Malam Sebelum Nana Meningal
Tidak ada yang tak bisa kutaklukan diusiaku yang sudah menginjak tigapuluh tahun, wajah tampan sempurna kumiliki karena wajah Jerman yang kudapatkan dari mendiang ayahku. Belum lagi kegiatan olahragaku yang rutin, membuat tubuhku tegap dan proporsional layaknya model.
"Ayah? Hah...!"
Satu kalimat itu membuatku merasa muak, ayahku memiliki nama yang mirip denganku Daniel Mahendra.
Hal itu justru semakin membuatku membencinya, karena setiap orang yang memanggil namaku, maka akan mengingatkaku pada sosok ayah yang sangat kubenci. Orang yang membuatku bisa menjadi bersikap kejam dan dingin bahkan pada putriku sendiri, Isabella Mahendra.
Aku mengambil dasi biru gelap yang baru saja kukeluarkan dari lemari dasi koleksiku, memandang diriku dalam cermin dan menatap puas. Karena aku sudah memiliki sosok sempurna, dan sosok yang paling disegani sesuai dengan kemauan ayahku.
Putri?
Aku tertawa kecil mengingat bagaimana ayahku marah dan hampir saja membunuhku. Saat aku berusia dua puluh tahun, ketika seorang bayi berumur dua tahun itu tergeletak didepan pintu masuk rumah kami.
Sebuah surat kecil tersemat diantara selimutnya yang tipis, sebuah surat tanpa ada nama pemilik, yang mengatakan bahwa bayi perempuan itu adalah anakku, dan aku harus bertanggung jawab.
Ayahku benar-benar marah besar, meneriakiku, memukulku, menghajarku habis-habisan. Untung saja malaikat maut belum datang menjemputku, karena sikap ibuku yang teguh untuk menyelamatkanku saat itu juga, padahal sebuah senapan laras panjang sudah mengarah tepat diwajahku.
"Gila sekali kalau diingat waktu itu!"
Aku sudah selesai memasang dasiku, dan mengambil setelan jas luar yang segera kukenakan. Ponselku berdering, segera kujawab panggilan masuk dari seseorang bernama Anggel.
"Hai, sayang? Terimakasih untuk semalam, dan juga hadiah tas yang sudah kau belikan untukku, aku sangat suka." Suara seorang wanita segera terdengar ditelingaku.
"Tidak jadi masalah untukku, kalau kau memang menyukainya. Lagi pula beberapa malam ini aku juga menikmati kebersamaan denganmu," jawabku dengan suara berat, dan semakin membuat wanita yang bernama Anggel itu mengeluarkan suara lirih yang pelan.
"Bagaimana, jika malam ini kita bertemu lagi? Aku sudah sangat merindukanmu, David." Ucap Anggel yang masih saja membujukku.
Aku terkekeh mendengar ajakan yang menggiurkan tersebut, model cantik itu memang memiliki daya pikat yang luar biasa. Tapi mengapa aku merasa cepat bosan? Lagi pula aku juga memiliki daftar antrian panjang wanita cantik lainnya, yang patut aku coba segera mungkin.
"Angel..?" Panggilku dengan suaraku yang berat.
Dan wanita itu menyambut dengan keseruan yang terlalu bersemangat, "Ya, David?"
"Sepertinya kita harus menyudahi hubungan ini. Tunggu sebentar, sepertinya aku salah mengucapkan, karena ini bukanlah suatu hubungan," ucapku seraya mengambil tas koper hitam yang ada diatas meja.
"Apa maksudmu, David? Kau tidak akan membuangku, bukan?" tanya Anggel gelisah.
Aku tahu kalau dia tidak ingin kehilangan ladang emasnya, bukan karena wanita itu mencintaiku dengan tulus.
"Aku harap kau tidak salah paham. Aku adalah David Mahendra, aku tidak pernah serius dalam melakukan hubungan. Aku sudah membayarmu sangat mahal, dan jangan anggap kalau aku ini pria bodoh. Karena Ini hanya kisah semalam saja."
"Dasar kau pria bajingan!" umpat Anggel lantang. Tapi aku tidak peduli segera saja aku mematikan telepon tersebut.
Aku keluar dari kamarku, perasaanku biasa saja usai memutuskan hubunganku dengan Anggel, seorang model terkenal yang banyak menjadi incaran para pria tampan.
Karena aku sudah terbiasa mendengar ocehan dari banyak wanita seperti itu, yang keberadaannya tidak pernah kuanggap sama sekali.
Tapi ketika aku melewati ruang keluarga, dan melihat sosok anak perempuan bersama dengan wanita paruh baya yang sedang bercengkrama. Suasana hatiku segera saja berubah, kembali mengingat bayangan masa lalu yang kelam.
Anak? Hah!
Seumur-umur aku tidak pernah mengharapkan kehadiran seorang anak. Semasa muda aku terkenal sangat suka bermain-main dengan wanita. Entah sudah berapa banyak wanita yang sudah kupermainkan, dan tidur bersamaku dengan suka rela.
Tapi aku selalu memastikan bahwa aku tidak akan meninggalkan jejak, apalagi seorang anak.
Tapi...
Semua hal itu berubah ketika Isabela muncul didepan pintu masuk rumahku, aku hampir gila dan tidak percaya!
Meskipun hasil DNA membuktikan bahwa dia adalah memang benar anakku, darah dagingku.
TAPI!!
Bahkan aku tidak tahu wanita mana yang telah melahirkannya dengan selamat dimuka bumi ini? Wanita licik dan penggoda mana, yang berhasil mengelabuiku?!
"Ah! Hari yang sangat menyebalkan!" Ucapku lantang.
Melakukan dengan sengaja didepan mereka berdua. Ibuku dan Isabela melirik kearahku. Biarkan saja mereka tersinggung dengan ucapanku, karena aku memang tidak menyukai dua jenis manusia tersebut.
Aku sangat membenci mereka?
Aku masuk kedalam mobilku dengan segera, tanpa pamit atau sekadar mengucapkan selamat pagi. Aku melempar kesal tas koper pada sisi tubuhku, supir pribadiku yang tahu akan sifatku hanya diam dan segan untuk menyapaku.
Dalam perjalanan, perasaan ini masih sangat kesal.
Kejam?
Ya, memang aku sangat kejam pada ibuku! Tapi tidak mengapa, bukan? Karena dia memang bukan ibu kandungku yang sebenarnya, walaupun usianya sudah sangat tua! Tetap saja aku tidak akan memaafkan kesalahannya, karena dia yang telah masuk dalam kehidupan keluargaku.
Aku ingat bagaimana ayah meninggalkan ibuku demi wanita itu! Bagaimana aku menyaksikan ibuku menangis dan terus saja menyiksa dirinya, sungguh wanita itu telah membuat kehancuran dalam keluargaku.
Kalau aku kejam terhadapnya, bahkan dia tidak memiliki hati karena sudah merebut suami orang dan membuat ibuku bunuh diri.
Aku meninju sisi pintu dengan kesal, supirku sontak terkejut tapi tetap, dia tidak berani menanyakan apapun kepadaku.
Aku sadar kebencian dan dendam sudah meresap dalam tubuh dan pikiran ini, tapi aku menikmatinya.
Semua wanita penggoda akan kupermainkan sesuka hatiku, puas karena aku bisa membuat mereka bertekuk lutut dihadapanku.
Apalagi melihat wajah palsu mereka yang berubah ketika melihat kiriman uang dengan jumlah besar, ataupun barang mewah yang membuat harga diri mereka lebih tidak berharga.
Aku tiba dikantor lebih awal seperti biasanya, bahkan terlalu awal yaitu satu jam sebelumnya.
Kebiasaan yang kuterapkan, agar semua karyawanku bisa disiplin dan agar aku bisa menemukan titik kelemahan mereka. Serta memberikan sanksi berat kepada siapapun, tanpa terkecuali.
Aku tahu dibelakangku banyak dari mereka yang berbisik, membicarakan mengenai kepribadianku yang sangat menyeramkan. Seorang pewaris tunggal, yang sama kejamnya dengan pemimpin terdahulu - Daniel Mahendra.
Kukatakan sekali lagi! Aku tidak peduli!
Bisinis keluarga ini harus bertahan dengan orang-orang yang berkompetensi, tidak malas, rajin, inovatif, dan fokus. Bagi orang-orang yang tidak bisa bekerja denganku, aku akan menendang mereka dengan sangat mudah.
Semenjak kepergian ayahku enam tahun lalu, kehidupanku sudah sangat berubah. Lebih sibuk, lebih tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri.
Kesenanganku hanya satu, yaitu wanita penggoda yang akan datang sendiri menghampiriku.
Buktinya adalah ini!
Setelah jam makan siang tiba, aku belum keluar dari ruang kerjaku. Tapi tiba-tiba pintu terbuka dan seorang wanita dengan bajunya yang super ketat dan mini, menghampiriku dengan tatapan menggoda.
"Tuan David, jadi sekarang kau ingin makan siang didalam saja?" ucapnya menyringai. Sesungguhnya aku tidak tahu nama dari wanita tersebut.
"Lebih baik aku tutup rapat dan kunci pintu ini, agar tidak ada siapapun yang dapat mengintip." Ucapnya lagi dan benar-benar menutup rapat pintu kerjaku.
Dia terus saja bergerak kearahku, pinggulnya yang bergoyang gemulai, sudah membuatku ikut menatap dengan seru.
Selanjutnya? Kau bisa menebak sendiri apa yang akan kami lakukan didalam ruang kantorku Sesuatu yang gila dan mengasikkan.