WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
"Ayo aku berani." Kay juga tak mau kalah. Dia yakin Ansel bukan anaknya.
"Coba jelasin dulu kenapa bisa gitu?, 6 tahun lalu om sendiri yang datang ke polisi jemput Kay."
"Om pasti tahu kenapa aku bisa hamil dan ngelahirin anak. Aku sama Kay pasti udah..."
"Kapan?." Kay langsung memotong pembicaraannya.
"Waktu itu di hotel."
"Enak aja, waktu itu dihotel aku nganter kamu dan kamu ngejebak sama temen kamu itu."
"Kamu sendiri yang mau."
"Engga, aku ga mau. Niat aku baik cuman mau nganterin. Aku duduk sesuai perintah kamu, aku minum juga sesuai perintah kamu."
"Dan kamu tidur sama aku Kay..." Sachi dengan jelas mengatakan hal yang sebenarnya tak mau didengarnya sedaritadi.
"Aku bilang kapan, kapan?!! waktu itu ga pernah ada keterangan gitu di kantor polisi. Kita cuman minum dan kamu pake narkoba." Teriakan Kay membuat Amsal terkejut. Dia takut sekarang.
"Kay...Kay..." Kenan menenangkan.
"Ansel diatas aja ya..." Kenan mengusulkan namun Ansel menggeleng kecil. Dia masih takut dengan orang-orang asing itu apalagi saat melihat Kay teriak. Belum juga usai, terdengar suara tangisan Keyla yang kini berlari menuruni tangga disusul bi Sarah.
"Bu...na..."
"Kayanya Keyla bangun." Kiran otomatis berdiri dan menyusul anaknya. Dia tak mau Sachi menganggu anaknya juga.
"Ayo...ayo ke atas sama Bunda." Kiran langsung menggendong anaknya sebelum dia masuk ke ruang tamu.
"Terus yang kamu mau apa?."
"Kalo sampe terbukti Ansel anak Kay, aku pingin Ansel dapat hak yang sama kaya anak Seazon yang lain. Aku pingin Kay nikahin aku."
"Engga!!." Kay menentang ide gila itu.
"Aku ngelahirin anak ini sendirian, aku ngurus anak ini juga sendirian. Waktu itu kamu ga ada Kay, aku nyari kamu dan kamu pergi keluar negeri. Kamu nikah sama perempuan itu."
"Jangan bilang perempuan itu, Ran istri aku."
"Gini ya Sa, Kay ini udah menikah dan punya anak. Kalo kamu cuman nuntut pengakuan, oke kita sanggupin tapi kalo nikah ga mungkin." Kenan menjelaskan.
"Ansel punya hak yang sama om, aku pingin dia juga dapet kasih sayang dari ayahnya."
"Bentar-bentar, jangan bertindak terlalu jauh. Tante yakin Kay ga kaya gitu. Kay ga pernah tidur sama perempuan manapun selain istrinya."
"Tante...apa perlu aku kasih videonya?."
"Hah?!!." Semua kaget dengan perkataan Sachi yang kini mulai mengeluarkan Handphonenya. Apa iya video itu ada?. Kay ingat jelas jika hari itu, mereka tak sempat membuat video karena polisi tiba-tiba datang. Itu tidak mungkin. Tidak mungkin itu terjadi. Kay terus mengingat-ngingat lagi.
"Apa perlu Tante aku puter disini?." Sachi semakin menantang Jesica.
"Ga mungkin, Wida ga ngambil apapun."
"Ini foto kamu kan Kay?." Sachi mengarahkan layar Handphonenya pada Kay. Disana menampakkan dirinya 6 tahun lalu yang tidur dengan telanjang dada. Mata Kay tertutup rapat. Sepertinya Sachi memotret itu dari atas.
"Dad...aku bener-bener ga lakuin itu dad. Mom...aku bener-bener dijebak sama cewek ini, percaya sama aku." Kay putus asa sekarang. Sachi seolah punya bukti yang kuat untuk menyudutkannya. Jesica terpaku tak percaya. Apa iya anaknya begitu?.
"Ga baik ngomongin ini depan anak-anak. Sekarang yang bisa kita lakuin tes DNA aja." Kenan segera menyudahi setiap tanda tanya ini. Dia butuh kepastian dan jalan satu-satunya adalah tes DNA untuk memastikan apa benar ada perbuatan yang diceritakan oleh Sachi. Dibanding melihat video anaknya sendiri, Kenan lebih memilih jalan yang lain.
"Daritadi tadi aku udah usulin itu, jadi mau kapan om?."
"Hari ini! aku mau bayar berapapun asal hasilnya keluar hari ini juga." Kay ngotot, dia merasa disudutkan terus menerus oleh Sachi.
"Oke, kita pergi sekarang." Kenan menyetujui. Dia segera bergegas keatas bersama Jesica untuk bersiap-siap.
"Mau kamu apa sih? uang? aku bisa kasih yang kamu mau Sa, berapapun tinggal kamu sebutin." Kay dengan kesal.
"Aku hidup sengsara sama Ansel dan kamu malah seneng-seneng sama Kiran."
"Kita ga pernah lakuin apapun Sa, ga ada hubungan fisik antara kita."
"Kamu pegang aku."
"Iya tapi aku ga pernah lakuin itu."
"Kamu lakuin Kay, kamu ga inget. Kamu terlalu mabok waktu itu."
"Udah aku bilang kamu yang bikin aku gitu. Kalaupun itu bener, itu namanya pemerkosaan."
"Jangan mentang-mentang keluarga kamu punya segalanya kamu bisa dapet apapun. Ada satu hal yang ga kamu bisa beli. Kebahagiaan."
"Aku bahagia sebelum ada kamu!!."
"Kay, jangan buat anak kamu takut." Sachi menyeringai dan memeluk anaknya.
"Oke, mana videonya aku liat." Kay menantang ucapan Sachi sebelumnya.
"Yakin kamu mau liat.."
"Mana sini.." Kay terus memaksa dan tak lama Sachi segera mencari filenya di Handphone miliknya. Setelah yakin Sachi memberikannya pada Kay. Dia memutar video itu dengan volume kecil. Kay sekarang yang melemas, dia...dia...tak percaya jika ada video itu. Dalam pembukaan video hanya ada Kay yang tengah tertidur dengan telanjang. Dia setengah sadar sambil mengucapkan sesuatu yang intinya jangan merekam ini. Seseorang yang merekam itu hanya tertawa kecil. Tidak lama arah kamera beralih, itu seperti berpindah pada seseorang. Kini dia dapat melihat Sachi sama-sama telanjang. Hal yang pertama dia lakukan jelas memegangi milik Kay dan mengulumnya dengan mulut. Astaga ini benar nyata?. Apa benar itu milik Kay?. Apa benar mereka melakukannya dalam keadaan tak sadar?. Kay kebingungan sekarang.
"Masih belum percaya? aku punya kelanjutannya." Sachi menarik Handphonenya. Kay diam. Dia memandang ke arah anak itu. Apa benar itu anaknya?. Matanya, hidungnya, bibirnya, apa semua dari Kay?. Apa ada darahnya disana?. Kay menunduk. Tamat sudah riwayatnya, sepertinya tanpa perlu tes DNA dia tahu apa hasilnya. Rambutnya kini dia tarik dari atas kebawah.
"Pinter ya kamu, ngancurin hidup aku kaya gini."
"Aku bukan ngancurin tapi aku cari keadilan buat Ansel. Dia anak kamu Kay..." Lagi-lagi kata itu yang terucap dari mulut Sachi. Dia yakin 100% itu anak Kay. Siapa sangka bahwa percakapan mereka didengar oleh Kiran yang duduk diruang sebelahnya. Dia menangis sedih sekarang.
"Sini..." Jesica yang entah sejak kapan ikut berdiri disana. Dia memeluk Kiran sekarang. Jawaban itu masih abu-abu. Apa benar, apa tidak, tapi melihat ekspresi Kay setelah menonton video itu, rasanya...itu merujuk pada satu jawaban. Jawaban yang sebenarnya tak ingin Kiran dan Jesica dengar. Ansel anak siapa?.
***To Be Continue