"Lo nggak ada bukti kalau gue melakukan itu." Dalihnya bodoh. Lexa mendekat dan kembali mengarahkan tangannya untuk mencekik leher lelaki itu. Dia tahu dia tak boleh melakukannya dengan lebih kuat lagi atau lelaki itu akan mati.
Lexa menyeringai, dia mengambil sesuatu di dalam sakunya. Menarik tangan lelaki itu, dan memakaikan benda tersebut di tangannya.
"Apa yang lo lakuin?" lelaki itu berteriak dengan keras ketika ada borgol yang ada di tangannya.
"Gue akan menyerahkan lo ke kantor polisi, dengan kedua tangang gue sendiri."
"Lo nggak boleh melakukan itu."
"Kenapa gue harus mendengarkan apa yang lo bilang ke gue? lo udah membuat gue hampir mati dan lo sama sekali nggak merasa bersalah. Sekarang, lo bilang gue nggak berhak melakukan itu ke elo? Mimpi lo terlalu tinggi." Jika sudah seperti itu, Lelaki itu sudah tak lagi bisa berkutik. Dia hanya pasrah saja kali ini.
"Gue bilang, gue nggak ngelakuin itu." Masih saja dia menyangkal atas perbuatan yang dia lakukan kepada Lexa.