Chereads / Jenggoro Tasme / Chapter 2 - Hening dan Tenang

Chapter 2 - Hening dan Tenang

Duduk dibagian kursi belakang tapi tidak diujung belakang, jelas terlihat Pria jangkung itu tidak melepaskan penglihatannya dari jendela bus, melihat beragam suasana dari balik jendela bus itu seraya memikirkan bagaimana dirinya sendiri atau bagaimana kelanjutan hidupnya. Rambut berantakan nya dan kacamata tipis khasnya itu, Pria itu dikenal dengan sifat tata krama yang kurang sopan dan selalu memasang wajah serius, walaupun begitu tatapan matanya menunjukkan bahwa ia adalah orang teliti, tatapan tajam dari balik kacamata tipis itulah yang membuat orang bisa untuk percaya kepada dia.

Tasme Gahana, itulah nama Pria yang akan mendapat kehidupan baru di Kota Jenggoro, mendapat masalah yang bahaya di Pelabuhan, Tasme harus memilih untuk meninggalkan pekerjaannya di Pelabuhan dan menempuh hidup baru serta pekerjaan baru di kota Jenggoro nanti. Selama di bus, tatapan tajam Tasme tidak lepas dari jendela bus, matanya itu seperti ikut berpikir, bahkan hening di bus serta hujan yang lembut di luar tidak membuat matanya ingin tertidur, tentu bagi orang yang merasakan hidup nyaman dan langsung terpuruk akan sangat sulit untuk tidak memikirkan, bagaimana hari esok? bagaimana 1 jam kemudian? bahkan bagaimana hidup 10 menit kemudian? Bukankah bisa saja hidup bisa selesai dengan cepat apabila bus ini terjadi kecelakaan atau tiba-tiba ada bencana alam, atau apapun itu. Hanya bisa memeluk takdir tanda pasrah, sesampainya di apartemen bisa saja berniat bunuh diri, atau muncul serangan orang bersenjata, kita tidak pernah tau bagaimana kelanjutan dari kehidupan kita selanjutnya, tapi jika bisa memilih bagaimana mengakhiri hidup, Tasme menginginkan bersantai menemui akhir hidup. (ocehannya dalam hati)

Tasme langsung berpaling, suara bus memecahkan lamunannya (bukan Tasme saja tapi orang-orang didalam bus juga berpaling mendengar suara itu), "Karena terdapat hambatan menuju kota Jenggoro, kami mengubah rute akan langsung menuju kota Karaya." suara itu terdengar mengulang sampai 2 kali.

"Lagipula tidak ada yang akan ke kota itu." desis supir bus, Tasme dari kursi belakang pun langsung menuju ke depan bus, "Permisi, saya akan turun disini." Pria jangkung itu langsung tergesa-gesa dan mengeluarkan uang nya dari saku, "Hoh, ada 1 yang mau turun ke kota itu, kalau begitu tidak perlu membayar, aku tau kau punya masalah yang dalam, sampai-sampai ingin berkunjung ke kota Jenggoro." Tasme tidak terlalu mendengarkannya, ia pun menyimpan kembali uang nya kedalam saku, "Terimakasih kalau begitu." Tasme langsung keluar dari bus itu, dan bus itu langsung meninggalkannya begitu saja seperti membuangnya saja ke kota yang ada di depan mata nya itu.

Cukup jauh untuk kesana dengan berjalan kaki, Tasme mengambil permen karet dari dalam saku dan langsung mengunyahnya, "Dengan ini aku tetap melakukan sesuatu walau hanya mengunyah permen karet." ia melanjutkan perjalanannya ke kota yang dari luar saja sudah kelihatan seperti kota terbengkalai, bahkan dilihat sekilas seperti dipenuhi kriminal, itu pun cukup membuat yakin bahwa kota itu sangatlah tidak baik, tapi itu tidak mengusik apapun dari Tasme, kakinya terus berjalan dan mulutnya juga terus mengunyah, sesampainya ia di mulut kota Jenggoro pun, ia tetap mengunyah.

Pertama kalinya ia melihat langsung kota yang sangat berbeda dari kota-kota yang lain, "Sialan ! Atasan benar-benar membuangku di penjara yang besar ini." gerutu Tasme seraya menembakkan permen karet dari mulutnya ke trotoar, "Dasar.. Anak baru dengan mudah berbuat seenaknya." seorang yang kelihatan sudah tua, mempunyai postur tubuh yang cukup pendek dan terlihat kurus dan lusuh, mengagetkan Tasme, karena merasa bersalah Tasme hanya diam saja, "Tidak apa-apa, orang-orang di kota ini lebih parah dari membuang permen karet sembarangan, daripada memikirkan itu, bisa kau tolong memperbaiki mesin truk kecil ku ini?" kata Kakek tua itu seraya memperlihatkan ke Tasme masalah mesin truk kecil Kakek tua itu, "Hanya masalah kecil, aku bisa memperbaiki nya." dengan bekal pengetahuan dari Pelabuhan, Tasme dengan mudah menghidupkan kembali mesin truk kecil itu, "Terimakasih anak muda, kalau begitu aku bisa memberimu tumpangan, kau anak baru di kota ini kan? Ha ha ha." Tawa ejek dari Kakek tua itu, Tasme pun mengikuti masuk ke truk setelah Kakek itu masuk juga, "Kalau begitu, bisa antarkan aku kesini." Tasme memperlihatkan alamat dari secarik kertas yang dia keluarkan.

Tidak terlalu lama Kakek tua itu mengantarkan Tasme, sambil memperkenalkan beberapa tempat kepada Tasme selama di perjalanan, sedangkan yang Tasme lihat hanya gedung kosong dan taman yang tidak teurus, orang-orang di jalanan cukup ramai di kota itu, terlihat penjual-penjual di trotoar yang kelihatan sangat pasrah dengan jualannya, terlihat juga orang yang sedang menunggu pembeli di tokonya dengan raut muka yang kelihatan jelas putus asa, yang terlihat bahagia di kota itu, hanyalah anak-anak yang riang bermain dan berlarian di kota.

Aku pun sampai di apartemen yang tidak terlalu kelihatan buruk menurutku, "Terima kasih ya pak !" truk kecil itu langsung pergi begitu saja dan sekarang Tasme berjalan memasuki apartemen itu, memperlihatkan nama serta secarik kertas dari Atasannya itu, ia langsung saja diantar ke kamarnya saat itu, orang-orang di apartemen itu cukup baik menurutnya.

Memasuki kamarnya, menghidupkan lampu dan tampaklah seisi kamar itu, "Tidak cukup buruk ternyata, kalau begitu aku akan membereskannya sebentar dan pergi tidur." Tasme pun membereskan penuh apartemen itu, yang membuatnya kelelahan, selepas beres-beres ia pun langsung menuju kamar mandi untuk membereskan debu di tubuh nya juga.

Setelah Tasme mandi dan mengeringkan badannya, ia membuat sebuah teh hangat dan ia duduk sebentar di kasurnya seraya sambil melihat ke jendela, kelihatannya ia termenung jauh dengan menatap kota dari balik jendela. Waktu sudah sangat larut, awan telah menutupi bulan, dan kota semakin terlihat gelap, kelihatannya sangat sepi sekarang. Tasme segera menghabiskan teh hangatnya, ia pun berbaring di kasur yang empuk dan sepertinya dia merasakannya sekarang, seraya menutup matanya dan tidak memikirkan apa-apa, Tasme benar-benar merasakannya di kamar nya saat itu, suatu hal yang seperti sudah lama ingin dia rasakan, hal yang tidak ia dapatkan dari Pelabuhan, bahkan dirumah kecilnya di Pelabuhan dulu, ia tidak pernah merasakan hal ini di kota Jenggoro terutama di dalam apartemennya, kota yang dicap kurang positif kebanyakan orang ini, ternyata terdapat positif nya juga, Tasme sangat bersyukur merasakan hal itu juga akhirnya, sangat ia resapi sebelum ia tertidur, suatu hal yang ia rindukan itu adalah Hening dan Tenang.