Leo menatap Felia yang sedang memutar-mutar kartu nama di tangannya. Setelah makan siang, wanita itu memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana terlebih dahulu karena suasana hatinya memburuk, ini semua karena kejadian tadi. Ia sama sekali tidak marah atau menyalahkan Felia yang dengan lancangnya membaca pesan masuk, lagipula hanya pesan saja ia juga menganggap hal itu tidak serius.
"Kamu serius masih mau diemin saya, Fe?" tanyanya dengan sorot mata menurun. Seumur-umur, baru kali ini ada wanita yang mendiami dirinya seakan-akan tidak tertarik.
Felia menolehkan kepala ke sumber suara, lalu kedua matanya memicing sebal. Hanya dari tatapan itu ia menjawab pernyataan Leo yang tidak ingin ia jawab dengan perkataan, siapa suruh bukannya bercerita dengan benar mengenai masalah ini tapi laki-laki tersebut malah berkali-kali mengalihkan pembicaraan.
"Ayolah, Fe... kenapa juga harus memegangi kartu nama itu? sangat tidak penting, lebih baik di buang dan jangan pernah memungutnya kembali!"