"Kaili ... kau di mana?" Walau suaranya tidak begitu besar, tetapi sangat jelas dan dapat mengisi ruangan yang sebesar 200m persegi tersebut.
Langkah pertama yang menjadi tujuannya adalah kamar tidur. Sama saja, lampu di kamar itu tidak menyala. Dexter mencari sakelar push on, dan semuanya menjadi terang. Matanya langsung menangkap Kaili yang meringkuk sambil memegang perutnya, seperti bayi dalam kandungan.
"Kaili..." Dexter langsung berlari ke arahnya. Keringat telah membasahi wajah cantiknya yang terlihat semakin putih karena pucat.
"Kaili, ada apa denganmu?" Dexter menyentuh keningnya dan menghapus keringat itu.
"Perutku..." Kaili menangis. "Sangat sakit!"
"Ayo, ke rumah sakit!" Dexter baru akan menggendongnya, tetapi Kaili menolak.
"Tidak, tidak perlu. Aku hanya sedang datang ... kewajiban wanita yang setiap bulan!" Mengatakan itu, Kaili merasa sangat malu. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Dexter.