Saat Kenan dan Jesica datang, Kris sudah ada disana terbaring ditemani pak Rigan dan anaknya Raja.
"Mas…kenapa Mas?." Jesica yang khawatir langsung mendekati anaknya.
"Maaf nunggu lama pak.."
"Iya ga papa pak.."
"Jadi Kris tadi kenapa?." Kenan dibuat penasaran apalagi anaknya tampak lemas.
"Awalnya lagi badminton di depan rumah, ga ngerti gimana tapi Raja teriak saya langsung keluar eh Kris udah jatuh dibawah. Saya liat CCTV ada 2 motor biasa anak-anak muda nyerempet sampe Kris Jatuh. Raja juga nih kena bahunya sampe biru-biru gini..kayanya kenceng banget."
"Saya minta rekamannya biar saya cari orangnya." Kenan kesal.
"Saya udah obatin tangan Kris, kayanya luka karena jatuh.." Rigan membuat Kenan memperhatikan tangan dan kaki anaknya.
"Iya makasih pak.."
"Mom.."
"Iya mas.."
"Sakit mom…"
"Apa yang sakit?."
"Sakit mommy.." Kris mengelus dadanya sendiri.
"Ini sakit?." Jesica mengikuti gerakan tangan Kris di dadanya. Anaknya mengangguk.
"Mom…"
"Mas…Mas…" Jesica panik melihat Kris bernafas seperti orang sesak. Kenan langsung mendekat dan melihat Kris namun dia tak bisa menjawab ataupun berbicara apapun. Tanpa pikir Panjang Kenan langsung mengangkat anaknya dan membawanya ke mobil diikuti yang lain.
"Pak..pak buka mobil." Perintah Kenan pada supirnya yang tengah duduk.
"Kayanya Kris harus dibawa kerumah sakit."
"Maaf pak saya ga bisa ikut, saya doain aja yang terbaik untuk Kris." Rigan bingung harus membantu apa.
"Iya, makasih pak." Kenan dengan terbaru-buru masuk kedalam mobil. Sang supir langsung menancapkan gas Ketika pagar rumah Kenan berhasil dibuka satpam. Didalam Jesica menenangkan Kris agar dia bisa bernafas seperti biasa namun Kris masih merasa sesak di dadanya.
"Kris, Krisan!!." Reflek Jesica berteriak saat melihat anaknya mendadak tak sadarkan diri membuat langsung melihat ke bangku penumpang. Dia melihat Jesica mengguncang badannya. Supir yang tahu ada yang tak beres segera mengencangkan laju mobil.
"Sini..sini tangannya…" Kenan segera meraih tangan Kris seakan memastikan bahwa Kris masih dalam kesadarannya. Kenapa anaknya jadi begini?, apa yang sebenarnya terjadi tadi sampai membuat Kris sakit separah ini.
"Tenang-tenang, dia kayanya pingsan. Nih cari minyak kayu putih disini.." Kenan langsung mencari kotak P3K nya.
"Kok Kris jadi gini Mas.?."
"Nanti Mas cari tahu yang penting sekarang Kris diperiksa dulu."
"Dia bilang dadanya sakit padahal keserempet, apa iya sampe segitunya?."
"Iya sayang, nanti Mas liat dulu rekamannya."
****
"Makannya kok masih belepotan, ayah bilang makannya pelan aja supaya rapi.." Kay mengelap mulut anaknya dengan tisu. Mereka sedang menemani Kiran yang bekerja. Dia sedang melakukan wawancara dimeja lain dengan orang yang mengaku dari majalah yang cukup terkenal. Sekarang Kiran seperti selebritis saja, Ini pasti gara-gara youtubenya dan tentu saja prestasi di dunia fashion. Kay senang, setidaknya dia sudah menepati janjinya untuk mengikuti yang Kiran mau saat mereka sampai di Indonesia. Toh selama ini pun Kiran yang dulu membangkang selalu mengikuti keinginan Kay.
"Sayang yayah tanya, kalau kita tinggal di Australia mau?."
"Australia itu dimana?."
"Kalau kita mau kesana harus naik pesawat, itu negara dimana Keyla lahir dan tinggal disana dulu yang ada saljunya sayang.."
"Buna ikut?."
"Ikut dong..."
"Keyla ikut.."
"Mau disana?." Kay bertanya lagi dan dijawab anggukkan.
"Yah…Keyla pingin ketemu oma, opa…" Ucapan Keyla membuat Kay terdiam sejenak. Ini tentang Marsha dan Arbi. Kalau diingat lagi sampe sekarang hubungan mereka belum membaik juga, belum ada titik terangnya.
"Nanti ya sayang, nanti kita main kesana."
"Pulang kita kesana yuk yah…"
"Ga bisa Keyla, yayah…yayah…ada kerjaan." Kay berkelit membuat Keyla diam. Dia kini bukan hanya memamerkan bibir belepotannya tapi mulut manyunnya membuat mata Kay bingung. Anaknya pasti sedih.
"Sabar ya sayang, ayah janji nanti kita kesana. Kita nginep kalau perlu."
"Iya yayah…"
"Anak pinter.." Kay sambil tersenyum dan disaat sedang asyik mengobrol anaknya handphone Kay berbunyi.
- Iya mom…
- Bang…
- Mom? Mommy kenapa?
Kay heran dengan suara tangis ibunya.
- Mas Kris, krisan…
- Kenapa Mas Kris mom?.
Kay bertanya dengan wajah tegangnya.
***
"Zidan..kayanya cape nih…" Jay menidurkan anaknya diatas tempat tidur.
"Udah puas main anaknya…"
"Mamanya puas ga?." Jay melihat kearah Tiara yang sibuk meletakkan barangnya.
"Iya puas, abang maksa aku belanja."
"Bukan maksa tapi sekalian aja.."
"Tapi makasih buat belanjaanya.." Tiara sambil tersenyum. Mendapat senyuman dari istrinya, Jay langsung berjalan kearah Tiara. Melonggarkan dasinya perlahan dan mulai meletakkan tangannya dipinggang Tiara sehingga Tiara yang masih membelakanginya terkejut. Jantungnya berdegup kencang dengan darah yang mengalir deras disekujur tubuhnya. Semoga saja aliran itu mengangkut juga ingatan Tiara tentang Jay.
"Aku peluk gini ga papa?."
"Hm…apa sebaiknya abang ga mandi dulu?."
"Iya bentar lagi.." Jay malah terlihat semakin nyaman sementara Tiara masih berdiri kaku.
"Apa perlu kita honeymoon berdua?."
"Aku ga mau ninggalin Zidan.."
"Oke, kita honeymoon bertiga."
"Kata abang tadi aku masih ada jadwal terapi.."
"Nanti biar aku tanya dokter.."
"Kita kemana?."
"Kemanapun yang kamu mau.." Bisik Jay membuat bulu kuduk Tiara berdiri. Apa ini artinya suaminya itu sedang menggoda.
"I..iya nanti aku pikirin."
"Jangan lama-lama.."
"Eh iya bang, tadi dibawah aku ga liat mommy sama daddy biasanya suka di depan nonton.."
"Mereka lagi dirumah kakak kali.."
"Ini kita bawa kue, biar aku kasihin dulu.." Tiara mencoba terlepas dari pelukan Jay dan berjalan kearah pintu. Jay hanya tersenyum melihat tingkah Tiara. Dulu jaman pacaran Tiara yang membuatnya salah tingkah kini setelah menikah dia yang melakukannya. Mungkin beginilah perasaan Tiara dulu. Jay yang akan beranjak ke kamar mandi mendadak terhenti saat handphonenya berbunyi.
- Iya Kay..
- Kerumah sakit meditra sekarang.
- Kenapa?siapa yang sakit?.
- Kris..
- Kris? Kenapa dia? Kemarin baik-baik aja..
- Udah jangan banyak tanya ke rumah sakit aja dulu kata daddy nih.
- Iya-iya aku kesana sekarang. Kakak udah dikasih tahu?.
- Ini mau dikasih tahu..
Kay langsung menutup teleponnya sementara Jay baru juga sampai harus mengambil langkah lagi untuk pergi.
***To be continue