Chereads / Antariksa [ Dari Angkasa ] / Chapter 35 - 36. Buku SKU golongan penegak

Chapter 35 - 36. Buku SKU golongan penegak

Setelah pick up datang, para Ambalan naik.

"Barangnya nanti biar di urus Agung," Antariksa menyuruh Agung menghubungi Rafi yang kini tengah mengambil pick up satunya.

"Masih otw, 5 menit lagi nyampe kok," jawab Rafi saat telepon tersambung.

"Lima menit sa," Antariksa membawa motor, tapi lebih baik bareng dengan ketiga temannya.

Sedangkan di perjalanan menuju SMA Permata, pick up yang di tumpangi Ambalan penuh sesak, sampai ada yang memilih berdiri daripada duduk.

"Eh del, badan lo yang gembrot¹ itu jauhan dikit dong. Gue gak bisa nafas nih," kesal Caca mendorong tubuh Adel yang menghimpitnya.

Adel menggeleng, enak saja berpindah tempat. "Gak ah, tuh lo gak liat penuh?" semprot Adel garang.

Caca beringsut takut, ternyata Adel bisa berubah menjadi raja Sabana, singa. "Gitu aja nyolot," cibir Caca.

Adel tak terima, ingin menjambak rambut Caca namun Rinai menahannya. "Kalian sehari damai bisa gak sih?"

"Gak bisa!" jawab keduanya serempak.

"Terserah deh,"

"Sejuk banget ya," Tia tempatnya berada di ujung, mungkin kebebasan sedikit berpihak padanya.

"Siapa tadi yang ngomong?" sentak Caca tak terima, Tia diam.

"Baru di senggrang¹ langsung diem, emang gak liat kalau ada yang menderita," omel Caca dengan wajah judesnya. Sabar mbak, jangan marah-marah.

Saat sampai di sekolah Caca paling bahagia di antara yang lainnya. Udara sejuk menyambut serta kebebasan langka telah di rasakannya.

"Sal, ke warung dulu yuk. Gak mau makan?" tawar Caca, kali ini ia berbaik hati akan mentraktir Salma.

Salma menggeleng, waktunya pulang. Tak ada waktu buat nongkrong. "Gak deh, gue langsung pulang. Bentar lagi jemputan gue datang," tolak Salma. Tak lama sebuah mobil tepatnya sopir pribadi Salma menjemput.

Caca berdecak kesal. "Emang siapa yang mau gue traktir?" di akhir ucapan Caca mengecilkan suaranya. Namun Tia masih mendengarnya dengan Adel.

"Eh? Siapa yang bilang traktir tadi? Lo ya ca?" suara Adel lantang sekali, ingin membunuh teman pelan-pelan melalui kantong dompet?

Tia langsung menarik tangan Caca ke warung mie ayam yang masih buka walaupun menjelang sore.

"Eh, emang gue sapi lo tarik-tarik seenak jidat huh?" bentak Caca ketus, di tepisnya kasar tangan Tia. Kan udah aku bilang mbak, jangan marah-marah.

"Maaf, katanya mau traktir. Kan bener dong semuanya berhak menerima? Yang lebih membutuhkan harus menyenangkan sekaligus mengenyangkan lewat makanan," Tia akhirnya membuat semboyan sakral.

"Tetap aja dodol, mending lo pulang deh," usir Caca. Tadi memberikan harapan emas, sekarang langsung di hempas?

Adel menarik tangan Tia, tak tega teman barunya di amuki raja Sabana lagi. "Mending sama gue aja Ti, masih ada uang kok," sindir Adel pedas.

Sedangkan Rinai berjalan cukup jauh dari kawasan SMA Permata agar semuanya tak tau bahwa ia anak dari kalangan atas. Aurel sudah menunggunya di sebelah bengkel.

Aurel sampai pangling dengan penampilan Rinai yang kumus-kumus². "Emang pas disana gak mandi?" tanta Aurel setelah Rinai masuk ke dalam mobil, duduk dj sebelahnya .

Kalu itu benar, Rinai malas mandi. Untuk cuci wajahnya saja menggunakan air minum, air kotor menimbulkan jerawat lagi di wajahnya.

"Gak ma, airnya kurang bersih,"

"Oh, paling kalau samoai rumah, lulur lagi," tebak Aurel yang sudah tau kebiasaan Rinai setelah keluar lebih lama, apalagi ini pramuka yang pastinya terkena panas.

'Mau gue mandi atu gak, tetep cantik kan? Buktinya kak Antariksa sama kak Brian tertarik,' batin Rinai dengan senyum tipisnya. Sampai kayak orgil ya Rin? Kan gak mandi.

☁☁☁

Brian sudah membagikan buku syarat-syarat kecakapan umum golongan penegak di kelas yang berpartisipasi mengikuti pramuka.

Seperti saat ini, Adel sibuk menghafalkan rukun islam beserta maknanya masing-masing nomor. "Kok lama-lama ribet juga ya," keluhnya. Buku LKS agama yang ia pinjam dari tetangganya ini lengkap, tebalnya seperti buku paket saja.

Rinai masih ragu setor satu pertanyaan yang semuanya sulit, harus jelas. "Gak deh," ia malas berhadapan dengan Antariksa.

Caca memasuki kelas dengan nafas tersengal. "Ambalan nanti sepulang sekolah di kelas Mipa 2," Caca menyampaikan amanat dari Brian yang di temuinya tadi sewaktu membayar SPP.

"Udah tau," ketus Adel. Sangat benci jika di bohongi seperti kemarin, memang traktir teman sendiri pelit.

Adel menoleh, Rinai melamun menatap buku syarat-syarat kecakapan umum golongan penegak tanpa minat. "Gak bakalan selesai kalau di liatin terus, usaha dong. Lo kan yang udah di lantik jadi pemilihan pemimpin Bantara," Adel membangkitkan semangat Rinai, sudah di berikan percayakan oleh Antariksa.

"Ya deh, tapi nanti gue pinjem buku lo itu ya,"

"Gampang, semuanya beres, aman, dan terkendali," Adel tidak akan pernah meminjamkan buku milik tetangganya ini ke sembarang orang, nanti tidak di kembalikan atau sampulnya bisa lepas, buku sekarang sulit awet sampulnya.

☁☁☁

Gembrot¹= gendut

SKU= Syarat kecakapan umum

Senggrang= di bentak

Kumus-kumus= belum mandi