Setelah sudah selesai dengan pijatan yang dilakukan wanita yang berprofesi tersebut, kini Felia sudah duduk manis di atas pantry. Entah kenapa ia malah ingin melihat Bara yang ternyata sedang membuat camilan ibarat kata home made, karena belakangan ini dirinya suka sekali menghabiskan waktu luang dengan camilan.
"Bara, kenapa masakan mu selalu enak?"
Akhirnya, pertanyaan yang terdengar lugu seperti anak kecil itu pun terlontar dari mulut Felia. Ia menaruh dagunya pada tangan yang sudah terlipat di mena pantry, tatapannya begitu antusias saat Bara menuang puding dari layer ke layer lain dengan warna yang mirip pelangi.
Bara yang telah menyelesaikan layer ke tiga pun menaruh kembali wadah yang berisi pudding panas ke meja kerjanya, lalu menatap Felia dengan sorot mata hangat. "Mungkin itu potensi saya, Nona. Saya selalu menomorsatukan rasa, jadi kalaupun rasanya belum pas saya akan memperbaikinya sampai benar-benar lezat." jawabnya dengan nada suara sangat sopan.