Vrans menatap surat yang tadi ia temukan di lantai tadi pagi dengan sorot mata gelisah. Bagaimana jika surat yang mengarah seperti ancaman itu berdampak buruk pada hidup gadisnya lagi? Ia benar-benar tidak ingin kehilangan Xena dan merasa gagal yang ke sekian untuk gadisnya itu. Xena selalu menjadi tanggung jawab dirinya, sampai kapanpun.
Dengan mata yang lelah karena hampir 3 jam tanpa henti menatap layar laptop, akhirnya ia segera merenggangkan kedua tangannya, merasakan tulangnya yang kian terasa remuk seperti ingin lepas dari tempatnya, oke ini berlebihan.
Ia menatap layar ponselnya, lalu membuka ruang pesan dirinya dengan Xena. Ia ingin berpamitan untuk keluar gedung, ada janji dengan client dari perusahaan lain. Ia ingin menghampiri ke ruang kerja Xena, tapi mengingat pasti gadis itu tengah mengobrol dengan beberapa sahabatnya membuat ia mengurungkan niatnya. Ia masih paham jika Xena, memiliki waktu untuk bersama mereka, tidak hanya untuk dirinya.