Karena Kenzie tidak kunjung bergerak untuk pindah, Silvia memilih jalannya sendiri, dia berjalan ke samping, tapi Kenzie malah mengikuti. Benar-benar menguji iman!
Silvia menarik nafasnya dan membuang dengan kasar. Dia berbicara pelan, "Kenzie, beri aku jalan, okay? Aku harus memeriksa pasienku. Apa kau ingin kakakmu mati terkena depresi karena ditinggalkan istrinya yang mati karena keracunan?"
"Ugh!! Silvia, apa kau sedang mendoakan kakak iparku mati?" Kenzie masih terus dengan omong kosongnya.
Emosi Silvia benar-benar teruji! Berkali-kali dia menghela napas dengan kasar menghadapi pria yang mengesalkan ini.
Kenzie terkikik melihat Silvia yang terlihat putus asa, dia tahu, dialah penyebabnya, tetapi dia malah masih ingin terus bermain-main.
"Silvia, kenapa tidak menjawabku?"
Silvia memelototinya dengan tajam, "Kenzie, apa kau secara khusus dilahirkan untuk membuatku marah? Tunggu bagaimana aku, baru kau akan puas?"
Ugh!!
