Chereads / Penjaga hati Zara / Chapter 101 - Ombak Perasaan

Chapter 101 - Ombak Perasaan

"maaf.. aku tidak tahu kalau kamu menunggu"

Nafas Zara seakan tercekat dengan kehadiran seseorang pembawa buket

deg!

"kak Tristan..." desis Zara segera beranjak dari duduknya.. "maaf aku pikir tadi siapa..." ujarnya salah tingkah

"ngga masalah..." sepasang mata Tristan menyipit,,, ia menyerahkan buket coklat premium yang sudah di buatnya semalam sampai bergadang "selamat ya,, akhirnya kamu dan teman-temanmu terpilih.. semoga bisnis kalian semakin maju..."

"aamiin.. makasih kak..." Zara tersenyum simpul menyambut buket buatan Tristan.

"ngomong-ngomong kamu mau kemana??"

Mata Zara membulat,, dia memang tidak ada tujuan kemanapun, tadi sempat terpikir oleh nya mencari tempat yang bisa membuat pikiran tenang,, entahlah ketidakhadiran Aldi saat ini sungguh membuat pikirannya sedikit kacau "ngg.. mungkin aku mau pulang kak." jawab Zara tak ada pilihan lain selain pulang,, siapa tahu juga Si tukang PHP sudah dirumah lebih dulu.

"kamu sudah makan??"

Rona merah menghiasi wajah putih mulus Zara,, dia malu kalau harus mengakui tadi sudah menghabiskan dua mangkuk ramen!

"sudah kak.."

"baiklah.. aku antar pulang ya..." Tristan menawari,, gadis berkuncir kuda menjawab dengan anggukan pelan.

***

Sepanjang jalan Zara yang ceria lebih banyak diam, tidak seperti biasa gadis itu memilih mengunci rapat mulutnya.

"kamu suka buketnya.. maaf kalau agak kurang rapi.. itu aku sendiri yang membuat" Tristan coba membuka topik pembicaraan.

"benar kah?? cukup baik untuk permulaan kak. aku juga suka warna nya,, pink muda.." sahut Zara menampilkan barisan gigi putih rapinya.

"terimakasih untuk pujiannya...," akhirnya dia bisa melihat senyum tergambar di wajah gadis yang terlihat murung sejak tadi,, "hmm.. kamu mau makan es krim??" ajak Tristan menghentikan mobilnya di sebuah kedai es krim "mungkin kamu butuh sesuatu yang manis atau sedikit inspirasi nanti untuk outlet gudang coklat nanti..."

Ah! Tristan benar,, sejak tadi Zara sama sekali tidak terpikir untuk membuat rencana bagaimana konsep Gudang Coklat,, dia hanya sibuk memikirkan Aldi.. Aldi.. dan Aldi..

"ide yang bagus kak..." sahutnya berbinar.

.

Kedai es krim yang tidak bisa dibilang luas, tetapi punya konsep yang unik.. dibagian depan terdapat barisan lampu-lampu bergantung dan saling menyilang yang akan dinyalakan mulai pukul 5 sore,, lalu hiasan bunga yang berbaris rapi di sekitar kedai,, di bagian luar terdapat beberapa kursi dan meja yang disiapkan bagi yang ingin menikmati di tempat es krim dan beberapa kudapan kekinian. Dibagian dalam dinding di tempeli wallpaper bewarna pink dan putih,, lalu saat masuk akan disambut oleh beberapa pegawai mengenakan seragam, tempat order yang unik dengan tempelan beragam es krim yang mereka sediakan, lalu akan ada etalase yang menampilkan beberapa kue bewarna cerah yang menggoda, dibagian ujung ada spot foto bertema es krim.

"bagaimana bagus kan..?" tanya Tristan memperhatikan perubahan wajah Zara yang kini tampak lebih bersemangat,, mungkin inspirasi tentang outlet Gudang Coklat tengah menari-nari memenuhi otaknya.

Mereka memilih duduk diluar, kebetulan sudah sore dan suasana sejuk. Lampu-lampu pun sudah menyala.

Tak lama es krim rasa strowberry dan capuccino dihidangkan ke meja mereka, cara penyajian nya juga kekinian,, es krim akan di sajikan dalam wadah yang dibuat menyerupai mangkuk yang bisa dimakan setelah nya.

"makasih ya kak sudah mengajakku kesini.." ucap Zara tersenyum manis.

"baiklah tidak perlu sungkan,, apa perasaan mu sekarang sudah lebih baik??"

nyesss!!! ada rasa dingin menyergap Tristan sangat peka dengan dirinya,, setiap Aldi menoreh luka maka Tristan akan datang perlahan untuk membalut luka yang menganga karena sikap Aldi!

Jika Tristan lebih dulu hadir mungkinkah jalan cerita hidup nya juga akan berbeda. Segera Zara menepiskan ombak Perasaannya kini,, dia meyakinkan diri bahwa sekarang dia hanya sedang terluka,, ia tidak boleh terseret oleh ombak yang bisa menghanyutkan bahkan akan membinasakan dirinya sendiri.

Pernikahannya dengan Aldi meski dibumbui oleh kesepakatan tetaplah menjadi sebuah ikatan yang harus dihargai kebenaranya, bahwa dunia dan akhirat mengakui ikatan sakral diantara mereka.

Dan harus diakui bahwa dirinya sangat mencintai si tetangga misterius.....