Setelah sudah kenyang memakan singkong rebus sebagai ganjalan mbah Ima memanggil Rinai. Beliau menyuruh Rinai mengambil Turi untuk di jadikan lauk makan.
"Sawahe isih iling ta nak?"
(Sawahnya masih ingat kan nak?)
Rinai mengangguk, sudah lama sekali ia tak pergi ke sawah. "Ngge mbah, semerap,"
(Iya mbah, tau)
'Ajak Adel juga ah, pasti nanti cerewetnya kumat lagi. Hehe, lucu,' batin Rinai menahan senyum, bisa-bisa mbah Ima menanyakan hal itu lagi. Rinai wes duwe pacar ta? Kok mesam-mesem ae? (Rinai sudah punya pacar ta? Kok senyum-senyum?) kata pacar itu menuju Antariksa, sudahlah lagipula buat apa memikirkan cinta.
"Del !" teriak Rinai, masalahnya Adel duduk dengan kaki di selonjorkan dan telinga di sumpal earphone. Terpaksa Rinai meraih benda itu. "Ish, malah santai. Ayo bantuin gue ke sawah ambil Turi nanti lo bakalan nyobain rasanya,"
Adel mengernyit tanaman apa itu?
"Gue kira liburannya ke mall atau taman gitu, eh ke sawah sama jemurin padi," gerutu Adel, jelas ia baru kali ini seumur hidupnya merasakan suasana desa.
"Udah jangan ngeluh, nanti deh ke mall,"
"Bantuin," rengek Adel, ia suka sekali membuat Rinai kesal. Rinai membantunya berdiri. "Berasa ngurusin bayi besar," kesal Rinai.
"Gak ikhlas?"
Mbah Ima yang mendengar keributan kecil pun ke ruang tamu, cucunya bertengkar dengan temannya. "Tukaran ae, kapan budale nduk? " ( Bertengkar aja, kapan berangkatnya nak?)
Adel menarik tangan Rinai, ia tak ingin mendapatkan omelan dari mbah Ima.
Di sawah Adel melangkahkan kakinya hati-hati, melewati galengan¹ yang bisa saja ada lubang atau basah karena bekas kembang banyu² milik orang.
Rinai terlihat lincah melangkahkan kakinya. Mengambil Turi dan menyuruh Adel tidak meneruskan langkahnya. "Stop, del. Lo disitu aja, soalnya ada putri malu. Kena durinya nantu lo nangis,"
"Enak aja, gak lah,"
"Yuk balik,"
Akhirnya Adel bisa bernafas lega. Pengalaman pertamanya pergi ke sawah dengan Rinai, sahabat barunya.
Berbeda dengan Antariksa, ia membantu ibunya berbelanja ke pasar. Bagaimana reaksi para ibu-ibu yang melihatnya?
"Waduh, ganteng e. Putih, dukur, manise ngalahno gulo,"
(Aduh gantengnya. Putih, tinggi, manisnya ngalahin gula)
Sampai Antariksa di colek karena saking gemasnya para ibu-ibu melihat ketampanannya.
"Kapan sih pulangnya?" kesal Antariksa, ia menyingkirkan tangan-tangan nakal. Mencubit, mencolek dan menarik kaosnya.
Bintang masib bingung memilih sayuran yang pas untuk menu makan malam nanti. 'Sawi, bayam, apa buat rawon lagi ya?' Bintang tak peduli rengekan Antariksa, salah sendiri punya wajah terlalu tampan. Kalau bukan gen Angkasa wajah Antariksa akan pas-pasan.
'Rawon aja deh. Udah dua minggu gak rawon,' akhirnya Bintang tak perlu memilih sayuran lebih lama.
Frustasi, Antariksa memilih menggandeng tangan ibunya. Meskipun terlihat muda, ibu-ibu kecewa karena menganggap itu pacarnya.
'Daritadi dong,' Antariksa tak akan pergi ke pasar lagi, kalau tragedi tadi terulang lagi bertambah repot pula.
"Nih bawain ya," Bintang menyerahkan kantung plastik yang entah belanja apa saja Antariksa tak tau, sibuk mengurusi fans barunya.
Sampai di apartemen Antariksa membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Lelah sekali, sekolah dan liburan berbeda baginya. Jika sekolah tingkah Agung mendominasi, liburan semakin menambah rasa bosan.
Bintang yang tak mendapati Antariksa ikut ke dapur mencari putra semata wayangnya itu. Ketemu, sedang bersantai dan mulai tidur. Bintang yakin Antariksa belum jauh ke alam mimpi. "Enak-enakan tidur, butuan bantuin ibu masak," Bintang menepuk pipi Antariksa, putranya menggeliat lalu memilih posisi lain agar semakin nyenyak.
"Oh, mau di siram?" Bintang yang ingin peegi mengambil air di kanar mandi dengan sigap Antariksa bangun. "Jangan, berasa mandi es nanti. Yaudah nih, bangun," ucap Antariksa tak ikhlas, lebih baik ia tidur saja.
Di dapur Antariksa membantu mengupasi bumbu-bumbu rawon yang sudah Antariksa hafal. "Nih bumbunya,"
Antariksa melihat Bintang yang cekatan dalam memasak. Bosan, Antariksa mengeluarkan ponselnya. Grup yang paling ramai buatan Agung, yang sedang aktif hanga Rafi, entah Brian kemana.
Agung gunung
Eh, gimana nih liburannya? Seru dong, jangan lupa yang traveling oleh-olehnya
Rafi rapi
Iya, gue beliin lo klepon sama kripik tempe doang.
Agung gunung
Mas Antariksa kemana nih? Kok cuman di baca? Tangannya keseleo atau keyboradnya hurufnya hilang?
Ap? Brsk lo gung
Rafi rapi
Gimana liburan lo sa?
Bsn, gk seru. Lm² gw jd chef msk trs 😑
Agung gunung
Idaman dong, mana ada kan cowok sekarang bisa masak. Berarti Antariksa termasuk makhluk spesies yang langka di Bumi
Rafi rapi
😂
Trs ktwa, bsk tnggl nma lo @Agung gunung
"Eh, malah main hp. Itu cucian piringnya masih banyak," Bintang terkekeh, Antariksa kembali cemberut. Saat dengan ponselnya tadi tersenyum.
"Hmm," Antariksa mulai mencuci piring yang sudah menumpuk, ibunya memang sengaja tugas ini di peruntukkan untuknya.
"Kamu nyimpen fotonya cewek cantik ya di kamar?" Bintang terkejut, cewek tersebut manis dengan senyumannya. Selera Antariksa sama dengan Angkasa, selalu yang manis-manis.
Antariksa menoleh, semoga foto Rinai tidak di buang ibunya. Barang-barang tidak berguna biasanya langsung di buang. "Dilarang menyentuh barang pribadi," ujar Antariksa sinis, ibunya semakin menggodanya.
"Kalau nyimpen foto cewek, pasti lagi jatuh cinta kan? Kapan nih, taken ?" membuat Antariksa kesal adalah kesenangan Bintang, pipi Antariksa memerah rupanya anaknya ini bisa baper dan salting.
"Ssst, gak usah di bahas," Antariksa mulai memikirkan Rinai lagi. Sedang apa ya?
☁☁☁