Jonas melangkah menuju pintu kamar dan membukanya. Seorang pria paruh baya dengan kemeja hitam dan tubuh berbalut tato melangkah masuk.
Jonas mengangguk sekali lalu melangkah keluar. Ketika pintu itu tertutup, pria tersebut melangkah menuju tempat tidur yang Emma tempati.
'Papamu ada di depan.'
Sebelumnya, kalimat Jonas nyaris membuat Emma terkena serangan jantung. Ayahnya datang? Ke kota ini? Ke rumah sakit ini? Ke kamarnya?
Kedua mata Emma melirik pada pria yang kini sudah duduk di kursi yang baru saja Jonas tempati di samping ranjangnya.
Sungguh. Ayahnya adalah sosok yang paling tidak ia sangka akan ia temui hari ini. Bahkan kedatangan malaikat pencabut nyawa terasa lebih masuk akal daripada kedatangan sang ayah.
"Papa," Gumam Emma.
Pria dengan janggut tipis di sekujur rahangnya, rambut coklat dan mata biru itu mengangguk. "Bagaimana keadaanmu?"
Emma mengangguk tipis. "Baik."