Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 505 - Nyawa Tiara

Chapter 505 - Nyawa Tiara

Kay dan kiran menunggu kabar tentang Tiara di kediaman Kenan. Mereka terlihat bermain dengan Keyla, Zidan, dan Kris. Mereka tahu bahwa mungkin ini bukan keadaan yang diinginkan Jay. Sejak Kay pulang, dia dapat merasakan bagaimana merananya Jay tanpa Tiara. Melihat keadaan Tiara pun Kay tak bisa menebak apakah Tiara sebenarnya masih ada atau ini hanya penguluran waktu saja. Apa yang dilakukan David benar-benar jahat. Masalahnya yang menabrak Tiara bukan hanya sekedar mobil biasa, tapi…truk. Truk yang besar yang mungkin bisa meremukkan seluruh badan Tiara.

"Bang, mommy mana? Kapan pulang."

"Mommy kan masih di RS mas, nanti sore pulang."

"Nungguin kakak Tiara?."

"Iya, kenapa? Mas Kris mau apa?."

"Mommy waktu itu bilang mau beliin sepeda ini.." Kris memberikan gambar dalam handphonenya pada Kay.

"Ya udah nanti nunggu mommy.."

"Mommy bilang hari minggu kita beli."

"Kan kak Tiara sakit Mas."

"Tapi aku pingin ini, temen-temen aku udah ngajakkin."

"Ya udah pake yang abang aja, ada tuh di belakang."

"Tinggi.."

"Jok nya tinggal diturunin."

"Ga mau, beda."

"Sama aja ah.."

"Beda bang, pokoknya aku pingin beli baru."

"Ih ampun, suruh kakak beliin."

"Mas ih malah nyuruh yang lain." Tegur Kiran pada Kay yang justru malah mengusulkan nama Ara.

"Habis mirip kakak nih sifatnya. Kita ini lagi sedih Mas Kris, lagi nunggu soal kak Tiara. Mas yang sabar dong, kalau udah waktunya juga daddy sama mommy ga akan lupa."

"Kak Tiara udah pergi bang, dia udah pergi sama orang lain."

"Hus..apaan sih Mas kalo ngomong."

"Aku liat, aku liat kak Tiara pergi." Kris yakin dipengelihatannya semnetara Kay dan Kiran saling menatap tak percaya. Apa benar yang dikatakan adiknya itu. Apa Tiara tak akan bangun lagi?, apa dia tak akan kembali?. Jantung Kay mendadak berdegup kenyang. Merasa bingung apakah hal ini harus dia sampaikan kepada orang tuanya atau bahkan Jay.

"Kak Tiara pergi sama dua orang bang, 2 orang itu pegang tangan kak Tiara.."

"Mas jangan ngomong ini di depan abang Jay."

"Kenapa?."

"Ya..jangan pokoknya."

"Abang Jay sedih?."

"Pasti sedih, Mas harus ngerti ya kak Tiara itu keluarga kita artinya yang sedih dan berduka bukan cuman abang Jay tapi kita semua. Jadi daripada abang ngerengek cuman perkara sepeda mending abang doain kak Tiara. Daddy kalo liat nih abang gini pasti marah. Mood daddy sekarang lagi jelek, senengnya ngomel. Mas Kris kan pinter…kalo Mas sabar, nanti abang kasih bonus."

"Apa bonusnya?."

"Abang beliin skuter.."

"Ga mau, aku pingin hoverboard.."

"Iya-iya abang beliin tapi Mas Kris sabar, tunggu sampai ada kabar soal kakak Tiara. Kasian mommy sama daddy, nanti pulang pasti cape terus abang malah nagih sepeda."

"Janji?."

"Iya Janji."

"Keyla pingin kuter yayah.." Anaknya langsung menyambar perkataan Kay tadi.

"Keyla pingin?." Tanya Kay lagi dan dijawab angukkan semangat oleh Keyla.

"Iya nanti ayah beliin. Ini Zidan mau juga ga? Mau ga?." Kay menggendong keponakannya kedalam pangkuan. Zidan hanya teriak kecil pertanda dia mau.

"Oke, nanti yayah Kay beliin juga buat Zidan." Kay sambil menaik-naikkan Zidan ke udara membuat anak itu tertawa. Kalau dipikir-pikir kasihan juga Zidan yang sekarang. Dia seperti kehilangan kedua orang tuanya.

"Bang…aku lapar.."

"Bibi masak tuh."

"Ga mau, aku pingin ayam.."

"Ya udah suruh bibi masakin dulu, ayo sana bilang." Kay menepuk-nepuk lutut adiknya agar dia bangkit dari rebahannya.

"Telepon dari mommy."

"Angkatin dulu.."

- Halo mom.

- Eh Ran, Kay kemana?.

- Ada lagi gendong Zidan, kenapa mom? Mau ngorbol sama Kay?.

- Ga papa kalo dia lagi gendong Zidan, mommy cuman mau ngabarin soal Tiara.

- Tiara kenapa mom?.

- Tiara…..

***

Jay masih duduk disana dengan tegak. Matanya memperhatikan kearah tangan dan wajah Tiara secara bergantian. Luka-lukanya memang sudah tampak mengering bahkan beberapa lebam kecil sudah mulai memudar warnanya. Ini adalah ujian kesabaran. Jay yang selalu bertindak terburu-buru dan tak bisa menunggu kini harus mencoba bersabar dan menanti kapan Tiara akan bangun. Disana tentu tidak hanya Jay, ada orang tua Tiara ataupun Kenan disana. Mereka duduk dan menanti apakah ada perkembangan pergerakkan dari Tiara. Sesekali mereka bergantian untuk istirahat namun Jay tak mau sama sekali beranjak dari kursinya. Dia akan pergi hanya untuk ke kamar mandi sisanya dia bertahan disamping Tiara.

"Tiara…please….bangun…." Ucap Jay lagi pelan. Jelas kalimat itu bukan pertama kalinya dia ucapkan. Rasanya sudah puluhan kali dia bisikan di telinga Tiara. Selama Tiara tidur disana, Jay banyak bercerita. Dia mencoba menceritakan segala kejadian tentang dirinya dan Tiara bahkan ada selipan tangis dalam cerita itu. Jay memang pria yang manis.

"Bang…makan dulu."

"Ga mau.." Jawab Jay membuat Jesica diam dan kembali ke tempat duduknya. Sudah beberapa hari ini pun Jay kehilangan selera makannya. Jesica yakin berat badan anaknya itu sudah menyusut karena secara fisik sedikit banyaknya terlihat.

"Bang…"Panggil Kenan.

"Hem…"

"Kalau dalam 3 hari ini belum ada perkembangan doker ada rencana cabut semua alat bantu.." Kenan dengan hati-hati. Sebenarnya hal ini sudah dia bicarakan dengan Fahri sejak kemarin namun mereka belum berani mengatakannya pada Jay. Fahri sendiri syok dengan keputusan itu. Apa itu berarti sudah tak ada lagi harapan bagi anaknya. Ini juga yang membuat Dena menjadi lebih murung dari biasanya. Dia yang semula berharap banyak kini mendadak melamun saja.

"Ga boleh!!!."

"Bang…"

"Tiara pasti bangun dad, dia pasti bangun!!." Jay dengan lantang membuat Kenan jadi serba salah untuk memberikan pengertian pada anaknya. Dia sudah bisa menebak dari awal bahwa ini adalah reaksi yang akan didapatkannya dari Jay.

"Pokoknya ga boleh dad, ga boleh dad…." Jay dengan merana menundukkan kepalanya kearah tempa tidur. Kedua tangannya dia kepal dengan keras seolah ingin marah tapi tak bisa.

"Udah ambil wudhu sana, kita sholat bareng dulu.." Kenan tak membalasa bentakan Jay padahal biasanya dia selalu tak terima jika ada orang yang berteriak padanya. Jay menurut. Dia pergi ke kamar mandi dan membasuk wajahnya sendiri dengan air. Dia diam sejenak mengingat lagi perkataan ayahnya tadi. Apa ini nyata?, rasanya seperti mimpi dan tak mungkin jika Tiara pergi begitu saja. Ini diluar logikanya. Ini tiba-tiba dan semua ini gara-gara David. Gara-gara dia, kini Jay menyesal pernah berususan dengan lelaki keparat itu. Jika tahu jika akan menjadi dendam mungkin Jay lebih memilih menyelesaikannya dari dulu. Jay terus berpikir buruk tentang David. Meskipn dia tahu sekarang David ada dipenjara tapi hal itu tak sebanding dengan apa yang dirasakan Tiara sekarang. Mereka berlima beribadah bersama memohon keajaiban pada yang kuasa. Kini Jay bergerak sesuai dengan Gerakan sang imam Fahri. BIbirnya tak henti melantunkan bacaan-bacaan sholatnya hingga tiba saat dia menoleh kearah kanan, dia menyadari ada sesuatu yang berbeda. Belum menyelesaikan sholatnya sampai akhir, Jay berdiri cepat dan langsung memandangi Tiara dengan air mata diujung matanya.

***To be continue