Chapter 519 - Hilang

Jay menatap dengan lekat layar laptopnya. Sesekali dia bertanya dan sesekali lagi dia diam untuk memahami perkataan pak Darwin yang rupanya hari ini disidang kembali akibat data yang sebelumnya dia sajikan salah. Bersama timnya yang menurut Jay ceroboh dia duduk menjelaskan lagi dengan hati-hati setiap laporannya.

"Tolong diperhatikan ya pak pembelian bahan bakunya, ini dead stoknya banyak banget mana barangnya udah STP. Mau diapain bahannya?."

"Kita udah Kerjasama sama bagian Rnd pak untuk mikirin produk baru yang bahannya dari bahan dead stok ini." Si ceroboh menjawab.

"Kamu yakin? Udah mikirin resikonya apa?."

"Kan bisa habisin stok bahan baku pak."

"Sekarang saya nanya mungkin ga ada penambahan lagi untuk bahan baku yang sama?."

"Engga pak, karena planning kita untuk menghabiskan bahan baku itu."

"Kamu salah. Ada kemungkinan nambah lagi. Ini kalau misal produk kita launching dan ternyata direspon bagus dipasaran, kita harus beli lagi bahan baku. Masih mending kalau kita nemuin dan bahan bakunya sama kalau engga gimana? Kalau ternyata suppliernya ga bisa ngirim barang yang sama persis. Inget ya Seazon itu kualitas nomer satu. Tolong pikirkan itu juga saya ga mau gara-gara ini malah berdampak ke loss sale."

"Iya pak…"

"Kok iya? Ga ada tanggapan lagi dari kamu? Pak Darwin?." Jay melirik atasannya. Mereka hanya saling melirik dan diam.

"Tadi siapa nama kamu?."

"Anya.."

"Oke anya, ide kamu saya hargai saya hanya butuh kamu untuk yakinkan saya bahwa ini adalah pilihan yang bagus."

"Iya pak, saya akan belajar lagi."

"Kasih design produknya biar saya liat dulu."

"Bener pak?." Anya tampak senang karena idenya diterima.

"Saya pingin design yang mewah dan elegan dan ini bakalan jadi produk limited edition hanya diproduksi beberapa aja. Tolong tentuin kuantiti yang pas untuk barangnya, saya tunggu laporan kamu."

"Siap pak."

"Dan pak Darwin ini belum selesai. Dari semua item saya pingin ada ide baru buat ngatasin dead stok ini. Deadlinenya minggu ini.."

"Iya pak…"

"Dan satu lagi, saya pingin idenya orisinil dari kepala bapak…" Jay sambil menatap Anya sekilas. Dia tahu sejak kemarin stafnya itu yang banyak memberikan masukkan bahkan saat mereka presentasi kemarin.

"I..iya pak.."

"Makasih, kalian boleh keluar.." Ucap Jay sambil menyandarkan badannya ke kursi dengan santai. Belum juga beberapa menit seseorang masuk dengan menggandeng tangan putra kecilnya.

"Tiara?." Jay tak percaya akan kehadiran istrinya.

"Papa…" Tiara menjawab untuk mewakili Zidan. Seketika Jay langsung berdiri dan menghampiri mereka. Wajah Tiara langsung terkejut saat Jay mengecup bibirnya.

"Kenapa?."

"Kok cium? Katanya kalau pergi, pulang sama tidur."

"Soalnya hari ini pulang bareng jadi ga bisa dicium.." Jay mencari alasan sambil menggendong anaknya.

"Curang.."

"Sama siapa kesini?."

"Daddy, mommy.."

"Sekarang kemana mereka?."

"Lagi ngobrol tadi dibawah ga tahu sama siapa.."

"Mas Kris?."

"Lagi main dirumah temennya Raja tapi Mommy tadi bawa Ravin sama Davin.."

"Dua jagoannya, ya udah kita keruangan kakak, kali aja mereka ada disana.." Jay menggenggam salah satu tangan Tiara dan berjalan meuju ruang kerja kakaknya itu.

"Kak…" Pangil Jay sambil membuka pintu.

"Hai….ada siapa ini?." Ara senang saat melihat Zidan. Matanya yang semula melihat kertas ditangannya kini teralihkan pada Zidan.

"Gimana keadaan kamu Tiara?."

"Baik kak, kakak gimana?."

"Duh makin heboh, anak-anak makin lincah…"

"Ravin sama Davin tadi ikut kak sama mommy.."

"Mommy?."

"Iya..mommy sama daddy ada disini."

"Belum kesini.."

"Berarti masih ngobrol dibawah.."

"Kok debi ga bilang ya.." Ara langsung mengecek handphonenya dan disana terlihat beberapa pesan dari pengasuh anaknya itu.

"Sengaja main Ra?."

"Iya kak, aku bosen dirumah, aku pingin jalan-jalan."

"Tuh Jay denger…"

"Kamu kok ga bilang?.." Jay terkejut.

"Maksudnya latihan jalan aja supaya ga kaku.."

"Ya udah kalian liburan kek kemana."

"Pingin kak tapi Tiara masih ada perawatan sama terapi jadi aku belum berani bawa dia kemana-mana."

"Ya udah sekalian aja tanya dokternya kalau diajak kemana bisa ga? Kondisinya memungkinkan ga? Konsul aja Jay…"

"Iya nanti kalau udah keliatan kondisinya makin baik kak.."

"Coba ke Jogja perginya kali aja Tiara dikit-dikit inget." Ara memberi ide.

"Eh iya, bener juga. Kita harus pergi ke Jogja Tiara.."

"Nanti aja deh.."

"Katanya mau jalan-jalan tadi."

"Tapi jangan jauh-jauh dulu."

"Ga jauh, itu tempat kamu lahir. Aku punya rumah disana sekalian liat.."

"Ya udah gimana abang aja..

"Zidan mau ya.."

"Da..ba…ba…" Zidan hanya merespon dengan ucapan tak jelasnya.

"Bentar..aku telepon dulu mommy.." Ara mulai meletakkan handphonenya ditelinga.

- Halo mom, kata Tiara mommy ada disini bawa Ravin sama Davin sekarang mommy dimana?.

- Baru mommy mau telepon, Iya kak mommy dikantor, justru mommy sama daddy bingung ini.

- Bingung? Kenapa?.

- Ravin sama Davin ga tahu kemana.

- Maksud mommy hilang?.

Ara kaget mendengar anaknya tak bersama sang kakek dan neneknya.

- Daddy lagi liat CCTV, kakak tenang dulu.

- Mommy dimana sekarang sama daddy?.

- Ini diruangan IT.

- Aku kesana sekarang.

Ara panik.

"Kenapa kak?."

"Ravin sama Davin ga sama mommy.."

"Hah?! kok bisa.."

"Ga tahu, bantuin kakak cariin."

"Iya-iya. Kamu disini aja, aku bantuin kakak dulu ya.." Jay menurunkan Zidan.

"Kamu duluan aja kakak telepon dulu bang Dariel." Ara kembali bergelut dengan handphonenya. Dengan gelisah dia menunggu panggilannya tersambung dengan sang suami.

- Halo sayang.

- Bang…

- Kenapa?

- Ravin sama Davin ga ada.

- Hah?! Maksudnya?.

- Tadi Ravin sama Davin ikut mommy ke kantor barengan sama Tiara tapi belum sempet ketemu aku, pas aku nelpon mommy dimana mereka katanya lagi nyari Ravin sama Davin, mereka hilang.

- Loh kok bisa?.

- Aku juga ga tahu ceritanya gimana sampe mereka bisa ga sama mommy sekarang daddy lagi liat CCTV.

- Udah kamu tenang sayang jangan panik.

- Tenang? Bang anak aku ga tahu dimana masa aku tenang?.

- Itu kan kantor kamu, pasti ga akan kemana-mana. Keamanan SC juga ketat ga mungkin semudah itu anak-anak lolos. Lagian mereka kemana sih? Paling jauh pasti ada diruangan siapa gitu.

- Abang ga inget aku bisa diculik disini?.

- Kok kamu ngomongnya gitu sih?, itu kan lain kasusnya, itu karena ada orang dalem aja yang bisa akses masuk.

- Ya udah aku nemuin daddy dulu.

- Abang nyusul kesana, tungguin.

Dariel mengakhiri pembicaraan mereka dan dengan cepat Ara menemui orang tuanya sambil sesekali melihat ke arah kiri dan kanan siapa tahu anaknya hanya tersesat di kantor.

***To be continue