Chapter 501 - Tiara

"Makasih pak." Kak Cindy bersikap formal padaku. Memang saat dikantor dia selalu berbicara seperti itu. Disisi lain dia mungkin ingin menunjukkan rasa professional dan disisi lain mungkin dia tak nyaman dengan kakak, karena kakak selalu memperhatikan kak Cindy setiap mengobrol santai denganku. Kali ini mataku teralihkan dengan duduknya. Aku baru menyadari jika belahan rok yang kak Cindy kenakan sedikit terbuka. Itu membuat pahanya terekspos dengan jelas.

"Hm..kak Cindy…" Aku mulai membuka pembicaraan. Aku mencoba kembali ke tujuan awalku memanggil dirinya.

"Iya pak…"

"Menurut kakak tadi presentasinya gimana? Apa puas?."

"Saya sudah melakukan yang terbaik pak tadi jadi saya puas."

"Ini kan diruangan aku, jadi kakak boleh menjawab dengan santai."

"Iya maaf, udah kebiasaan sekarang vier."

"Aku juga seneng tadi kakak presentasi bagus, kayanya para penilai juga ga ada masalah. Jawaban-jawaban kamu juga cukup jelas."

"Apa iya? Kayanya bu Ara ga akan lulusin aku."

"Kata siapa?."

"Dia yang banyak perhatiin hampir semua presentasi aku."

"Kakak lulus training kok.."

"Hah?!!." Kak Cindy tampak terkejut.

"Iya, aku panggil kakak kesini sengaja. Akum au ngabarin kalo kakak lulus masa training jadi untuk kontraknya mungkin bakalan lebih dibahas detail sama HRD."

"Makasih Vier.."

"Jangan makasih sama aku, ini juga karena usaha kakak kok."

"Tapi awalnya karena kamu udah mau bantuin aku masuk SC."

"Kalo gitu aku jawab sama-sama." Aku sambil tersenyum.

"Aku harap kakak betah, kakak juga bisa beradaptasi sama orang dan pekerjaan disini. Kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ya.."

"Iya, karyawan disini baik-baik kok."

"Selama 3 bulan ini apa ada kendala?."

"Sebenarnya kendala secara kerjaan ga ada, cuman aku masih mengenali produk-produk SC karena lumayan banyak."

"Nanti juga tahu sendiri, ga usah dikhawatirin."

"Liat kamu kaya gini beda banget ya, perasaan di kampus dulu ga kaya gini."

"Masa sih?."

"Iya, keliatan banyak berubah."

"Dulu aku kaya anak kecil ya?."

"Dulu Javier lucu."

"Sekarang Apa engga?."

"Masih lucu kok, makin…"

"Makin apa?."

"Engga deh ga jadi."

"Kenapa?."

"Ga enak, muji suami orang."

"Ya gapapa kan muji bukan merebut." Ucapanku membuat kak Cindy tertawa kecil.

"Ya udah, aku cuman mau ngasih tahu itu. Selamat bergabung di Seazon Company."

"Terima Kasih pak.." Kak Cindy berdiri dan berjalan menuju pintu keluar begitupun aku yang berjalan tepat dibelakangnya.

"Ga usah dianterin pak.." Kak Cindy protes saat aku membukakan pintu untuknya.

"Aku sekalian mau keruangan kakak.."

"Oh…aku udah kegeeran, ya udah aku duluan ya."

"Kak Cindy…"

"Ya.."

"Apa ga papa kalau aku ngomong ini?."

"Apa?."

"Apa kakak ga akan kesinggung?."

"Udah bilang aja kenapa?."

"Aku ga mau kakak duduk lagi didepan cowok hari ini."

"Kenapa?."

"Rok nya kependekkan, cowok-cowok nanti salah fokus kalau lagi ngobrol."

"Eh.." Kak Cindy langsung memperhatikan rok yang digunakannya.

"Aku ga fokus kesana kok kak tadi, aku tadi refleks aja." Aku segera menambahkan kalimat lain agar kak Cindy tak salah paham. Lagi-lagi kak Cindy tertawa kecil.

"Iya aku percaya, makasih udah diingetin."

"Hati-hati ya.." Aku sambil berjalan pergi menuju ruangan kakak.

"Ada tamu di dalem ga?." Tanyaku pada pak Chandra.

"Ga ada pak." Jawaban Pak Chandra membuatku mengetuk pintu dan Ketika suara kakak terdengar dari dalam, aku pun masuk.

"Jadi kenapa kak?." Tanyaku sambil berjalan menuju sofa hitam yang ada disana. Kakak juga terlihat keluar dari kursi putarnya dan duduk disampingku.

"Habis ngapain sama Cindy?."

"Cuman kasih tahu dia lulus."

"Kamu lulusin dia karena dia kakak tingkat kamu?."

"Enggalah kak, dia juga punya fashion kok dibidang marketing. Kakak ga suka?."

"Kakak suka sama kerjanya cuman kakak pingin kamu hati-hati. Ini kan kantor Jay, orang lain gosipin kamu dan kakak ga suka."

"Gosipin apa?."

"Mereka bilang Cindy itu relasinya kamu makannya bisa masuk dan sekarang dia lulus training, orang-orang bisa mikir itu gara-gara kamu akrab sama dia."

"Tapikan dia gitu karena kemampuannya."

"Jay, kakak pernah ada diposisi kamu. Dulu kakak sama kak Dariel juga gitu makannya kak Dariel suka ingetin kakak terus di kantor. Sekarang kakak ingetin kamu, bukan karena kakak ga suka sama Cindy tapi kakak pingin tunjukkin kamu ga gitu."

"Iya kak."

"Ngerti ga yang kakak bilang?."

"Iya kak."

"Kamu lagi tadi, kenapa sih ga fokus?."

"Aku…aku tadi lagi baca pesan dari Tiara." Aku tak mungkin mengatakan pada kakak jika Tiara mengirimi aku foto baju seksi yang akan dia kenakan nanti malam. Ditengah obrolan kami suara handphone terdengar dan Ketika aku periksa itu milik kakak. Dengan segera kakak berjalan kearah mejanya.

"Halo, kenapa Sa? Ravin rewel? – kenapa emangnya? – Hah?!! dari siapa? – aldi udah periksa CCTV? – udha telepong bang Dariel? – Ya udah nanti biar aku yang telepon abang - Oke.." Penggalan-penggalan percakapan kakak terdengar ditelingaku. Entah ada apa tapi dari nada bicara kakak sepertinya ada sesuatu yang mengejutkan.

"Kenapa kak?."

"Ada yang ngirim bangkai tikus kerumah?."

"Hah?!! siapa kak?."

"Ga tahu, orangnya pakai masker sama kacamata."

"Cewek?."

"Cowok."

"Ada yang ganggu kakak lagi. Apa si Dirga lagi?."

"Ga mungkin deh kayanya, dia udah kapok diancam sama daddy ke polisi."

"Terus siapa? Apa si David?."

"Bukannya dia udah dipenjara gara-gara kasus penganiayaan sama Sachi?."

"Iseng banget sih tuh orang."

"'Bentar ya kakak telepon dulu kak Dariel." Kakak sibuk kembali dengan handphonenya. Dia menceritakan apa yang terjadi dirumahnya hari ini. Aku yang mendengarnya jadi lebih penasaran lagi siapa pelaku yang mengganggu kakak. Mengirimkan bangkai tikus merupakan pertanda yang tak baik. Jangan-jangan ada yang ingin berbuat jahat lagi pada kakak.

"Apa kakak ga sebaiknya pulang?."

"Kak Dariel pulang kok sekarang."

"Apa ga akan bilang daddy?."

"Nanti dulu deh, kak Dariel periksa dulu…" Kakak dengan santai menanggapi kejadian itu padahal kalau aku sudah sangat khawatir dengan keluarga dirumah. Kali ini giliran handphoneku yang berdering. Ada nomor tak dikenal disana.

"Kenapa ga diangkat?."

"Aku ga tahu ini siapa."

"Ya udah angkat dulu aja supaya tahu."

- Halo..

- Selamat Sore

- Sore

- Apa benar ini dengan Bapak Jay Javier Seazon?.

- Iya betul, ini siapa?.

- Apa benar bapak suami dari ibu Tiara Seazon?

- Iya betul, ini siapa? Kenapa sama istri saya?.

Aku sedikit terkejut Ketika pria yang berbicara dibalik telepon denganku menyebutkan nama Tiara. Kenapa dia tahu nomerku?, kenapa dia terus bertanya-tanya?. Siapa sebenarnya dia? Dan ada apa dengan Tiara?. Kini pertanyaanku terjawab saat lawan bicaraku mulai mengatakan kalimat yang tak aku sangka.

***To be continue