Xena menatap perbintangan dari balkon kamar milik Vrans, menatap lurus ke angkasa yang luasnya tidak ia ketahui dengan sorot mata tanpa adanya ekspresi mendukung. Hanya tatapan datar saja, namun kedua alisnya terlihat menurun.
Di temani oleh secangkir coklat hangat serta dua porsi taco tidak membuat dirinya beralih pandangan, arah matanya tatap sama, langit malam yang sangat indah itu. Iya, hanya itu.
Berbekal dengan memori yang tersimpan sangat apik di kepalanya, membuat dirinya merasa sedikit ketidaksenangan. Selama ia hidup, ya selalu saja ada masalah yang menimpa. Iya sih benar kalau setiap manusia juga membutuhkan masalah untuk ajang pendewasaan diri, tapi tidak bagi Xena.
"Melamun apa lagi, sayang? Kamu tuh susah ya di bilanginnya, suruh makan dulu isi perutnya tetap aja maunya seperti itu."