Seperti kesepakatan mereka kemarin. Kiran dan Tiara akhirnya janjian bertemu di sebuah pusat perbelanjaan dengan membawa anak mereka masing-masing. Tiara membawa pengasuhnya untuk ikut dan menjaga Zidan selagi tangannya masih sakit.
"Kirain mommy ikut."
"Nanti nyusul katanya sama Kris." Kiran sambil menyuapi anaknya Keyla yang dengan lahap memakan sushi yang dia pesan.
"Tangan kamu gimana? masih sakit?."
"Udah ga terlalu kok."
"Buna...Zidan kasih ni.."
"Belum bisa sayang, kegedean...itu, Zidan belum bisa ngunyah."
"Zidan makannya harus yang lembut....banget." Tiara sambil tersenyum saat Keyla ingin menyuapi anaknya.
"Ra, bang Jay kasian loh ngelamun terus.." Kiran mulai mengarahkan pembicaraan pada hubungan Tiara dengan Jay.
"Oh iya?."
"Iya, lesu gitu kalo apa-apa tuh. Ga ada semangatnya, tadi pagi aja ga mau berangkat kerja tapi kak Ara nelpon uring-uringan suruh bang Jay masuk karena ada meeting, akhirnya dia pergi."
"Ya habis gimana, aku juga sempet ada keselnya dia kaya gitu tapi kalo sekarang aku udah mikir, ga papa deh dia mau pukul aku kek, apa apain aku kek, asal jangan sampe khilaf sama Zidan."
"Bang Jay pasti ga sengaja Ra.."
"Iya, aku tahu.. makanya aku kasih pelajaran aja supaya dia ngerti."
"Aku yakin bang Jay mau berubah. Ga ada kamu dirumah aja bikin dia segitunya padahal aku baru sehari loh nginep dirumah mommy. Udah, mending pulang." Kiran mulai membujuk Tiara untuk pulang.
"Aku pasti pulang Ran kalo udah aku liat Abang tuh beneran berubah."
"Apa sekarang belum cukup?."
"Aku juga pingin liat seberapa tahan dia jauh sama anaknya. Dia ada bikin apa ga buat anaknya. Abang tuh kadang-kadang suka lupa sendiri sama anaknya." Tiara sambil melihat kearah Zidan.
"Dulu juga aku suka ribut-ribut terus Ra sama Mas Kay. Apalagi jaman-jaman baru nikah. Kita jauh, aku kerja, dia kuliah. Belum lagi perbedaan waktu yang bikin komunikasi makin ga lancar. Aku kemana dia kemana jadilah makin kacau."
"Kay kan dulu suka main cewek." Tiara sambil tersenyum kecil.
"Nah justru itu, dengan title playboy makinlah aku curigaan. Tapikan makin lama makin bosen juga ribut soal yang sama dan Alhamdulillahnya ga sampe sih kebuktiin kalo Mas Kay selingkuh."
"Iya, dia tuh bucin sama kamu Ran."
"Dulu tuh ya ribut soal cemburu udah sering banget bahkan waktu aku kehilangan bayi aku kita ribut gara-gara Mas Kay cemburu sama temen kerja aku. Hal itulah yang bikin aku dan dia berubah. Gara-gara itu kita kehilangan dua orang yang paling kita tunggu. Kayanya setiap perubahan harus deh ada apa dulu, terakhir pas kejadian pesawat jatuh, baru deh berubah juga. Aku rasa semua itu bagian dari improvement Ra. Aku ngerti sih ini soal waktu. Dari kejadian utama itu, setiap harinya aku berusaha buat berubah. Jadi istri terus jadi ibu. Seengaknya kalaupun ada apa-apa aku ga nyesel lagi, aku udah ngelakuin yang terbaik. Kayanya Mas Kay juga ngeh perubahan aku. Hal yang paling aku suka dari Mas, dia juga selalu belajar dari kesalahan. Mas juga berubah supaya hubungan kita makin nyambung. Dulu aku pahami dia sebagai pacar, terus aku berkembang menjadi memahami dia sebagai suami sekarang dia jadi ayah. Semua butuh improve Ra. Ga cuman Abang Jay, kamu pun gitu. Aku ga bilang kamu salah. Toh setiap pertengkaran ada kalanya si istri yang salah dan si suami yang salah. Rumah tangga kan ga nyari salah bener tapi mana yang paling baik."
"Aku tuh kadang ga bisa nebak apa maunya Abang. Emosinya masih naik turun. Awal-awal nikah aku masih terima karena masih berdua setelah punya anak , aku sedikit heran dia semakin labil aja, Sifat anak kecilnya yang ga mau berbagi kadang keluar bikin aku pingin marah tapi aku tahan."
"Nah itu yang salah, kalo mau marah tuh harusnya marah aja Ra. Aku juga gitu kok sama Mas Kay. Kalo gemes banget sama kelakuan dia aku protesnya bukan main tapi udah itu kita biasa lagi."
"Karena Kay ngerti Ran, kalo Bang Jay digituin. Dia bakalan diem, aku tuh paling ga bisa deh liat muka innocentnya dia. Bikin aku 'oke..aku ga akan marah.'
"Sekali-sekali ga papa kali. Dia juga orang dewasa, kamu harus ajarin."
"Dulu tuh kita udah sepakat kalo aku boleh marah dan kesel sama dia kapan aja tapi nyatanya tiap kali aku kaya gitu Abang itu bakalan murung, bakalan diem. Aku tuh pinginnya dia nyari jalan keluarnya gitu tapi dia selalu nanya, 'terus aku harus gimana?'. Udah gitu aku kasih tahu dan dia manggut-manggut aja."
"Besok-besok kamu jawab aja, 'menurut Abang gimana?', jadi dia belajar mikir juga. Kalo kamu jawab terus kesannya kaya kamu manjain anak Ra.."
"Dan abang selalu bilang 'Aku bingung harus gimana, aku ikut aja maunya kamu gimana.' Udah deh kalo dia ngomong gitu malah bingungnya di transfer ke aku."
"Ra...kamu tuh banyak nahan deh gara-gara nyoba ngertiin kondisi Bang Jay tapi....itu jadi ga baik Ra, sekali-sekali Bang Jay juga harus ngertiin kondisi kamu yang ga selalu bisa paham sama dia."
"Aku kadang suka malu sendiri sama profesi aku."
"Kamu juga manusia kali, boleh salah." Perkataan Kiran membuat Tiara diam sejenak.
"Udah pulang aja, mommy sama Daddy juga ga enak sebenernya sama kamu apalagi mommy sedih banget liat kalian gini."
"Gimana nanti deh." Tiara mengambil lagi sushinya untuk dimasukkan ke mulut.
"Kasian loh bang Jay pasti pingin manja-manja.."
"Ah...dia tuh setiap hari juga manja."
"Maksud aku tuh...begitu loh Ra."
"Begitu gimana?."
"Jangan-jangan hubungan seks kamu sama bang Jay juga ga lancar lagi." Kiran membuat Tiara terbatuk-batuk.
"Ran..." Protes Tiara dengan wajah tersipu.
"Ga papa kali udah nikah ini. Kemarin tuh Mas Kay cerita dia bahas yang begituan sama Bang Jay."
"Lah... jaman-jamannya aku baru nikah juga Kay pasti aja jadi dalang dari tingkah Abang. Aku jadi ngakak sendiri bukannya nafsu malah pingin ketawa." Tiara mengingat malam pertamanya.
"Jadi gimana?."
"Gimana apanya?."
"Ya kamu sama Abang kalo nganu gimana?."
"Ish...apaan sih ada anak-anak nih."
"Keyla ga denger lagi sibuk makan ice cream sama nyiapin Zidan." Kiran memeriksa Keyla.
"Sayang, sini iket dulu rambutnya sama bunda."
"Yang cantik Buna.."
"Iya sayang..." Kiran mengikat satu rambut Keyla setelah itu duduk bergeser ke arah Tiara unik mengetahui cerita lebih lanjut.
"Ayo...lanjutin Ra.."
"Jadi..aku sama Abang itu sebenarnya...."
***To Be Continue