"Levi tidak mengetahuinya." Emma menjawab pertanyaan Calvin dengan wajah sok polos.
"Ah.. itu melegakan.." Gumam Calvin. Lalu ia berdehem dan perlahan pipinya berubah memerah, "Jika boleh bertanya.. apakah kalian berdua sedekat itu?"
Emma menelan liurnya, "Ka.. kami cukup dekat. Sebagai sahabat."
"Oh, jika dibandingkan denganku, apakah aku adalah sahabatmu atau temanmu?" Tanya Calvin. Membuang semua rasa malu dan harga dirinya. Ia tau bahwa pertanyaannya ini sangat tidak mendasar dan memalukan.
"K-kau? Eum.." Emma berpikir seraya melegakan tenggorokannya dengan berdehem, "Kau.. bisa disebut sahabatku juga," ia tersenyum kaku.
Namun jawaban ragu Emma membuat hati Calvin semakin perih. Meski terus menyangkal, meski berusaha percaya diri, namun Calvin tidak sebodoh itu untuk menyadari bahwa Emma lebih dekat dengan Levi. Bahkan hanya dengan pertemuan selama satu jam itu, Calvin bisa melihatnya dengan jelas. Hal itu membuat Calvin merasa kesal sekaligus menyesal.