Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 477 - Marahnya mommy

Chapter 477 - Marahnya mommy

"Mau abang nginep disini atau mommy yang kesana?." Jesica ngotot tak membiarkan Kay jauh darinya. Kenan melirik Jesica sejenak. Matanya menampakkan keseuriusan.

"Kris kan sekolah mom."

"Bisa dari rumah abang."

"Mom aku sama Ran.."

"Ini bukan soal abang sama Ran aja Bang. Ini masalah seurius yang ga bisa dibiarin. Bukan berarti Daddy sama mommy ga percaya Abang bisa nyelesaiinnya tapi ini menyangkut keluarga kita bang. Perempuan itu udah datang ke kantor segala. Ga mungkin Daddy sama mommy diem."

"Mom..itu bukan anak aku."

"Iya mommy percaya tapi gimana mertua abang? lambat laun juga berita kaya gini pasti sampe ke telinganya. Mommy ga mau ya sekarang abang pulang terus masalah baru muncul lagi. Itu Sachi datangnya kerumah Abang. Rumah Abang itu dimana sih? cuman beda berapa blok sama orang tua Ran. Ga mungkin sampe dia ga tahu."

"Mom aku udah jelasin sama Ran. Dia percaya sama aku, aku yakin dia juga bisa ngejelasin sama ayah Arbi dan aku juga bakalan bantu jelasin."

"Mommy ga akan biarin kamu jelasin sendiri." Jesica langsung masuk ke dalam dan membuka lemarinya.

"Mas Kris ganti bajunya, kita kerumah Abang." Jesica membuat Kris masuk kedalam kamarnya.

"Mom.." Kay menyusul begitupun Kenan.

"Bang!! jangan dikira mommy ga tahu ya perlakuan Arbi sama kamu. Mommy ga suka ya kamu direndahin terus. Ini bukan soal abang aja, mommy sama Daddy juga kebawa, kesannya mommy sama Daddy ga ngajarin kamu yang bener."

"Maaf mom maaf, aku yang salah."

"Sekali-sekali kamu juga harus bersikap tegas dong. Ran itu istri kamu, jangan apa-apa Ran dikendaliin orang tuanya. Kalo gitu caranya mommy juga bisa ngendaliin kamu. Mommy suruh kamu diem disini diem!." Jesica dengan marah. Kay tak pernah melihat Jesica semarah ini.

"Udah-udah, Abang beresin barangnya. Daddy sama mommy nanti nyusul. Suruh pak Usman siapin mobil Daddy."

"Iya dad.." Kay menurut dan keluar dari kamar orang tuanya.

"Mom..baju Kris yang mana?." Tanya Kris dari balik pintu dengan takut. Kenan menghampirinya.

"Pake baju tidur aja Mas, coba Mas belajar cari baju sekolahnya selama seminggu sendiri, simpen di atas tempat tidur nanti kita beresin ke koper, Oke?." Kenan dengan senyuman sambil mengusap pelan rambut Kris. Anaknya mengangguk dan masuk lagi kedalam. Kenan menutup pintunya pelan. Kini dia menghampiri Jesica lagi yang sedang melipat baju. Kenan duduk diatas tempat tidurnya.

"Sini Mas ngomong dulu." Kenan menarik tangan Jesica. Dia mengarahkan badan istrinya ke sela-sela kakinya.

"Coba tenang dulu, ada apa? kesel sama Kay?." Pertanyaan Kenan disambut tarikan nafas sejenak oleh Jesica.

"Kenapa sih? coba cerita, apa karena Arbi? karena Kay atau karena Sachi.."

"Aku tuh kaget gitu loh Mas. Ini yang dari dulu aku takutin dari anak laki-laki aku. Tiba-tiba ada yang ngaku-ngaku punya anak dari Kay, gimana aku ga syok? mana anaknya udah gede. Ya ampun..dosa apa aku dulu?."

"Belum ada yang tahu kalo itu bener atau engga."

"Kalo bener gimana?."

"Sayang, kalaupun itu bener ya udah Kay harus tanggung jawab gimana pun itu anaknya."

"Okelah kita terima, tapi gimana sama Ran? sama Arbi? ini bakalan jadi masalah baru." Perkataan Jesica membuat Kenan bingung. Sepertinya hanya dengan alasan Kay punya anak dari perempuan lain sudah cukup untuk membuat Arbi menyuruh Kiran meninggalkan anaknya. Kenan tak mau sampai hal itu terjadi.

"Kita kenal Kay, dia orang yang selalu bilang ga papa padahal ada orang yang nyiksa dia. Dia selau...selalu bilang semua baik-baik aja padahal engga." Jesica dengan sedih. Dia sedih jika mengingat lagi bagaimana Arbi selalu menuduh anaknya jika terjadi sesuatu dengan Kiran sementara Kay hanya bisa diam saja dan menerima itu. Kay terlalu takut jika dia salah langkah, Kiran akan pergi. Jesica menyeka sudut matanya. Dia benar-benar tak tega jika harus menyaksikan anaknya terus-menerus diperlakukan seperti itu.

"Apa harus kita nyewa Intel terus supaya tahu kondisi Kay gimana?."

"Engga.." Kenan ikut membantu menghapus air mata istrinya.

"Kamu tahu ga ? waktu tadi Mas nelpon Mario. Mas minta tolong cari tahu soal Sachi. Dia bilang ' Bos junior juga udah suruh itu bos', itu artinya Kay juga udah tahu dia harus ngambil langkah apa sekarang. Kay bilang juga tadi, alasan dia pulang hari ini bukan karena Ran marah tapi karena Sachi kan ngincer rumahnya, itu jalan utama buat dia bisa nemuin perempuan itu. Kay udah cukup gentlemen nemuin perempuan itu langsung. Dia mau lurusin masalah dan buktiin ke istrinya itu bukan anaknya. Dia lagi ga pura-pura sayang.." Kenan menjelaskan dengan hati-hati. Dia tahu Jesica sedang sangat sensitif. Jesica kini duduk dipangkuan suaminya dan memeluk Kenan sambil menangis kecil.

"Kalaupun sampe kejadian apa yang kamu pikirin. Anggaplah satu kekhawatiran kamu udah dihapus. Ran tinggalin dia, Kay ga ada beban sama Arbi lagi. Bukan Mas doain mereka pisah seengaknya Kay udah ga mikirin apapun lagi tapi....Mas yakin Ran juga udah cukup dewasa nanggepin ini. Mas liat dia juga selalu berusaha kok sayang ngasih pengertian sama ayahnya kalo ada masalah. Kita berdoa aja bukan jalan itu yang mereka pilih. Seperti kata kamu tadi kalau sampe Arbi ikut campur soal masalah ini, kita juga bisa ikut campur. Mas bakalan jadi orang pertama yang belain Kay dan kamu ga perlu takut, sampe terjadi sesuatu sama Kay, kita bisa bikin hidup Arbi lebih menderita dari apa yang dia lakuin sama Kay. Ga boleh ada satupun di dunia ini yang bikin sedih keluarga kita. Mas bakalan kasih pelajaran sama dia, Mas ga diem sayang, tapi belajar sabar. Ga ada yang tahukan tiba-tiba Arbi dapat hidayah? atau azab gitu, kaya azab-azab yang ngeri di tv. " Canda Kenan untuk mencairkan suasana.

"Selama ini kita udah nahan-nahan untuk ga terlibat sama masalah rumah tangga anak-anak. Kemarin waktu ada masalah Jay, kita biarin dulu Jay nyelesain maslahnya, eh ternyata dia bisa. Anak luar biasa kita bisa, apalagi Kay. Dia kan super banget, tahan banting. Mas awasin kok sayang. Jadi udah ya, khawatirnya diilangin dulu. Kita selesain satu-satu. Masalahnya utamanya kan perempuan itu." Kenan membuat Jesica mengangguk.

"Jadi tetep mau kerumah Kay?."

"Iya...Mas.."

"Oke, tapi jangan marahin Kay ya. Kasian...dia juga pasti lagi sedih, bingung, lagi mikir nih caranya gimana ya nyelesain ini. Kalau emang khawatir soal Arbi, mending kasih pengertian aja sama Ran, mungkin pikirannya bisa lebih terbuka dan ga mikir yang macem-macem."

"Mommy nangis, mommy kenapa nangis?." Kris sudah ada di depan Kenan. Dia ikut bersandar di kaki ayahnya.

"Mommy nangis karena Mas Kris belum bisa beresin bajunya."

"Kris udah bisa mommy, Kris udah simpen diatas kasur." Kris percaya dengan perkataan ayahnya.

"Mas ih..orang bukan karena Kris.." Jesica sudah mereda dan kini memandang anaknya.

"Sekarang supaya tambah pinter, Mas Kris bantu Daddy masukin ke koper. Ayo.." Kenan menuntun Kris setelah Jesica turun dari pangkuannya.

***To Be Continue