Chereads / Should Be / Chapter 36 - Bab 36 : Bincangan Malam

Chapter 36 - Bab 36 : Bincangan Malam

"Good, Luke. Main lo sudah cukup bagus," mereka berempat tersenyum puas menatap Lukas yang sedang menaruh bass-nya.

"Akur juga kan," Celetuk Juna yang dihadiahi cengiran yang berasal dari Lukas dan Dery.

Sudah hampir tiga minggu belakangan ini mereka latihan band bersama, keakraban mulai muncul di antara mereka. Mereka sudah tak canggung lagi antara satu dengan yang lain.

"Dulu aja sering banget ngejek-ejekin, karma kan lo!" Ujar Yera sambil menggelengkan kepalanya menatap Dery.

"Ya kan itu dulu, ogeb." Lukas tertawa sambil menatap ke arah Dery.

"Waduh kacau lo Der ngejekin gue," Dery menatap sinis ke arah Lukas.

Tak terasa, tinggal menghitung berapa minggu lagi mereka akan mengikuti perlombaan band. Persiapan mereka sudah cukup sempurna hingga saat ini, mungkin kekurangannya yaitu masih kurang fokus ketika latihan.

"Kemarin gue ngeliat orang ngedate. Penasaran nggak kalian siapa tuh?" Markus kembali ke antara mereka berempat setelah menaruh gitarnya.

"Siapa?"

"Kalau ghibah mah lancar mulu,"

"Siape?"

"Hah?"

Markus membuka ponselnya dan menunjukkan sebuah foto kepada mereka berempat.

"Lah, kok hukum Coulomb?" Juna menatap layar ponsel Markus. Markus menarik ponselnya dan terkejut, ternyata ia memberikan bukti yang salah. Ia menggeser layarnya dan menunjukkan sekali lagi layar ponselnya.

"HEH BADROL! NGGAK AJAK-AJAK YA LO!" Ujar Yera sambil menjewer telinga Dery.

"Nyai, nyai—jurig emang lo." Dery menepis paksa jeweran Yera lalu mengelus kesakitan.

"Pasti lihat di Line ya, lo?" Markus mengangguk lalu mengambil botol mineral di bawahnya.

"Kok gue nggak liat sih? Curiga nih, gue belum di addback sama lo, Drol." Ujar Juna.

"Yaelah Jun, lo tuh gue addback. Gue juga ganti uname lo jadi 'Mantan MPK terhot' pake emot api segala," ujar Dery sambil memainkan ponselnya untuk mencari nama kontak Juna.

"Si Dery updatenya tengah malam, sekitar jam satu-an. Lo mah dah tidur jam segitu, Jun." Ujar Markus lalu dibalasi anggukan oleh Dery.

"Nah tuh Mark tau—eh lo kok tau sih, gue updatenya jam satu-an?"

"Gue semalam insomnia,"

"Insom kenapa? Nunggu telepon dari paca—"

"Boro-boro pacar anjir, gebetannya aja kagak peka!" Celetuk Juna sambil memasukkan keripik ke dalam mulutnya.

"Siapa sih gebetan lo? Gue mah kalau jadi dia bakal nerima lo, anjir!" Ujar Dery sambil menatap ke arah Markus.

"Jangan kode mulu, tembak aja. Tembak," ujar Lukas sambil menatap ke arah Markus.

"Iya, kayak tuh si Lukas nembak Yera." Ujar Dery yang dihadiahi pelototan dari Yera.

"Lo juga sama kan, anjir. Nembak Yera juga," balas Lukas sambil menatap Dery.

"Iya sih bener, tapi gue ditolak." Ujar Dery sambil menatap sinis ke arah Yera. Yera menepuk jidatnya lalu menunduk pasrah melihat tingkah temannya.

"Gue juga ditolak,"

"Kita sama-sama ditolak, berarti kita. . . . ." Lukas dan Dery saling berhadap-hadapan.

"TEMAN, YAKALI JODOH HAHA!"

**

Mereka latihan dari siang hingga sore, tetapi semenjak adzan Maghrib berkumandang. Mereka tak lekas pulang ke rumah mereka masing-masing, Juna sempat keluar menuju Masjid untuk beribadah sebentar.

Yera membiarkan saja mereka berempat untuk sekedar beristirahat di apartemen kak Juan. Apalagi kak Juan sedang tak ada kelas, jadi kak Juan ikut serta bersama mereka berlima.

"Kalian semua nggak malam minggu-an nih?" Tanya kak Juan sambil menaruh kaleng cola ke atas meja ruang tamunya.

"Nggak kak," Markus menggeleng.

"Lah, nggak jalan bareng pacar kalian?" Tanya kak Juan sambil mengambil tempat duduk di sebelah Yera yang sedang asyik memakan kuaci.

"Mereka jomblo kak," Juan terkekeh lalu mengambil kuaci yang berada dekat dengan Yera.

"Tanggal 9 Maret ya kalian lombanya?" Semua mengangguk menjawab pertanyaan kak Juan.

"Satu bulanan lagi kan? Semangat terus ya, semoga bisa menang!" Semua tersenyum dan mengangguk.

"Iya kak, doain ya!" Kak Juan menatap Yera, lalu mengangguk.

"Kakak lagi sibuk ngapain sekarang?" Tanya Markus tiba-tiba sambil meletakkan botol minumannya ke atas meja.

"Kakak sih kerjaannya kuliah, pulang, main. Ya, namanya masih mahasiswa baru. Kadang sih ikut kegiatan kampus," ujar kak Juan.

"Oh gitu—btw, kakak ngambil jurusan apa?" Giliran Juna yang bertanya.

"Teknik mesin," Juna mengangguk paham.

"Menurut kakak, seru nggak sih kuliah itu?"

"Menurutku? Menurutku sih seru aja, bisa dapat pengalaman belajar, pengalaman dalam organisasi, pergaulan dan banyak lah," tukas kak Juan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Lukas.

"Kalian semua mau ngambil peguruan tinggi kan?" Kak Juan meletakkan cangkirnya lalu menatap ke arah empat pria didepannya, semua menganggukkan kepalanya.

"Kalian mau ngambil jurusan apa?" Tanya kak Juan.

"Hm, kalau aku sih pengennya seni. Tapi, pengen juga ngambil kedokteran." Ujar Juna.

"Kalau aku pengennya sasing," jawab Markus.

"Aku sih nggak mau kuliah, aku sih maunya langsung nikah sama Yera—eh tapi Yeranya nggak mau sama aku, yaudah aku nunggu Yera mau sama aku aja." Yera menepuk keningnya pelan saat mendengar pernyataan Dery, semuanya tertawa mendengar lontaran Dery.

"Berarti kamu harus nunggu Yera sampai dia jadi seorang seniman dulu, Der. Sabar ya," ujar kak Juan sambil terkekeh.

"Kalau aku. . . ." Semua menatap Lukas, semuanya penasaran dengan jurusan yang ingin Lukas ambil nanti di peguruan tinggi.

"Aku sebenarnya pengen jadi pemusik, tapi kayaknya aku nggak bisa." Ujar Lukas.

"Pasti bisa kok, nggak ada yang namanya nggak bisa." Ujar kak Juan.

"Jatuh 7 kali, bangkit 8 kali. Semua orang sukses itu dulunya seorang yang gagal. Tapi, mereka berjuang terus agar semua impian mereka terwujud. Kuncinya itu berusaha, berdoa dan rajin." Ujar kak Juan.

Lukas mengangguk lalu menunduk, secara tiba-tiba memori otaknya mengingatkan dirinya tentang perkataan mamanya tempo lampau.

"Gimana mau sukses, gini aja kamu nggak bisa?"

"Eh—ada yang mau makan sate nggak? Nih, Dery traktir kita!" Dery yang mendengar namanya disebut menoleh ke arah Yera dan menatapnya sinis.

"Loh kok gue sih?" Yera tersenyum lalu menepuk pelan kepala Dery.

"Lupa sama taruhannya?" Dery mendengus kesal. Ia membuka aplikasi pengantar makanan lalu memberikannya kepada Yera.

Dery menatap kesal ke arah Yera yang tengah memesan 6 porsi sate. Ini semua berawal dari taruhan yang ia tawarkan kepada Yera. Ia mengajak Yera taruhan bermain PUBG Mobile, yang kalah akan menuruti semua permintaan sang pemenang dan pemenangnya adalah Yera.

"6 porsi sate buat kita semua, selamat menikmati malam Minggu!!!"

Semua tersenyum ke arah Yera sedangkan Dery menggerutu sebal terhadap Yera.