"kau heran kan?? sejak kapan aku tidak bisa menemukan mu..." ujarnya sedikit manja.
"eheem..." Raihan berdehem.. belum ada lima menit ia bicara kan soal Zara... sekarang malah ada gadis entah dari mana datangnya langsung nyosor pada Aldi.
Aldi menyadari situasi kurang kondusif itu.
"Aura.. kenalkan kak Raihan dia kakaknya Zara sekaligus menejer ku disini..."
Aura melengos, sama sekali tidak senang bisa bertemu dengan Raihan yang auto jadi kakak tirinya juga!
Raihan mengulurkan tangan tapi tidak disambut hangat oleh Aura, gadis itu tampak acuh.
"dia Aura.. temanku.. anak tirinya om Derry.." Aldi memberikan kode bahwa yang dihadapan Raihan adalah saudara tirinya.
"oh.. jadi dia anak wanita itu??" sinis Raihan pada Aura yang tampak pongah "bagaimana kabar ayah dan ibu mu?? mereka bahagia??"
"begitu lah.." sahut Aura malas.
"ya tentu.. melihat mu seperti nya wanita pelakor sama pria pebinor itu bahagia ya.."
"kau lancang sekali..." geram Aura tidak terima mamanya dihina begitu.
"aku harap kau tidak ikut jejak ibu mu...!!!" pungkas Raihan dingin, ia menyunggingkan senyuman sinis pada Aura yang darahnya mulai mendidih.
"kau.. "
"Aura.. please..." cegah Aldi tidak ingin ada keributan disana "ayo kita pulang..."
"awas kau ya.. kita lihat saja nanti..." ancam Aura segera dibawa pergi oleh Aldi.
***
Aldi menghentikan mobilnya di depan rumah Aura. Ia menarik nafas panjang untuk menjelaskan sesuatu pada gadis berambisi seperti Aura.
"huu... ngga kakak.. ngga Adek sama-sama nyebelin..." gerutu Aura masih kesal dengan kejadian di cafe.
Jantung Aldi berdebar hebat, ini saatnya ia harus tegaskan posisi Aura dihati nya.
"Aura... ada yang mau aku bicara kan"
"ya Al..." Aura menatap Aldi yang meraih tangan nya,, ada yang bergejolak dalam hati nya... mungkin Aldi memutuskan untuk memilih dirinya dan meninggalkan Zara!
.
Derry berdiri di balik jendela memperhatikan mobil Aldi yang terparkir dihalaman. Lidya dan Derry sengaja belum kembali ke Bandung,, untuk berjaga takut Aura akan nekad lagi.
"kenapa kamu berdiri disitu mas..." tanya Lidya heran pada tingkah Suami nya
"ngga ada.. cuma didepan kayaknya mobil Aldi..."
Lidya coba ikut mengintip.
"tolong kamu beritahu pada Aura... jangan ganggu hubungan Aldi dan Zara "
"kamu ngomong apa sih mas..."
"aku tahu,, Aldi dulu pernah suka sama Aura,, tapi kamu tau sendiri kan sekarang Aldi sudah menikah dengan Zara.."
"mas.. jadi karena Zara itu anak kamu dan Aura anak aku jadi kamu mau nyalahin Aura yang mau merebut Aldi??" protes Lidya dengan nada tinggi "kamu tau sendiri sejak dulu Aldi yang suka sama Aura,, lagi pula Aura jauh lebih dulu kenal Aldi "
"ini bukan soal siapa lebih dulu kenal siapa.. tapi Aura harus tahu bahwa ia tidak pantas berharap pada pria beristri..."
"kamu nyindir aku mas??" Lidya merasa tersinggung dengan ucapan Derry
"bukan itu maksud ku Lid..."
"terus apa mas...?? mas selama ini aku tahu kalau kamu diam-diam sering membantu Almira, kamu yang bantu dia kasih modal untuk membangun usahanya sekarang melalui Thio kerabat Almira di Palembang.. aku juga tahu kamu sering kirim uang untuk anak-anak kamu lewat Thio kan?? akhir-akhir ini yang aku tahu kamu minta bantuan teman kamu yang jadi juri kompetisi perusahaan sempurna grup supaya Zara kamu itu bisa lolos dan dapat bantuan modal usaha kan??"
"jadi kamu sudah tau?? baguslah.."
"ya aku tau semuanya.. tapi aku hanya diam!! kamu ingat ya mas siapa yang mengangkat derajat kamu... kamu bisa begini karena kamu nikah sama aku!"
Derry mengepal tinju, Lidya selalu mengungkit tentang harta, dia juga wanita keras kepala, sangat berbeda dengan Almira yang lembut dan penuh perhatian.
"kamu kok bahas itu Lid,, kamu juga harus ingat saat itu perusahaan kamu nyaris bangkrut!! aku juga support keuangan disana! aku kerahkan semua waktu ku agar perusahaan kamu bisa tetap berjaya.."
Lidya membuang wajah.
"dari dulu kamu ngga pernah berubah... "
"ya.. aku tidak sebaik Almira kan...?"
"seharusnya Lid... lagipula kamu harus tahu.. mungkin hubungan ku dan Almira sudah berakhir tapi kami masih punya ikatan yaitu anak-anak kami.... sudah kewajiban ku bertanggung jawab pada mereka, meski Almira dan anak-anak ku tidak tau..."
Derry menghela nafas, tidak mau melanjutkan lebih dalam lagi pertengkaran ini bakal tidak akan berujung.
"mas... tunggu mas..." Lidya menyusul Derry yang meninggal kannya sendiri.
***
Didalam mobil Pejero Sport hitam.
"kamu mau ngomong apa Al..." Aura tidak sabar menunggu Aldi kembali melamarnya, karena ia melihat sebuah kotak cincin di genggaman pria itu.
"Aura.. kamu tahu kan selama ini tentang perasaan aku ke kamu..."
"ya.. aku tau Al... dan.. kamu juga tahu kan gimana perasaan aku sama kamu..."
Aldi mengangguk lemah, raut mukanya nampak murung. Dia bingung harus mulai dari mana untuk menjelaskan pada Aura tentang perasaannya kini terhadap gadis yang ia cintai sejak SMA.
Aura tersenyum sumringah ketika Aldi kembali menggenggam tangan nya yang indah. Perasaan bahagia menyelimuti relung jiwanya.
"Aura.. sebenarnya aku..."
deg!