"Aku tadi sudah menegur mereka." Qiana lebih dulu berbicara. Perempuan itu menengadah menatap langit sedangkan Davie menatap ke arah Qiana. Mereka sedang berada di depan rumah, duduk di lantai di undakan teratas halaman.
"Bertindak tegas memang diperlukan. Kamu benar melakukannya."
"Bang Rado juga ikut serta melakukan itu." Davie seketika diam tanpa mencoba untuk mengatakan apapun. Lelak itu memang sepertinya masih memendam dendam dengan Rado entah dengan alasan apa. Mungkin banyak alasan.
Bisa jadi karena Qiana yang sempat memilih lelaki itu, atau karena diam-diam dia dekat dengan Devie. Keterdiaman Davie membuat Qiana menoleh ke arah kirinya. Melihat lelaki di sampingnya itu hanya menatap depan dengan ekspresi datar.
"Kenapa diam?" tanya Qiana.
"Karena aku nggak punya sesuatu untuk dikatakan." Masih belum menatap ke arah Qiana. Sepoi angin malam membuat Qiana beberapa kali memejamkan matanya. Ini benar-benar segar. Begitulah yang dia pikirkan.