"Yang." Panggil Davie kepada Qiana. Kepala Davie disangga menggunakan tangan kirinya dan menghadap ke arah sang istri. Memainkan rambut perempuan itu. Kadang juga mengusap kepala Qiana dengan penuh sayang. Sesekali mencium kapala istrinya.
Bohong kalau Qiana merasa itu adalah sebuah perasaan bersalah ketika Davie melakukannya. Karena ketulusan itu benar-benar terasa di hatinya. Hanya saja, perasaannya belum benar-benar membaik. Karena itu diam saja.
"Nggak adil dong, Yang, kalau kayak begini. Masa dia yang salah aku yang harus tanggung jawab?" tangan Davie tak mau diam melayang-layang di atas tubuh Qiana. Kadang juga mengelus lengan istrinya dengan lembut sambil merayunya.
