Perjanjian itu meluncur begitu saja dari mulut Lexa tanpa terpikirkan oleh otaknya. Gadis itu pun tak menyangka jika dia bisa mengatakan hal yang menggelikan seperti itu. Bahkan ketika dia berada di dalam mobil menuju rumah pun, dia masih saja memikirkan hal tersebut. Dan dia merasa tidak masuk akal. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak akan bisa menarik lagi kata-katanya.
Sesampainya di rumah, Lexa mendapati kekasihnya sudah berada di depan rumahnya dan menunggu dirinya. Ada kernyitan yang tidak bisa dicegah, karena dia merasa keheranan.
"Rey?" tidak biasanya lelaki itu datang di saat seperti ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya jika dia akan datang. Dan itu tak biasanya.
"Aku nunggu kamu," katanya dengan senyum tipis yang selalu ditunjukkan kepada Lexa.
"Duduk." Rey menyetujui dan mereka duduk berhadapan di kursi depan rumah Lexa.
"Tapi kayaknya emang harus masuk aja deh." Usulan Lexa ditolak dan gadis itu hanya mengangguk saja, "Ada yang mau kamu katakan?"
