Begitu tahu yang diceritakan Kiran. Arbi langsunh menghubungi Kenan sementara Marsha mengasub Keyla diruangan lain. Dia tak mau cucunya menjadi bingung dan bertanya-tanya tentang apa yang membuat ibunya kini menangis terisak. Jesica jelas adalah wanita kedua yang ikut bersedih dan menangis saat tahu anaknya menjadi salah satu penumpang di maskapai tersebut. Mereka semua kini sudah berkumpul di kediaman Arbi. Jay ikut disana dengan pengasuh Zidan. Tiara yang diteleponnya tak kunjung ada kabar. Jay menghiraukan itu, dia lebih memilih memikirkan Kay. Kembarannya entah dimana dan bagaimana keadaanya. Jay merasakan sesak di dadanya sekarang. Dariel yang hadir disana mencoba menenangkan Jay juga. Dia jelas gampang panikan meskipun sifat gegabahnya sudah berkurang. Ara pun tak dapat hadir disana karena menjaga anak-anaknya namun dia tetap mengikuti perkembangan kabar dari keluarga dan berita di tv. Kenan tentu tak tinggal diam. Dia menyuruh Reno untuk membantunya mencari dimana keberadaan Kay. Dia gelisah dan sedih disaat yang bersamaan. Handphone anaknya pun tak bisa di hubungin. Pertanda itu rasanya semakin jelas.
"Biar Dariel ke bandara deh dad, buat cari informasi terkini disana."
"Biar aku temenin." Jay langsung menyodorkan dirinya.
"Ya udah kalian disana. Apapun beritanya cepet kabarin."
"Iya dad." Dariel dan Jay berpamitan. Mereka segera pergi ke Bandara. Kali saja disana ada berita dan titik terang tentang bagaimana nasib para penumpang pesawat itu. Biasanya akan disediakan posko khusus bagi anggota keluarga penumpang.
"Gimana kalo Kay ga selamat kak?"
"Jangan ngomong gitu dulu. Ga ada yang tahukan gimana kondisi dia sekarang. Syukur-syukur semua penumpang selamat."
"Ga mungkin, jatuhnya di perairan dengan kondisi pesawat yang begitu ga mungkin kak."
"Jangan pesimis Jay. Kali aja ada keajaiban buat Kay."
"Rasanya sejak nikah aku udah jauh sama Kay. Dia udah jarang nelpon aku. Aku ga siap kalo harus pisah kaya gini." Jay sedih. Matanya berkaca-kaca. Dia tak mau kehilangan kembarannya dengan cara ini. Kalaupun Kay harus pergi. Dia ingin melihatnya terlebih dahulu. Dia ingin Kay pamit dengan baik-baik. Dariel melihat kearah Kay yang mulai menangis juga. Kalau soal keluarga memang jangan diragukan lagi kesetiaan Jay. Dia bisa jadi melankolis hanya dengan mendengar salah satu keluarganya sakit.
"Udah-udah. Kita berdoa aja dulu...Berharap yang terbaik buat semuanya." Dariel menenangkan. Dia juga sama sedihnya. Rasanya baru kemarin dia menelpon Kay. Apa iya itu jadi telpon terakhirnya?Dariel harap bukan. Kay adalah orang yang sangat membantunya selama ini di perusahaan. Sejak dia kembali dan memutuskan bergabung dengan Adelard Group kerjaan Dariel menjadi jauh lebih ringan. Kay membantunya dengan sigap meskipun Dariel tahu itu tak mudah. Kay menjalaninya dengan sungguh-sungguh karena tak ingin mengecewakan Jesica. Ibunya yang sejak dulu selalu memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya. Bahkan kalaupun pendapat Kay berbeda dengan Kenan. Jesica lah satu-satunya orang yang akan membelanya. Dalam setiap kesalahan yang Kay perbuat, Jesica yang selalu mengingatkan dan menguatkannya. Hal itu pula yang membuat Jesica tak sampai hati menerima kenyataan jika Kay pergi sekarang. Dia tak sanggup harus kehilangan anaknya, lebih baik dirinya saja yang pergi menghadap sang ilahi. Jika bisa nyawanya ditukar dengan kehadiran Kay maka dia mau melakukannya. Kay putranya yang nakal tak mungkin pergi tanpa pamit kepada dirinya.
***
Berita di tv terus mengabarkan perkembangan terkini tentang dimana dan bagaimana bisa pesawat itu jatuh. Ketika tahu lokasi pasti dimana pesawat jatuh, Kenan dengan segala kekuasaannya segera menyuruh orang untuk mencari sendiri dimana Kay berada. Dia seperti punya SAR sendiri bagi keluarganya. Dia tak peduli bagaimana anaknya nanti pulang, bagi Kenan dalam keadaan apapun Kay harus pulang. Kenan jauh lebih siap menerima dibanding yang lain. Jika Kay masih hidup Kenan jelas merasa bersyukur dan bahagia tapi jikapun anaknya tiada, dia harus melihat sendiri jasadnya. Dia akan mencari sampai ketemu. Sedalam apapun lautanya Kenan pasti akan menemukan dimana Kay berada. Kini pemberitaan masuk kedalam korban pesawat yang mulai ditemukan. Rata-rata korban ditemukan dalam keadaan tak utuh. Hal itu semakin membuat hati Kiran hancur. Bagaimana dengan suaminya?tak ada satupun kabar yang bia menenangkannya. Dia justru mendapatkan kenyataan yang pahit. Dia dipertontonkan dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan suaminya juga. Apakah harus dia merasakan kehilangan lagi setelah dulu kedua anaknya?. Rasanya dia sudah lupa dengan kesakitan itu. Kenapa sekarang muncul lagi?. Jadi Janda pun tak pernah terlintas dalam pikirannya. Dia tak mau. Dia membenci itu.
"Kay minta maaf sama aku Bun di telepon.. Dia bilang...dia pasti pulang..." Kiran dengan terisak. tangisannya tak bisa terhenti seperti air terjun yang mengalir deras. Matanya begitu basah dengan hidung meler dan wajah kemerahan.
"Udah-udah. Semua baik-baik aja oke..." Arbi mencoba memberi kekuatan pada anaknya yang kini masih dalam pelukan Marsha. Mendengar Kiran begitu. Jesica ikut menangis sedih tak percaya jika kata-kata itu menjadi firasat terkahir anaknya yang akan pergi. Kenapa harus ada kata maaf?kenapa harus ada kata pulang?. Apa Kay benar-benar sedang berpamitan?. Pikiran Jesica semakin liar.
"Sabar sayang, Mas lagi cari, Kay pasti ketemu." Kenan dengan penuh keyakinan. Dia terus mendekap istrinya sementara Kris dia biarkan bermain-main dengan Rafi. Kenan tak pernah melihat Jesica menangis tersedu-sedu begini lagi setelah kejadian mertuanya tiada. Mungkin Jesica jadi teringat kejadian apa yang membuat orang tuanya meninggal dunia. Mereka pun pergi akibat kecelakaan, lalu apakah anaknya juga harus meninggal dengan kejadian serupa?. Jesica tak rela jika benar begitu. Anaknya itu adalah anak yang baik meskipun terlihat nakal bahkan sejak kehilangan kedua anaknya Kay tak pernah meninggalkan ibadahnya. Sesibuk apapun dia, dia selalu menyempat diri untuk sholat. Dia masih mengaji dengan suara merdunya, dia juga selalu rutin mendoakan anak-anaknya. Yang tak kalah membuat Jesica tersentuh, Kay sudah mengajarkan Keyla mengenal dan mencintai agamanya. Kay mengajarkan anaknya bagaimana cara beribadah yang benar dan bagaimana dia bisa tetap menyayangi kedua kakaknya dengan berdoa. Suara dering handphone terdengar. Itu Erik. Kenan segera mengangkatnya. Siapa tahu dia mendapatkan berita baik.
"Halo..gimana Rik?." Suara Kenan terdengar jelas di telinga istrinya. Dia juga sama menantikan kabar dari orang suruhan Kenan yang bisa jauh lebih cepat dibanding pemberitaan di tv.
"Iya, oke, udah cek hotel di Bali?, oke..., Pokoknya dalam keadaan apapun bawa anak saya pulang." Beberapa penggalan kalimat Kenan didengar seksama juga oleh Kiran. Rupanya belum ada kepastian bagaimana kabar Kay. Dia entah berada dimana sekarang dan yang pasti pertanyaan paling besar yang bersarang dikepala semua orang adalah tentang kondisinya. Apakah dia masih hidup?atau...dia memang menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat itu?.
"Gimana Mas?." Tanya Jesica.
***To Be Continue