"Teman? Ah, iya!" Kaili menepuk jidat. "Mungkin, tanpa sadar Cara membawanya. Aku akan memarahinya besok!"
Kaili mengambil ponselnya, tidak ingin menunda waktu lagi, Kaili segera menghubungi Cara.
Hanya dua kali dering, sudah terdengar suara nyaring tanpa rasa bersalah dari seberang sana.
"Kaili, dewiku, maafkan aku, aku membawa pulang kunci mobilmu. Aku tidak menyadarinya, saat akan menghidupkan mobil aku baru sadar ada dua kunci. Tetapi aku terlalu malas untuk masuk ke dalam lagi untuk mengantarnya. Kau, tidak mungkin akan membalasku kan? Aku tahu, kau mana mungkin begitu perhitungan!"
"Tidak perhitungan, kepalamu! Bagaimana aku pulang?"
Cara malah mencibirnya, "Dewiku, kepalamu tadi tidak ter jedot pintu atau sesuatu benda yang keras kan? Mengapa mendadak menjadi bodoh? Taksi ada. Tinggal pesan dan sampai di rumah!"