saat dia kembali menunjukkan dirinya. Kemudian, aku mengunakan Spell Disperse Mana saat jarak diantara kami kurang dari satu setengah meter. Hasil akhirnya, aku berhasil menangkap si kelinci tua.

Namun…

Meski aku sudah menggunakan Skill - Scales Armor untuk menyelimuti seluruh lenganku dengan sisik keras, kemudian menggunakan lengan itu untuk menghatam wajah jeleknya dengan puluhan tinju yang aku lancarkan dengan sekuat tenagaku dan kecepatan penuhku, dia sama sekali tidak babak-belur. Wajah kelinci tua itu hanya sedikit memerah seperti ditampar, dan luka yang dia derita hanya goresan kecil yang mengalirkan setetes darah.

Kenapa kelinci tua ini jadi karakter yang tidak bisa dikalahkan?.

"Bangs*t!. Kenapa kau tidak bisa mati!?" Tanyaku sedikit frustrasi sambil kembali meninju wajah jelek si kelinci tua.

"Tolong jaga cara bicara anda. Dan juga, seorang gadis tidak seharusnya melakukan hal tidak pantas seperti ini" Saran si kelinci tua yang seperti sedang menasehati anak puber miliknya.

Dia benar-benar tahu cara untuk membuat aku merasa begitu marah.

"Diamlah!!"

Duag!!

Tinjuku meleset. Tinju tangan kiriku menghantam tanah karena si kelinci tua memiringkan kepalanya ke kiri untuk menghindar.

"Permisi dan maafkan saya"

Ucapnya sebelum melempar aku menjauh dari tubuhnya. Gerakannya yang begitu cepat membuat aku tidak bisa memberi serangan balasan atau menghindar. Tahu-tahu, tubuhku sudah melayang di udara setinggi dua meter.

Aku berhasil mendarat dengan selamat setelah melakukan aksi berputar di udara layaknya seekor kucing. Tubuh ini benar-benar lentur dan mempunyai spesifikasi tinggi. Sayangnya, tubuh spesifikasi tinggi ini tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan si kelinci tua itu.

Aku menatap tajam si kelinci tua yang sedang berdiri. Aku benar-benar membencinya hingga membuat kedua ekorku selalu berayun-ayun dengan kuat setiap kali aku melihatnya.

"Perlu anda ingat, anda harus berhati-hati dalam berbicara dan bersikap. Itu sangat penting bagi seorang calon ratu"

"Hah! Calon ratu pantatmu!. Saya tidak akan pernah menikah dengan pemuda itu!. Itu keputusan final dan kau. Tidak akan bisa merubah keputusan saya ini!" Tegasku yang kemudian menyilangkan lengan dan memberi si kecil tua tatapan tajam.

"Saya yakin, waktu bisa merubah keputusan anda. Lagi pula, jika anda tidak menyetujuinya, anda tidak akan pernah keluar dari hutan ini"

"Apa kau mengancam saya!?"

"Ya"

"Kau sungguh berani orang tua"

"Tentu saja, bagaimanapun juga, saya lebih kuat dari anda"

Aku tidak bisa memberi balasan setelah mendapat kalimat itu. Kenyataan memang pahit. Berkat peristiwa tadi, sekarang aku tahu, meski aku berusaha keras menaikkan Level selama satu minggu, aku tahu aku tidak bisa mengalahkan dia. Satu-satunya pilihan yang aku miliki hanyalah melarikan diri lewat hutan dan gunung saat si kelinci tua ini pergi.

"Sialan!" Teriakku penuh amarah sebelum melangkah pergi ke hutan.

"Kemana anda ingin pergi?. Tolong kembalilah dan tinggallah ditempat singgah ini. Hutan itu sangat berbahaya"

Aku tidak dengar. Telinga rubah-ku yang berkedut tidak mendengar apa-apa. Aku tidak mendengar teriakkan orang tua yang berkali-kali menyuruhku untuk kembali dan tinggal.

Dalam waktu beberapa menit, aku sampai didalam hutan.

Dan ya, suara dedaunan yang tertiup angin, hembusan angin yang lembut, hangatnya sinar matahari yang menembus atap dedaunan, udara sejuk beraroma hutan, dan suara binatang plus monster penghuni hutan ini membuat aku merasa sedikit lebih tenang. Mereka memanjakan telinga rubah-ku.

Untuk sejenak, aku bisa melupakan amarah yang aku rasakan. Ekorku kembali berayun-ayun gembira.

Mari berburu. Itu akan meredakan amarahku.

Aku ingin memukuli beberapa ekor Goreros. Sekarang, aku merasa tidak terhentikan. I am unstoppable. Dan aku, sepertinya mengingat sebuah lagu.

"Kalau tidak salah. Ku kan tersenyum~, ku tahu apa yang ku butuhkan untuk membodohi kota ini~"

Oh! Aku tidak tahu Eclaite memiliki suara yang bagus.

Kenapa aku tiba-tiba mulai bernyanyi?. Aku diculik okay, aku stress berat sekarang, okay. Untuk tetap berfikir sehat, aku membutuhkan hiburan, okay. Dan aku rasa, menyanyi bukanlah pilihan yang buruk, okay.

"Aku kan melakukannya sampai matahari terbit~, dan terus sepanjang malam~, oh yeah~. Ini sangat mengejutkan dan menyenangkan. Oh, yeah~, kan ku beri tahu kau apa yang ingin kau dengar~"

Okay, aku mendengar sesuatu dari arah selatan dan, dia sepertinya berlari mendekat. Mungkin dia mendengar nyanyian-ku?. Jika benar, ini akan mempermudah aku untuk berburu.

"Ku tetap memakai kacamata hitam ketika aku meneteskan air mata~, ini bukanlah waktu yang tepat~, yeah, yeah~"

Keluar dari semak belukar adalah seekor Goreros yang lain. Dan dia berbeda dengan yang lain. Goreros ini lebih besar dari Goreros biasa. Tinggi monster ini hampir mendekati tiga meter.

Pertarungan kali ini akan sangat menantang.

"Ku kan pakai baju pelindung-ku~, [Scales Armor]. Perlihatkan padamu seberapa kuat aku~"

Skill - Scales Armor membuat tubuhku di selimuti oleh sisik keras berwarna putih kebiruan. Kulit tubuhku hampir seperti kulit ular. Ada beberapa bagian tubuh yang sedikit tajam, seperti di siku dan daguku, namun itu bukan masalah. Sedangkan untuk sisik di tanganku, mereka seperti sarung tangan baju pelindung, mereka lebih tebal dari sisik lain yang ada di tubuhku.

Aku merasa seperti Misstique dari W-Man.

Aku mengambil sikap bertarung saat Goreros melangkah mendekat. Dan tidak membutuhkan waktu yang lama, dia merubah langkahnya menjadi berlari.

"Gruga! Gruga!" Raung monster itu penuh semangat.

Mengepalkan tangan, dia ingin memberiku sebuah pukulan. Sayangnya, aku tidak ingin menerima pukulan itu.

"Ku kan pakai baju pelindung-ku~, Perlihatkan padamu jika aku.."

Aku terus bernyanyi dan juga mengepalkan tangan kiri. Jarak kami semakin dekat dan aku melancarkan pukulan sekuat tenaga tepat kearah tinju Goreros yang mendekat.

"I'm unstoppable" "Grugaaaa!" Duaghh!!

Tiga suara berbunyi dalam satu waktu.

Tinju yang aku lancarkan berhasil memukul mundur lengan kanan Goreros. Serangan itu juga membuat si Monster kehilangan keseimbangan.

Ugh! Lenganku jadi sakit dan kesemutan. Sedangkan kedua ekorku berdiri tegak karena aku menahan rasa sakit. Aku tidak mengira kepalan tangan monster itu begitu keras.

"Gruga! Gruga!"

Monster itu marah, dia membuat raungan nyaring sebelum kembali menerjang ke arahku. Saat ini, monster itu tidak terlalu mengancam karena lengan kanannya yang sebesar tubuhku menggantung lemas. Sepertinya, tinjuku memberi kerusakan besar pada tangan itu.

Dan… hal yang sama juga terjadi pada lenganku. Aku tidak bisa menggerakkan lengan kiriku dengan baik. Aku bahkan hampir tidak bisa merasakannya.

"Sepertinya saya masih bisa dihentikan" Ucapku kemudian membuat senyuman pahit.

Mengambil dua langkah dan miringkan tubuh ke kanan, aku menghindari pukulan Goreros. Status AGI milikku cukup tinggi, hal ini membuat aku bisa melihat Goreros bergerak jadi lebih lambat saat aku masuk ke mode bertarung. Ini seperti melihat sebuah film yang diperlambat. Namun tetap saja, aku tidak bisa santai di pertarungan ini.

Gerakan Goreros mungkin terlihat jadi lambat. Dan itu bukan berarti dia jadi begitu lambat. Karena itu, aku harus waspada dan berusaha saat menghindari berbagai jenis pukulan yang datang untuk menghancurkan aku.

Mengambil beberapa dan berbagai jenis langkah, mengerakkan tubuh, dan menangkis dengan tangan kanan aku lakukan untuk menghindari kerusakan. Disaat yang sama, aku menunggu lengan kiriku selesai disembuhkan oleh Skill - Regeneration.

Kemudian, saat tangan kiriku sembuh dan detelah menghindar, aku mengambil beberapa langkah untuk mendekati sisi kiri Goreros. Selanjutnya...

"[Heel kick]"

Aku memberi monster itu sebuah tendangan kuat tepat di pinggulnya. Aku tidak akan memukul monster itu dengan tangan yang baru saja sembuh. Aku tidak ingin memaksa lengan itu disaat aku memiliki kebebasan bertindak.

Menerima tendangan-ku secara langsung membuat Goreros terlempar sejauh beberapa meter.

Kemudian aku berlari. Mendekati Goreros yang mencoba bangkit.

Goreros memberiku sebuah pukulan lain saat aku berada didepannya. Tentu, seperti sebelumnya, aku tidak menerima pukulan itu. Menggerakkan tubuhku yang lentur, aku menghindar dan…

"Eclaite Kick"

Aku memberi satu tendangan yang berisi seluruh kekuatanku tepat di perut si Goreros.

Gelombang udara berhembus setelah tendangan-ku mendarat. Tidak lama kemudian, Goreros tumbang, terjatuh ke tanah dan berbaring disana sambil kejang-kejang.

Eclaite Kick. Sebuah gerakan yang mematikan dan menakutkan. Dan perlu diingat, itu bukanlah sebuah Technique.

Aku melangkah kesamping tubuh Goreros, mendekati kepala monster itu.

"Gruga~ Gruga~"

Monster itu membuat suara aneh dan kemudian memuntahkan darah. Dia mencoba untuk berdiri namun langsung terjatuh.

"[Blade of Light]"

Tidak ingin memperpanjang pertarungan ini, aku langsung memenggal kepala Goreros dengan pedang cahaya yang baru saja aku buat.

Swuss!

Pedang cahaya yang aku ayunkan tidak mendapat perlawanan dan kepala Goreros menggelinding di tanah. Darah mengalir deras menyebarkan aroma menggugah selera. Namun aku tidak akan memakan daging monster ini. Aku sudah tidak mendapat bonus Status Poin lagi, jadi aku tidak perlu repot-repot.

Sedangkan untuk Magic Stone, tentu aku masih membutuhkannya. Aku tidak akan mendapat Skill baru tapi aku akan mendapat Exp untuk menaikkan Level Skill - Endurance Up.

Oh!. Ini sangat menyenangkan. Level-ku naik. Ini menandakan pemburuan yang aku lakukan selama tiga hari terakhir akhirnya membuahkan hasil. Hal ini juga membuat ekorku berayun puas.

"[Status Open]"

[General Information]

Name : Eclaite | Gender : Female | Age : 20

Race : Beastkin (Two Tail Fox)

[Body Status]

Level : 17 / 20

HP : 161 / 168 MP : 81 / 84 SP : 59 / 76

STR : 61 + 9 AGI : 82 LUCK : 5

END : 46 + 2 DEX : 20

[ Skill ]

- Heart of Monster, - Divine Beast Blood, - Upgrade Hearing, - Upgrade Smelling, - Natural Mana Circulation, - Poison Resistance [3], - Paralyze Resistance [1], - Strength Up [3], - Endurance Up [1], - Body Reinforce [2], - Regeneration [3], - Mana Perception [1], - Heat Perception [2], - Water Magic [2], - Light Magic [2], - Mana Manipulation [3], - Fighting [3]∆, - Spear Mastery [4], - Sword Mastery [2], - Dagger Mastery [1], - Rush [3], - Paralyze Claw [2]∆, - Poison Claw [1], - Poison Bite [1], - Scales Armor [1] |

* : New Skill

∆ : Skill Level Up

Tiga Level lagi dan aku akan ber-evolusi. Tiga hari untuk satu Level…

Aku harus memperbanyak monster yang aku buru. Aku harus segera pergi dari hutan ini. Aku ingin segera menemui Ruciel.

Aku… Aku sangat merindukan gadis itu.

Selesai mengambil Magic Stone Goreros, aku kembali menelusuri hutan. Aku mencari buruan baru untuk mengisi botol Exp milikku.